Keterangan Pers Presiden RI mengenai Aksi Kekerasan di Sampang, Madura, Jakarta, 27 Agustus 2012
KETERANGAN PERS
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MENGENAI
AKSI KEKERASAN DI SAMPANG, MADURA, JAWA TIMUR
DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA
PADA TANGGAL 27 AGUSTUS 2012
Â
Bismillahirrahmanirrahim,
Saudara-saudara,
Sebagaimana Saudara ketahui, kemarin terjadi lagi di Sampang, Madura, Jawa
Timur, aksi kekerasan yang menimbulkan dua korban jiwa, sejumlah luka-luka, dan
kerusakan harta benda, dalam hal ini, sekitar 35 rumah warga yang dibakar.
Kejadian ini sungguh kita sesalkan dan terus terang mencoreng kerukunan dan
ketenteraman dalam kehidupan masyarakat kita, utamanya masyarakat di wilayah
Sampang itu. Terlebih, Saudara-saudara, sekarang ini sesungguhnya kita masih
berada dalam suasana Lebaran, setelah baru saja umat Islam menjalankan ibadah
puasa selama satu bulan. Dan alhamdulillah, pada hakekatnya, kita semua
lulus dalam menjalankan ibadah puasa yang penuh dengan tantangan itu. Sehingga
sangat disesalkan, kalau harus terjadi lagi peristiwa seperti itu.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengajak seluruh rakyat Indonesia,
termasuk para pemuka agama dan tokoh masyarakat, marilah situasi yang baru kita
bangun dengan baik selama bulan suci Ramadhan dan kemudian kita tindak lanjuti
dengan acara saling maaf-memaafkan, kembali ke fitrah dan berhalal-bihalal, itu
bisa kita jaga.
Apa yang terjadi di Sampang ini adalah kejadian kedua kalinya setelah pada
bulan Desember tahun 2011 yang lalu juga terjadi. Desember 2011, Agustus 2012.
Jadi katakanlah, dalam satu tahun, ada dua kali aksi kekerasan yang terjadi di
wilayah itu.
Saya telah berkomunikasi dengan Gubernur Jawa Timur tadi pagi. Saya mendapatkan
penjelasan yang relatif lengkap. Demikian juga, para menteri juga memberikan
tambahan penjelasan kepada saya tentang apa yang sesungguhnya terjadi di
Sampang itu, baik pada bulan Desember tahun lalu maupun kemarin, tanggal 26
Agustus ini.
Memang persoalannya kompleks. Di satu sisi memang berkaitan dengan keyakinan,
tetapi di sisi yang lain juga merupakan konflik internal keluarga, yang
akhirnya saling bertautan. Dan karena masing-masing punya pengikut, terjadilah
insiden atau aksi kekerasan yang sangat kita sesalkan itu.
Sungguhpun masalahnya kompleks dan tidak murni hanya perbedaan keyakinan di
antara kedua komunitas itu, tapi bagaimanapun harus ada solusinya. Berkaitan
dengan solusi, setelah mendengarkan apa yang dilaporkan oleh para Menteri,
Kapolri, Ka BIN, Gubernur Jawa Timur tadi, saya menilai memang ada yang belum
optimal. Pertama, maksud saya yang mengait pada solusi maupun terjadinya
insiden kekerasan kemarin itu. Pertama intelijen, intelijen lokal dalam hal ini. Baik
intelijen Kepolisian maupun intelijen Komando Teritorial TNI. Mestinya kalau
intelijen itu bekerja dengan benar dan baik akan lebih bisa diantisipasi,
dideteksi,
keganjilan yang ada di wilayah itu.
Demikian juga, mengingat sering terjadi, baik pasca-Idul Fitri dan juga di
tempat itu, akarnya masih ada. Oleh karena itu, sewajibnya jajaran pemerintah
daerah juga melakukan antisipasi yang riil,
sehingga tidak terdadak dan terlambat melakukan respon.
Demikian juga, kita soroti kesiagaan dan respon Polri yang tentunya dibantu
oleh TNI. Ini juga menjadi catatan. Di samping sebagaimana yang saya sampaikan
tadi, saya menilai bahwa penyelesaian peristiwa yang terjadi pada bulan
Desember 2011, itu juga
tidak tuntas sekali.
Oleh karena itu, Saudara-saudara, setelah saya membahas bersama wakil presiden, para menteri dan komunikasi dengan
Gubernur Jawa Timur, maka kita berharap agar masalah yang terjadi di Sampang
itu segera bisa diatasi, dan segera pula dicarikan solusinya yang utuh. Dan
harapan saya, secara permanen bisa mencegah terjadinya kasus-kasus serupa.
Ini memerlukan keterpaduan. Keterpaduan antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah. Daerah di sini, baik Jawa Timur maupun Sampang.
Keterpaduan secara horisontal jajaran intelijen, Kepolisian, TNI, pemerintah
daerah, bahkan pemuka agama, tokoh masyarakat dan semua pihak, dengan harapan
bisa dicegah kekerasan-kekerasan serupa di masa depan.
Saya juga meminta kepada jajaran penegak hukum, baik Kepolisian, Kejaksaan, dan harapan saya juga
jajaran Mahkamah Agung, untuk benar-benar menegakkan hukum secara tegas dan
adil. Kalau tidak tegas dan adil, memancing hal yang serupa di masa depan.
Kalau tegas dan adil, kalau kesalahannya berat hukumannya juga berat, maka itu
akan baik bagi negara kita. Dengan demikian, tidak begitu saja warga negara
kita, komunitas atau pihak-pihak tertentu,
melakukan kekerasan dan pelanggaran hukum seperti itu.
Saya juga meminta Pemerintah Daerah Jawa Timur, karena dalam batas kemampuan
mereka, kalau pemerintah pusat harus membantu, kita akan bantu. Untuk membantu
mereka-mereka yang menjadi korban insiden ini, apakah rumah yang dibakar
ataukah yang luka-luka, secara adil bagi kedua belah pihak, adil. Tapi marilah
kita berikan bantuan. Baru saja mereka melaksanakan ibadah puasa, baru
berlebaran tiba-tiba harus mengalami musibah katakanlah atau kejadian seperti
itu.
Yang terakhir, Saudara-saudara, saya sungguh berharap para pemimpin dan pemuka
agama, tokoh-tokoh masyarakat, untuk bersama-sama dengan pemerintah, utamanya pemerintah
daerah, kembali menenangkan umat mereka semua, membimbing mereka untuk tidak
melakukan aksi-aksi kekerasan dan tindakan main hakim sendiri, yang itu juga
bertentangan dengan nilai dan ajaran agama.
Itulah yang ingin saya sampaikan kepada Saudara semua. Dan setelah ini, pemerintah,
baik pusat maupun daerah beserta para aparat keamanan dan penegak hukum akan
melakukan langkah-langkah yang diperlukan. Dan sekali lagi, saya minta dukungan
masyarakat luas agar apa yang terjadi di Sampang kemarin bisa kita atasi dan
kemudian hukum ditegakkan, seraya kita cegah hal-hal serupa terjadi lagi di
masa depan.
Demikian, Saudara-saudara.
Terima kasih.
Â
Â
Â
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI