Pengantar Presiden RI pada Sidkab Terbatas Bidang Ekonomi, di Kanpres, Jakarta, tgl. 10 Sept 2013

 
bagikan berita ke :

Selasa, 10 September 2013
Di baca 727 kali

PENGANTAR PRESIDEN RI

PADA

RAPAT KABINET TERBATAS BIDANG EKONOMI,

TANGGAL 10 SEPTEMBER 2013,

DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

 

Saudara Wakil Presiden dan para Peserta Rapat Kabinet Terbatas yang saya cintai, alhamdulillah kita dapat kembali melaksanakan pertemuan ini untuk memastikan bahwa kita terus gigih bekerja untuk mengatasi tekanan terhadap ekonomi kita dewasa ini.

 

Sering saya katakan bahwa setiap pagi, setiap saya bangun pagi selalu terlintas di pikiran saya apa hadiah berita yang baik hari itu. Dan kemudian selalu juga ada berita yang kurang nyaman, ada good news juga ada bad news. Demikian juga dalam pengelolaan pemerintahan yang saya beserta Wapres, dan para menteri lakukan selama ini.

 

Good news yang dapat saya sampaikan kepada Saudara, dua hari ini rupiah kita stabil, atau menguat tipis, saham kita menguat pada posisi sekarang ini selama dua hari hampir mencapai 5%, ya? Ya Betul, dibandingkan ditambah kemarin berarti 5% lebih, berarti good news, tidak ada rumor baru yang serius, dan peringkat kita di tengah-tengah tekanan kepada perekonomian kita pada World Economic Forum dari 50 meningkat menjadi 38. Itu good news. Bad newsnya, sungguhpun ada pembaikan seperti itu ekonomi kita belum aman. Kecuali defisit neraca berjalan benar-benar di bulan-bulan mendatang bisa kita perbaiki, saya menganggap tetap belum aman. Ditambah dengan perkembangan geopolitik sebagaimana urusan Syiria yang menjadi debat hangat pada masyarakat internasional, maupun soal-soal yang lain.

 

Oleh karena itu, agar kita lebih yakin, lebih optimis biar tekanan ini bisa kita lampaui, maka mari kita perbanyak good news, mari kita bekerja all out, jangan pernah ada satu hari pun yang tidak kita gunakan untuk mengelola semua persoalan ini dengan sebaik-baiknya.

 

Selama saya menghadiri pertemuan G-20 saya juga memantau apa yang ada di Tanah Air, termasuk yang dilakukan Wapres, dan Saudara semuanya. Dan saya hanya ingin mengingatkan kembali pada forum kita sore hari ini, bahwa sasaran yang hendak kita wujudkan dari sekarang hingga bulan-bulan mendatang adalah stabilitas harga. Berarti kita bisa mengelola inflasi secara positif, dan bahkan harapan saya sebetulnya ada pembaikan pada harga-harga tertentu, stabilitas, tapi juga pembaikan pada komoditas tertentu.

 

Yang kedua kita juga harus berupaya dengan sekuat tenaga untuk mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja. Apa yang Saudara lakukan terus berkomunikasi dengan dunia usaha, mempersiapkan perangkat untuk kebijakan fiskal, antara lain tujuannya adalah mencegah terjadinya gelombang PHK. Itu sasaran yang kedua.

 

Sasaran yang ketiga, bagaimanapun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat harus kita cegah untuk lebih, untuk tidak lebih melemah, harapan kita membaik pada angka tertentu, dan kemudian stabil. Demikian juga indek harga saham gabungan yang trennya hari-hari terakhir ini membaik harus kita jaga dengan segala upaya, agar tren itu kembali positif. Oleh karena itu, untuk mencapai empat sasaran itu tiada lain apa yang telah kita tetapkan sebagai paket Agustus itu sungguh dijalankan. Saya memantau sebagian sudah berjalan, sebagian belum dijalankan dengan penuh.

 

Saya juga ingin dalam waktu tiga bulan ini, rencana investasi, banyak rencana investasi yang karena satu dan lain hal belum terimplementasikan, padahal itu peluang, harapan saya diselesaikan. Kalau penyebabnya belum klop antara kementerian tertentu dengan rencana investasi itu, ya selesaikan. Kerja di kantor jangan pulang ke rumah kalau belum selesai. Itu investasi.

 

Untuk stabilitas harga utamanya harga pangan, caranya Saudara sudah tahu semua, ya bikin supply pangan itu lebih besar dari pada demand-nya, sederhana sekali, saya mendengar ada yang belum ke situ.

 

Yang keempat, dollar juga pasar uang sebetulnya itu, ya seimbangkan antara supply dengan demand dollar, caranya Saudara juga sudah tahu sebetulnya, tinggal bagaimana kita dengan dunia usaha bekerja sama, berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik, itu cara yang keempat.

 

Nah, cara yang kelima, saya ingin betul dalam waktu tiga bulan ini, apa yang ada dalam MP3EI, kalau itu berupa forum direct investment, ataupun peluang investasi untuk usaha dalam negeri, itu konkrit apa yang kita tawarkan. Apalagi mereka sudah berminat ya konkrit itu diimplementasikan. Saya tidak ingin dengar dari pihak kita sendiri, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah kurang memberikan fasilitas, perizinannya lama, akhirnya peluang besar itu tidak datang. Memang ini jangka menengah, tetapi kalau jangka pendek, upaya jangka pendek yang telah kita tetapkan dilaksanakan benar-benar selama tiga bulan ini. Dan tiga bulan ini sudah konklusif rencana investasi itu akan dilakukan, maka jangka menengah pun insya Allah ekonomi kita menjadi kuat.

 

Ini saja yang perlu saya garisbawahi, dan hari ini kita akan membahas itu. Saya tidak ingin sebetulnya terlalu banyak rapat seperti ini, karena sudah sangat jelas, saya ingin dilapori setelah seminggu meninggalkan Tanah Air apa yang terjadi, terlalu banyak informasi yang masuk kepada saya. Ada ya simpul-simpul yang tidak pas yang kurang bergerak. Tidak boleh terjadi, tidak boleh terjadi.

 

Saya memang menginginkan bukan sekedar aman atau selamat dari tekanan baru ini, dari goncangan baru ini, tetapi ekonomi kita itu memiliki peluang yang besar sebetulnya untuk betul-betul, apa namanya, bisa bersaing secara global pula.

 

Coba simak apa yang saya sampaikan ini, pengalaman saya menghadiri pertemuan puncak G-20 di Rusia, saya ingin jelaskan lagi bahwa good news-nya kalau kita bicara perekonomian global. Ekonomi negara maju utamanya Amerika Serikat dan Jepang itu mengalami peningkatan, pembaikan, meskipun ya masih sedikit, meskipun secara keseluruhan negara-negara maju masih struggling untuk memulihkan perekonomiannya, untuk tumbuh lebih tinggi sedikit dari pertumbuhan yang rendah, atau bahkan sangat rendah. Contoh negara maju diperkirakan tahun ini akan tumbuh 1,2%, Amerika Serikat diperkirakan 1,7%, ini baik dibandingkan yang sebelumnya bahkan saya dengar Amerika Serikat ada prediksi lebih tinggi lagi dari angka ini, dua koma sekian persen, bagus, kalau negara-negara maju segera pulih perekonomiannya.

 

Rusia sendiri, ada beberapa sumber tapi yang paling optimis akan tumbuh 3.3% tahun ini, kemudian Tiongkok, Presiden Xi Jinping juga mengatakan kemarin sekitar 7,5 %, 7-7,7%. Untuk ukuran Tiongkok tentu ini perlambatan pertumbuhan. India pada kisaran 5,6 atau 5,7%. Brasil sekitar 2,9%, Afrika Selatan 2,5%. Jika Indonesia bisa tumbuh di sekitar 5,9% karena OCD saya ketemu dengan pimpinannya, ngaji angka kita 5,8 tetapi sumber yang lain bisa memberi angka 5,9 prediksinya, andaikata ini bisa kita penuhi dengan segala upaya, maka sebetulnya peringkat pertumbuhan kita masih nomor dua setelah Tiongkok. Dari semua negara G-20 dan dari juga emerging market.

 

Saya hanya ingin menggambarkan we are not alone sebetulnya, temen-temen juga repot akibat perubahan dramatis dari policy moneter Amerika Serikat. Nilai tukar, nilai tukar rupiah ini terdeprisiasi, catatan Januari sampai Agustus 7,7%, 7,79% ya, ya sebutlah minus hampir 8%, kemudian India itu minus 13,3% tetapi sumber yang lain bahkan sampai 24%, Brasil minus 15,51%, Rusia minus 12%, Afrika Selatan minus 17%, Turki minus 8,1% relatif sama dengan Indonesia. Artinya teman-teman kita juga mengalami tekanan yang berat seperti ini, dan kemarin juga saling bertukar pikiran, saling berbagi informasi. Itu dari nilai tukar, tadi growth sekarang exchange rate.

 

Nah masalah unemployment pengangguran, ternyata negara-negara maju juga masih punya persoalan, Amerika 7,4%, Inggris 7,7%, Spanyol 27,2%, Itali 12%, Perancis 11%, yang baik Jerman sama Jepang, Jerman 5,4% dan Jepang 4,2%. Sementara itu posisi kita tidak terlalu jauh dengan beberapa negara BRICS, BRICS Saudara-saudara, Brasil 5,6%, Rusia 5,3%, kita BPS terakhir 5,9 ya, 5,9%, India 9,9%, Afrika Selatan 25,6%, kemudian Tiongkok 4,1%. Jadi di atas kita yang jelas Tiongkok, sedikit di atas kita Brasil dan Rusia. Apa artinya? Memang emerging market sekali ini sedang mendapatkan tekanan, sementara developing countries advanced economics itu memiliki pembaikan.

Dalam intervensi saya di G-20 kemarin, saya ucapkan selamat, dan senang karena negara maju mulai menggeliat tetapi marilah kita bekerja sama dengan policy coordination, dengan konsultasi, dengan coordinated act agar semua tumbuh, jangan sampai negara maju tumbuh, negara yang emerging dibikin tidak tumbuh, menjadi isu. Andaikata negara maju itu tumbuh ekonominya tapi pasar di negara bekembang 1,3 ulangi 1,1 milyar, Tiongkok 1,3 milyar, Indonesia ¼ milyar, misalnya kami semua terganggu, belum Brasil, belum Rusia itu mengganggu perekonomian mereka, mengganggu eksport komoditas mereka.

 

Saudara-saudara, justru inilah yang harus memotivasi kita untuk bekerja lebih serius, ya lebih serius sehingga ya kita perlu pandangan negara lain, emerging market yang lain untuk cepet-cepetan menaikkan, apa namanya, capaian ataupun keadaan ekonomi masing-masing.

 

Sambil jalan nanti akan saya sampaikan juga apa yang perlu kita lakukan ke depan ini, tetapi yang jelas, saya sampaikan ke Wapres kemarin, dalam pertemuan G-20 saya juga sempat melakukan pertemuan, tidak selalu formal, dengan Perdana Menteri Jepang, dengan Presiden Tiongkok, urusan kerja sama perekonomian kita ini, untuk sekaligus memastikan kerja sama bilateral swap arrangement itu terjadi jika diperlukan. Ingat tahun 2005 dan 2008 dulu sesuai dengan perjanjian di kawasan, saling bantu di antara negara-negara, membantu yang sedang mengalami kesulitan. Indonesia memiliki komitmen ketika kita menghadapi tekanan ekonomi 2005-2009 dari negara-negara di kawasan ini yang disebut bilateral swap arrangement.

 

Alhamdulillah komitmen itu ada lagi sekarang ini, dan sikap saling membantu itu justru makin kuat. Oleh karena itu, ketika pasar bisa lebih tenang dengan dana berjaga-jaga itu, jika sesuatu terjadi, meskipun insya Allah, sekali lagi, insya Allah tidak pernah kita sentuh, justru mari kita gunakan peluang ini, ruang ini untuk melakukan semua hal yang harus kita lakukan. Kuncinya Saudara-saudara, kita sendiri, 2005, 2008 kita mampu, pemerintah pusat dan daerah, dan juga dengan dunia usaha. Saya mengatakan kali ini juga harus kita lakukan, dan kalau itu kita lakukan saya punya keyakinan yang tinggi, ya mudah-mudahan satu, dua, tiga, empat bulan ini, tekanan yang berat ini bisa kita atasi dan ekonomi kita kembali menggeliat, dan bahkan tumbuh makin baik. Isu ekonomi antara lain itu kemarin, tentu ada sejumlah hal ya kembali investasi, job, unemployment, tecnologi yang berkaitan dengan job, lantas policy coordination yang selanjutnya kita bahas dalam forum G-20.

 

Kalau politik dan keamanan Saudara juga mengetahui, memang didominasi oleh pembahasan isu Syria, dan bahkan kami berdiskusi sampai jam 01,30 menjelang dini hari karena memang hangat, semua bicara Presiden Obama, Presiden Putin-Rusia, lantas Perdana Menteri David Cameron-Inggris, Kanselir Angela Merkel-Jerman, Presiden Hollande-Perancis, Presiden Xi Jinping-Tiongkok, dan kami-kami semua bicara, ya terus terang sebagaimana saya katakan, pandangannya intinya terbelah dalam dua ekstrim. Ekstrim yang pertama waktu itu serang dengan operasi militer tanpa atau dengan mandat PBB, yang satunya lagi jangan coba-coba sentuh Syria apalagi tanpa mandat PBB, jadi no go.

Nah di situlah memang relatif tegang forum itu, dan saya menyampaikan pandangan saya in the troop tidak pergi ke ekstrim yang satu dan ekstrim yang lain, tapi yang jelas harus ada respon masyarakat internasional, tidak harus melaksanakan serangan militer tapi semacam gencatan senjata, peace, kemudian diawasi oleh international forces dengan mandat PBB memungkinkan bantuan kemanusiaan, dan selanjutnya proses politik yang inklusif, demokratis, dan transparan berdasarkan keinginan rakyat Suriah sendiri.

 

Nah, yang tengah inilah yang tadinya kurang begitu laku karena sudah terbelah dua dalam perkembangannya tiga hari terakhir ini, mudah-mudahan Allah mengizinkan ini, nampaknya serangan militer itu mungkin bisa tidak jadi dilakukan karena dua-duanya sudah mulai memikirkan dampaknya, sudah memikirkan opsi politik, sudah memikirkan semacam jalan tengah. Saya ikuti talk show di Amerika Serikat menyebut juga cease-fire, saya ikuti yang lain-lain, Dewan Keamanan segera melakukan sesuatu untuk merintis, dan itulah posisi kita yang segaris, dan saya sudah sampaikan ke Sekjen PBB, ke utusan khusus untuk Syria Lakhdar Brahimi, dan surat sudah saya layangkan hampir semua kepada anggota baik tetap maupun tidak tetap Dewan Keamanan PBB, saya pun berkirim surat ke Presiden Assad, ke Presiden Dewan Keamanan PBB, Pemimpin negara-negara ASEAN, Pemimpin Amerika Latin, dan Pemimpin Nordeg.

 

Itulah diplomasi all out kita, kita tentu tidak bisa mengatur dunia, tapi hanya memberikan pandangan, memberikan usulan disertai tanggung jawab dan niat baik, bahkan saya katakan kalau solusinya adalah peacemaking, gencatan senjata maksud saya, kemudian ada pasukan PBB yang mengawasi perdamaian, saya sampaikan Indonesia siap untuk berkontribusi mengirimkan satuan militernya sebagai bagian dari peacekeeping operation.

 

Saya belum tahu perkembangan hari ini, dan besok, dan lusa, tetapi saya senang bahwa para pemimpin dunia yang saya simak perbincangannya hari-hari terakhir ini nampaknya sudah mulai menyadari bahwa solusi politik, solusi damai itu yang jauh lebih baik dibandingkan aksi militer. Dan saya sudah meminta Menteri Luar Negeri untuk terus memantau, dan manakala diperlukan Indonesia siap untuk ikut memikirkan apa yang terbaik bagi Syria.

 

Saudara-saudara itulah inti dari G-20 summit yang mesti Saudara ketahui, dan setelah ini nanti saya minta diberikan update dulu, dan kemudian tolong isu apa yang mengemuka, tidak boleh satu pun isu tidak ada solusinya. Tidak boleh jalan di tempat, tidak boleh kandas, dan kalau sudah diputuskan, jalankan. Hanya dengan itu akan bergerak mengalir kalau tidak capek, yang memutuskan sudah ini tapi tidak berjalan dengan baik, capek nanti. Dan saya dengan Wapres akan bersama-sama Saudara berbulan-bulan ini agar semua policy, semua putusan itu bisa dijalankan dengan benar.

 

Terima kasih.

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI