Keterangan Pers Presiden RI Sebelum Kunjungan Kerja ke Kamboja dan Pakistan, Jakarta, 17 Nov 2012

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 17 November 2012
Di baca 684 kali

KETERANGAN PERS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SEBELUM MELAKSANAKAN KUNJUNGAN KERJA

KE KAMBOJA DAN PAKISTAN

DI HALIM PERDANAKUSUMA, JAKARTA

TANGGAL 17 NOVEMBER 2012

 



Bismillahirrahmanirrahiim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Saudara-saudara,

 

Sebagaimana Saudara ketahui bahwa sesuai dengan rencana hari ini, saya bersama delegasi akan berangkat ke Kamboja untuk melaksanakan rangkaian kegiatan ASEAN Summit, ASEAN Plus Summit dan East Asia Summit, yang akan berlangsung sekitar tiga hari, kemudian setelah itu saya beserta delegasi akan melanjutkan kunjungan ke Pakistan untuk menghadiri pertemuan puncak D-8 atau D-8 Summit yang akan berlangsung sekitar dua hari. Selama insya Allah kami berada di Phnom Penh, Kamboja, sebagaimana yang telah saya sampaikan tadi, besok hari pertama akan dilangsungkan rangkaian kegiatan ASEAN Summit dan kali ini sesuai dengan yang kita bahas sebelumnya, di Jakarta dan di Bali, fokus dari pertemuan puncak akan di arahkan kepada kesiapan ASEAN untuk menjadi Komunitas ASEAN pada tahun 2015 mendatang.

 

Sesuatu yang penting dan itu merupakan tonggak bersejarah bagi Asean sejak berdiri  tahun 1967 yang lalu. Para pemimpin ASEAN bersepakat bahwa pertemuan puncak di Phnom Penh, di Brunei Darussalam, dan di Myanmar nanti, harus betul-betul mempersiapkan segalanya untuk kita menjadi satu komunitas, baik itu di bidang politik dan keamanan, di bidang perekonomian, dan di bidang kesejahteraan rakyat. Esok harinya atau lusa, dilanjutkan dengan pertemuan ASEAN Plus, sebagaimana biasanya, ASEAN+3 berarti ASEAN beserta akan melaksanakan pertemuan dengan Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, di samping itu ASEAN+1 Bali dengan Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, kemudian dengan India, dan setelah itu Selandia Baru, dan Australia.

 

Inti dari pertemuan puncak pertemuan ASEAN Plus itu, lusa, adalah untuk memperkokoh dan meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi. Sedangkan hari ketiga masih di Phnom Penh, kita akan melaksanakan East Asia Summit, Summit kedua setelah Bali, yang akan dihadiri oleh delapan belas kepala negara, saya mengantisipasi bahwa di samping agenda yang telah dipersiapkan hampir pasti isu politik dan keamanan di kawasan Asia utamanya, akan menjadi perhatian dan akan menjadi topik utama baik pada retreat maupun sesi pleno. Hampir pasti isu yang menyangkut laut Cina Selatan, dan Asia Timur akan menjadi sorotan dalam pertemuan East Asia Summit nanti, waktu kita bertemu di Bali, meskipun sudah mulai mengemuka, isu politik dan keamanan Laut Cina Selatan, tapi kita bisa membahas dari satu kerangka dan pemikiran yang jernih, dan kemudian dibangun suatu kesepakatan bahwa kita semua ingin menjaga stabilitas ketertiban dan keamanan wilayah Laut Cina Selatan khususnya dan Asia Timur pada umumnya, dan bahkan ada tonggak bersejarah ketika Indonesia menjadi ketua bahwa antara ASEAN dengan Republik Rakyat Tiongkok bersepakat untuk mempercepat proses dari DOC ke COC. Satu kerangka untuk mencegah terjadinya benturan, apalagi benturan militer di kawasan itu. Namun perkembangan baru sebagaimana Saudara juga mengikutinya, ada ketegangan baru, new tension, antara Jepang dan Tiongkok. Ini hampir pasti akan menjadi bahasan pada saat East Asea Summit nanti berlangsung.

 

Indonesia seperti biasanya akan menempatkan posisi yang tepat, yang jernih, dan selalu menjadi bagian dari solusi. Ingat ketika ada konflik Thailand dan Kamboja, pada masa Keketuaan kita, bisa kita rampungkan dan bagus. Bayangkan kalau tidak rampung, sementara sekarang Kamboja menjadi tuan rumah, tentu akan berada dalam posisi yang sulit. Kita berharap dalam pembahasan situasi di Laut Cina Selatan dan di Asia Timur, Indonesia bisa berkontribusi untuk memastikan bahwa semua pihak memiliki komitmen yang kuat, untuk menjaga sekali lagi stabilitas keamanan dan ketertiban kawasan kita. Apalagi semua memiliki kepentingan untuk menjaga pertumbuhan perekonomian sehingga ketika dunia menghadapi krisis seperti ini, insya Allah kawasan ini akan tetap terjaga perkembangan ekonominya.

 

Saudara-Saudara,

 

Tentu ada kegiatan yang lain, ada kegiatan bilateral saya, ada bussiness gathering dan sebagainya, yang semuanya tentu kita tunjukan untuk memenuhi kepentingan nasional Indonesia, setelah itu kita akan menuju ke Islamabad, Pakistan, dan segera setelah sampai, sore harinya akan ada pertemuan bilateral saya dengan Presiden Zardari dan juga Perdana Menteri Ashraf. Hari berikutnya lagi adalah pertemuan puncak D-8 itu sendiri. Saudara tahu bahwa D-8 ini adalah kerjasama multilateral di bidang ekonomi dan pembangunan, economic and development, delapan negara mulai dari Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Iran, Turki, Mesir, dan Nigeria.

 

Ketika lima tahun Indonesia menjadi Ketua, dan saya selenggarakan pertemuan puncak di Bali waktu itu, kecuali Presiden Husni Mubarak yang tidak hadir, tujuh yang lain hadir, baik pada tingkat Kepala Negara maupun kepala pemerintahan. Dan saya duga di samping kita membahas kerja sama ekonomi dan pembangunan tapi situasi yang ada di Timur Tengah sekarang ini, akan juga menjadi perhatian kami semua. Karena banyak negara yang berasal dari kawasan itu, dan ini kesempatan yang baik untuk saya menyampaikan seruan saya selaku Presiden Republik Indonesia, atas apa yang tengah berlangsung di kawasan itu, utamanya yang terjadi di Gaza.

 

Meskipun dua hari yang lalu Pemerintah Indonesia telah resmi mengeluarkan statement, tetapi melalui mimbar ini akan saya ulang kembali, bahwa Indonesia sungguh menyerukan, agar kekerasan segera bisa dihentikan, kemudian dicegahlah terjadinya  perang terbuka sebagaimana yang terjadi pada akhir tahun 2008 dan awal 2009 dulu. Saya cemas karena serangan-serangan udara Israel masih terus berlangsung, sementara tembakan roket dengan jarak yang makin jauh, juga masih terjadi, sementara korban berjatuhan dan sebagaimana yang terjadi di waktu yang lalu, korban itu adalah penduduk sipil, the innocent people. Apa yang sedang terjadi sekarang, menurut saya harus segera dihentikan. Dan Indonesia sangat berharap Dewan Keamanan PBB, Perserikatan Bangsa-Bangsa, bisa mengambil langkah-langkah yang tegas, yang tepat untuk menghentikan kekerasan yang masih terus berlangsung dan kemudian mencegah terus meluaskan, meningkatnya aksi kekerasan dan kemungkinan peperangan baru di kawasan itu.

 

Sikap Indonesia jelas kita mendukung kemerdekaan bangsa Palestina, dengan konsep Two States Solution sekarang baru One State yaitu Israel. Kita berharap, jadi dua states, Israel dan Palestina. Dengan demikian, kalau itu bisa terwujud, insya Allah apa yang terus terjadi ini bisa dicegah atau diakhiri. Oleh karena itu, saya berharap, baik Perserikatan Bangsa-Bangsa, negara-negara lain di kawasan, bisa mendorong Israel untuk menghentikan aksi-aksi militernya, serangan udaranya, dan setelah itu kedua belah pihak kembali mencegah aksi-aksi baru yang bisa memunculkan konflik, apalagi peperangan yang luas. Kita masih ingat 2008-2009 konflik itu hanya berlangsung selama tiga minggu dan satu hari, tapi korbannya yang meninggal ribuan yang luka ribuan, rumah dan gedung yang hancur ribuan dan hampir semua adalah penduduk sipil.

 

Oleh karena itulah, ada tanggung jawab moral, bagi semua pemimpin untuk tidak membiarkan penduduk sipil menjadi korban atas konflik yang masih  terjadi ini. Itulah seruan saya, seruan Indonesia kepada pihak-pihak yang sekarang sedang berhadapan dengan tetap kami dukung penuh kemerdekaan Palestina dan juga seruan serta harapan kepada Dewan Keamanan PBB. Itulah Saudara-saudara yang ingin saya sampaikan. Terima kasih atas perhatiannya.

 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI