Kolaborasi Pengelolaan Informasi Yang Akurat, Humas Kemensetneg Lakukan Media Visit Ke Solopos
Solopos menerima kunjungan kehumasan Asisten Deputi Hubungan Masyarakat Kementerian Sekretariat Negara (Asdep Humas Kemensetneg), Eddy Cahyono Sugiarto, bertempat di Kantor Redaksi Solopos (14/3). Kunjungan kehumasan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama dan kolaborasi tata kelola, diseminasi informasi, dan pengelolaan informasi yang akurat, guna mengedukasi masyarakat dalam mendapatkan berita yang didukung fakta yang valid, sekaligus meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan hoaks dan ujaran kebencian.
Kunjungan Asdep Humas Kemensetneg disambut dengan hangat oleh Redaktur Pelaksana Solopos Abu Nadhif, Data and Content Manager Solopos Syifaul Arifin, dan Redaktur Desk Kota Solo Mufid Aryono. Dalam kunjungan tersebut, didiskusikan lebih mendalam tentang perkembangan media sosial dalam penyebaran informasi, dan bagaimana media mainstream bekerja dalam mengolah informasi yang dapat dipercaya.
“Perkembangan era digital dewasa ini membawa konsekuensi semakin masifnya penetrasi media sosial dalam berbagai sendi kehidupan, yang membawa perubahan pola komunikasi, dari cara-cara konvensional menuju digitalisasi komunikasi, dengan mengedepankan berbagai kanal media sosial kekinian. Pemanfaatan media sosial menjadikan arus informasi mengalir dengan deras dan cepat, yang menjadikan penggunaan internet sebagai media baru (new media),” kata Eddy Cahyono Sugiarto.
Fenomena ini membawa konsekuensi “tsunami informasi” yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat kontraproduktif, utamanya apabila informasi yang ada tidak didukung fakta dan data, karena ruang publik disesaki dengan informasi hoaks dan ujaran kebencian. Disinilah diperlukan peran strategis media mainstream yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat. Untuk itu, Kemensetneg menganggap penting diskusi dengan jajaran redaksi Solopos, sebagai media massa yang memiliki reputasi baik dalam tata kelola dan diseminasi informasi yang terpercaya.
“New Media juga memiliki dampak negatif dengan merebaknya fenomena post truth yang apabila tidak diantisipasi dengan mitigasi yang terencana dan terukur, juga akan berpotensi mempertajam polarisasi di masyarakat, ditandai dengan semakin viralnya pemberitaan yang tendensius mengusung sentimen agama, ras, dan kelompok kepentingan, yang dapat menjadi hambatan dalam memacu keberlanjutan pembangunan nasional, merawat NKRI, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat,” kata Eddy Cahyono Sugiarto.
Pemilihan Solopos sebagai lokasi kunjungan kehumasan oleh Asdep Humas Kemensetneg bukan tanpa alasan, mengingat sejak lama Solopos dipandang memiliki reputasi yang cukup baik dalam mengolah dan mengelola informasi untuk masyarakat, terlebih di era sosial media yang sangat masif seperti saat ini. Solopos tetap konsisten sebagai media mainstream yang memberikan kualitas informasi yang akurat dan kredibel sehingga memiliki reputasi bagus di mata masyarakat.
Lebih lanjut, Eddy menyebutkan bahwa Kemensetneg dapat memetik pelajaran berharga dari Solopos mengenai pengelolaan newsroom, penggunaan infografis oleh Solopos dalam fitur Espospedia di situsnya, dan upaya meningkatkan keterlibatan masyarakat melalui menyatu dengan masyarakat dalam mensejajarkan pada tren dan keinginan masyarakat saat ini.
Redaktur Pelaksana Solopos Abu Nadhif mengatakan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap media mainstream menjadi energi baru. Menurutnya, perbedaan antara media mainstream dengan media sosial adalah dalam hal verifikasi. Hal inilah yang menjadi faktor utama meningkatnya kepercayaan masyarakat pada media mainstream. “Tugas kami adalah memastikan kebenaran suatu isu dan kemudian menyampaikannya kepada masyarakat, informasi lengkap, konfirmasi, dan resmi. Kami punya kewajiban itu,” ujar Abu Nadhif.
Mengakhiri kunjungannya, Asdep Humas Kemensetneg mengharapkan media mainstream seperti Solopos dapat membantu diseminasi kerja pemerintah dan memainkan peran aktif sebagai ruang penjernih informasi guna membangun well informed society. Diharapkan akan terbangun sikap kritis masyarakat untuk membedakan informasi nyata dan bohong dan konten yang dapat dipercaya maupun yang diragukan. (FAF/DOA – Humas Kemensetneg)