Konferensi Pers Presiden RI Menyikapi Situasi Terkini di Mesir, Tgl. 15 Agt 2013, di Jakarta

 
bagikan berita ke :

Kamis, 15 Agustus 2013
Di baca 811 kali

KONFERENSI PERS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENYIKAPI SITUASI TERKINI DI MESIR

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

TANGGAL 15 AGUSTUS 2013

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Para wartawan yang saya cintai, saya akan menyampaikan pernyataan dalam kapasitas saya sebagai Presiden Republik Indonesia menyikapi perkembangan situasi terkini di Mesir. Pertama, untuk kepentingan masyarakat internasional, saya akan menyampaikan pernyataan dalam bahasa Inggris. Kemudian setelah itu, untuk diketahui oleh saudara-saudara kita rakyat Indonesia tentang sikap dan posisi pemerintahnya, saya akan sampaikan pernyataan saya ini, nantinya, dalam bahasa Indonesia.

 

I have followed with great concern the latest development in Egypt. I have been continuously briefed by my foreign minister and the Indonesian Ambassador too in Cairo on the latest development on the ground. All of you are aware that the development in the last 24 hours in Egypt has worsened, resulting in significant loses of lives and injuries. As a country with brotherly relation and historicizities with Egypt, Indonesia hopes that the condition in Egypt will not deteriorate. I express to hope that all side in Egypt, be the government, military, and moslem brotherhood can exercise their utmost self-restrain and avoid further bloodshed.

 

In my view, the use of force or worse excessive military arm is contradictory to the democratic values and Human Rights. I call on all sides to find the best solution based on the spirit of compromise and win-win approach. What is most critical, however, is to ensure the secession of violence and a widen of more casualties.

 

Indonesia is completely aware that the present situation in Egypt is extremely complex, difficult. Indonesia also went through similar process of reform and political transformation. Fifteen years ago, with a spirit of collaboration and cooperation between the civilian and the military, Indonesia was able to safely navigate this challenging process. Again, I call on international community to support effort to end the crisis in Egypt to include the United Nation through a peaceful dialog and spirit of reconciliation.

 

Itulah pernyataan saya dalam bahasa Inggris, Saudara-saudara.

 

Saya ingin lanjutkan. Saudara sudah mengikuti semua apa yang terjadi jam demi jam di Mesir, di Kairo, dan di tempat-tempat sekitar Kairo. Saya kira perasaan kita sama, perasaan rakyat Indonesia pasti sangat prihatin terhadap apa yang terjadi di Mesir. Korban berjatuhan, baik yang meninggal maupun yang luka-luka, dan belum ada tanda-tanda bahwa konflik dan kekerasan yang terjadi itu akan segera berakhir.

 

Saya katakan tadi dalam pernyataan saya dalam Bahasa Inggris, memang situasinya sangat sulit dan kompleks, sepertinya opsi tidak terlalu banyak, yang bisa diambil untuk menghentikan pertumpahan darah, kemudian mencegah lebih memburuknya situasi di Mesir tersebut. Namun, bagaimana pun sebagai sahabat, Indonesia masih berharap dan menyeru kepada para pemimpin dan elit politik yang ada di Mesir, apakah di pihak pemerintah sendiri, kaum militer, maupun Ikhwanul Muslimin, sebisa-bisanya mencegah untuk situasi tidak lebih memburuk, dan mencegah agar korban tidak menjadi lebih banyak lagi.

 

Saya tahu, sekali lagi, ini sesuatu yang tidak mudah, tetapi kalau para pemimpin dan elit politik mau, misalnya, menghentikan dulu kekerasan yang terjadi sekarang ini, dan berusaha mencari satu formula yang saya sebut dengan win-win solution, kompromi, barangkali masih terbuka peluang itu, meskipun barangkali sempit yang disebut dengan window of opportunity. Sementara itu, saya juga menyeru bahwa negara-negara lain dan terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk juga memberikan perhatian, berbuat sesuatu, untuk sekali lagi, agar tidak menjadi tragedi kemanusiaan yang lebih dahsyat dari apa yang kita, kita lihat sekarang di Mesir.

 

Beberapa saat yang lalu, saya kira para wartawan juga mengikuti statement saya, militer mesti menghormati demokrasi. Penggunaan kekuatan militer dan senjata terhadap pengunjuk rasa yang disebut dengan peaceful demonstration, tentu itu tidak bisa diterima, dan itu bertentangan sebenarnya, dengan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, dan hak-hak asasi manusia.

 

Indonesia punya pengalaman yang kurang lebih sama, ketika negara kita juga diguncang oleh situasi politik, sosial, dan keamanan yang buruk, dan membahayakan, yaitu yang terjadi pada tahun 1998 dan 1999. Tetapi, alhamdulillah, dengan izin Allah, situasi itu tidak berkembang lebih memburuk lagi. Mengapa? Karena waktu itu militer Indonesia melaksanakan reformasi internalnya, mendukung reformasi dan demokratisasi. Sementara pemimpin politik Indonesia waktu itu, juga tidak meninggalkan militer, bahkan mengajak militer yang sudah melaksanakan reformasi, dan kemudian yang bertindak secara profesional untuk menyukseskan perubahan yang ada di negara ini. Boleh dikatakan, bagaimanapun terjadi kolaborasi, sinergi, dan kebersamaan dulu antara pemimpin-pemimpin sipil, pemimpin-pemimpin politik, dengan kaum militer di Indonesia yang telah melaksanakan reformasi.

 

Barangkali pengalaman Indonesia di masa-masa yang sulit itu, boleh juga kalau dijadikan pelajaran bahwa tidak mungkin situasi di Mesir sekarang ini bisa diselesaikan kalau para pemimpin dan elit politik dari pihak-pihak yang sedang berhadapan melakukan sesuatu yang berani, berani dalam arti rekonsiliasi, mencari solusi yang saya sebut dengan win-win sifatnya, dan kemudian bloodshed bisa dihentikan. Dan, Dewan Keamanan PBB, kali ini, menurut pandangan saya, sudah sepatutnya juga untuk peduli dan mengambil tindakan yang diperlukan.

 

Sementara itu, Saudara-saudara, saya juga di samping menerima laporan dan berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri, saya juga berkomunikasi dengan Duta Besar kita yang ada di Kairo, Pak Nur Faizi, beliau sangat aktif, termasuk saya ingatkan berkali-kali, tolong dijaga para mahasiswa kita, tolong dijaga Warga Negara Indonesia, jangan sampai menjadi sasaran yang tidak semestinya. Menjauhi tempat-tempat yang berbahaya, tentu tidak boleh ikut-ikutan berpihak mana pun karena ini urusan Mesir sebetulnya, mereka studi, dengan demikian, Insya Allah, bisa kita jaga keselamatannya.

 

Itulah yang ingin saya sampaikan, Saudara-saudara, pada kesempatan yang baik ini. Dan Indonesia akan aktif, saya sendiri, Menlu, apa yang bisa Indonesia lakukan bersama komunitas internasional yang lain untuk membuat situasi di Mesir ini, sekali lagi, tidak lebih memburuk lagi.

 

Demikian yang ingin saya sampaikan.

 

Terima kasih atas perhatian Saudara semua.

 

 

 

 Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

KementerianSekretariat Negara RI