Pengarahan Presiden RI kepada Jajaran Dewan Komisaris dan Direksi BUMN, Yogyakarta, 10 Oktober 2012

 
bagikan berita ke :

Rabu, 10 Oktober 2012
Di baca 766 kali

PENGARAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPADA JAJARAN DEWAN KOMISARIS

DAN DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA

DI HOTEL SAHID RICH, YOGYAKARTA, RABU, 10 OKTOBER 2012

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Para Menteri, dan sebelumnya, saya mengundang Ketua BPK untuk hadir dalam acara yang penting ini, terima kasih bisa hadir Pak Hadi,

Ketua KEN, Pak Gubernur,

Para Pimpinan Badan-Badan Usaha Milik Negara, baik Unsur Direksi maupun Komisariat,

 

Hadirin sekalian yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Alhamdulillah, kita dapat menghadiri pertemuan hari ini yang insya Allah akan membawa kebaikan dan kemajuan. Bukan hanya bagi Jajaran BUMN, tetapi juga bagi perekonomian nasional kita, dan akhirnya bagi negara yang sama-sama kita cintai.

 

Tadi, kita telah mendengarkan laporan dan presentasi dari Menteri BUMN yang sangat jelas, dan membawa harapan bagi kita semua dan bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Saya senang dengan presentasi seperti itu karena gamblang dan kemudian arahnya jelas, tinggal implementasi Saudara semua untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan tadi.  

 

Saudara-saudara para Pimpinan BUMN,

 

Saya mengawali apa yang akan saya sampaikan pada hari ini dengan ucapan terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas apa yang Saudara lakukan pada tahun-tahun terakhir ini sehingga perekonomian kita di kala dunia mengalami krisis, alhamdulillah, bukan hanya selamat, bukan hanya bertahan tetapi tumbuh tinggi, dan ini, dan ini tidak terlepas dari kontribusi yang nyata dari Jajaran Badan-Badan Usaha Milik Negara. Saya juga memberikan apresiasi pada bintang-bintang BUMN tadi, stars dan superstars dalam arti yang meraih serta mencetak prestasi yang membanggakan. Saya yakin akan lebih banyak lagi bintang-bintang baru nanti di tahun-tahun mendatang. Dan bagi yang belum, saya tidak akan menggunakan istilah ‘mayat', tetapi saya gunakan yang sedang ‘mati suri' untuk segera bangkit dan kemudian maju. Kecuali, kalau yang mati suri itu sudah menyerah, apa boleh buat, tentu tidak bisa kita paksakan, dan pada prinsipnya tidak boleh ada yang menghambat gerak maju dari BUMN ini, gerak maju dari perekonomian kita yang sedang sama-sama kita galakkan.

 

Saudara-saudara,

 

Ketika saya memasuki gedung baru ini dengan Pak Gubernur tadi. Dan ternyata, ini hotel yang baru, baru enam bulan. Saya baru pertama kali datang ke tempat ini. Ada tulisan yang Saudara tulis, dengan judul "Menuju BUMN yang Bersih, Efisien, dan Menjadi Lokomotif Pertumbuhan". Saya suka tiga-tiganya. Bicara tentang, bicara tentang bersih, saya ajak Kepala BPK. Mari kita bersihkan badan kita, pekarangan kita, rumah kita, dari pada dibersihkan oleh orang yang lain. Itu yang paling baik. Kita berbenah dan bebersih diri. Kalau itu kita lakukan semua akan menjadi bersih. Dan tidak perlu para penegak hukum, para auditor harus turun tangan dan kemudian memperkarakan kita semua. Oleh karena itu, ingat, lebih bagus kita bersihkan diri, rumah, dan pekarangan kita daripada harus dibersihkan oleh pihak-pihak yang lain.

 

Yang kedua, efisien. Tanpa efisiensi dan produktivitas akan lebih banyak lagi yang akan menjadi pihak yang mati suri tadi. Bikin kompetitif, bikin produktif, dan dengan efisiensi yang setinggi-tinggginya. Saya dukung tema yang kedua itu. Sedangkan tema yang ketiga, apa yang dipaparkan oleh Pak Dahlan Iskan tadi tiada lain adalah bagaimana BUMN di negeri ini dengan aset yang begitu besar, benar-benar menjadi lokomotif pertumbuhan untuk perekonomian kita, utamanya ketika dunia mengalami resesi.

 

Saya membaca running text tadi malam, IMF pun telah mengoreksi lagi pertumbuhan perekonomian global. Tahun ini dari 3,6 persen pertumbuhan ekonomi dunia, turun lagi menjadi 3,3 persen saja. Demikian juga tahun 2013 mendatang, ada penurunan dari perkiraan sebelumnya. Dunia masih belum bersahabat, penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, kita harus melakukan segala sesuatunya agar perekonomian kita tetap selamat. Saya mengikuti siaran televisi internasional, satu jam sebelum berangkat ke tempat ini. Saya mendengar statement sahabat saya, Perdana Menteri Inggris, David Cameron yang mengatakan, yang dihadapi oleh Inggris sekarang ini menyangkut perekonomian adalah swim or sink, bayangkan. Kuartal kedua kemarin ekonominya tumbuh minus, 0,3 persen. Dan nasib Inggris yang masih bergulat dengan perekonomiannya tidak sendiri. Banyak negara maju, utamanya negara-negara di Eropa. Oleh karena itu, mari kita tidak lalai dan kemudian justru kita lebih bersatu, bekerja lebih giat, mencegah kebocoran, meningkatkan kinerja, dan akhirnya kapal yang kita naiki akan makin cepat melajunya menuju ke pantai yang sama-sama kita idamkan. Itulah metamorfose yang harus saya sampaikan dan bagaimana kita bersama-sama mencapainya.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau kita rumuskan satu kata apa yang menjadi prioritas bangsa ini. Apa yang menjadi prioritas pembangunan nasional yang terus-menerus kita lakukan sejak tahun 1945. Sejak era Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarno Putri, saya, dan Presiden baru nanti 2014, dan seterusnya menurut pendapat saya adalah mengurangi kemiskinan di negeri ini. Banyak yang sudah, yang sudah berada, banyak yang sudah di atas itu. Pendapatan per kapita dan daya beli rakyat kita, tapi terus terang masih ada saudara-saudara kita yang masih miskin. Prosentasenya terus menurun, alhamdulilah, karena kerja keras kita tetapi jumlahnya kalau itu masih sekitar, katakanlah 20 sampai 30 juta, itu menurut saya masih merupakan angka yang cukup tinggi. Oleh karena itu, semua upaya yang harus dilaksanakan oleh kita semua, pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, swasta, dan siapa saja adalah terus-menerus mengurangi angka kemiskinan itu. Kemiskinan bisa dikurangi manakala ekonomi tumbuh, tumbuhnya pun tumbuh secara berkeadilan dan juga seraya menjaga lingkungan, sustainable growth with equity. Jadi, segala yang kita pikirkan, segala yang dirancang oleh BUMN, oleh pemerintah, oleh negara, oleh kita semua, akhirnya bagaimana kita terus-menerus mengurangi kemiskinan rakyat kita dan terus-menerus meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

 

Dan, Saudara akhirnya tahu bahwa pertumbuhan diperlukan. Kalau ekonomi tumbuh, lapangan pekerjaan tercipta, rakyat kita punya penghasilan, bisa membeli keperluan sehari-harinya. Saudara sudah tahu komponen pertumbuhan, dari segi atau dari sisi demand side economy, dari segi, dari segi supply side economy, dari sisi production function. Tetapi, khusus di hadapan para Pimpinan BUMN, saya ingin menggarisbawahi, perlunya Saudara semua berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dari sisi investasi. Investasi. Saudara tahu, dari MP3EI saja, meskipun MP3EI belum mencakup keseluruhan pembangunan ekonomi yang kita lakukan, tapi dari sisi MP3EI, enam koridor pertumbuhan di seluruh Nusantara, kita memerlukan investasi sebesar kurang lebih 500 milyar dolar AS sampai tahun 2025. Alhamdulillah, dengan pertumbuhan ekonomi, dengan peningkatan pendapatan negara, dan dengan peningkatan spending pemerintah, kita bisa mengalokasikan anggaran itu sampai bentangan waktu 2025 dalam jumlah, pernah kita hitung, menyumbang sekitar 100 milyar dolar AS.

 

Kemudian BUMN kita perkirakan dulu jumlahnya juga setara dengan itu atau lebih sedikit, dan kemudian swasta Indonesia juga setara dengan yang bisa disumbangkan, yang bisa diinvestasikan oleh BUMN. Total yang bisa kita mobilisasi dari sumber daya Indonesia sendiri adalah sekitar 350 milyar dolar AS. Berarti, kalau ada kerja sama dengan negara-negara sahabat, itulah ruangnya. Tetapi saya senang tadi, ada semangat baru, ada energi baru di antara kita untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri, untuk mengibarkan merah putih setinggi-tingginya di seluruh Tanah Air dengan cara kita meningkatkan investasi oleh anak bangsa, dan dalam hal ini saya dorong BUMN betul-betul berdiri di depan untuk meningkatkan investasi itu.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi Pak Dahlan mengatakan ada dua komponen, ada dua tangan bagi pemerintah untuk membiayai pembangunan di negeri ini, utamanya investasi, pembangunan insfrastruktur, belanja modal, yaitu dari sisi APBN yang kira-kira jumlahnya mirip dengan yang bisa disumbangkan oleh BUMN. Ada bedanya, APBN melalui proses politik. Kalau sudah politik, kalau sudah proses politik tentu ada politiknya. Sering panjang, sering tidak mudah. Memang begitu demokrasi itu. Negara lain juga begitu. Jadi kalau alot pembicaraan pemerintah dengan DPR karena kedua-duanya ingin spending kita ini tepat dan benar, dan menghasilkan sesuatu yang terbaik tapi panjang. Saya ingin jajaran BUMN dengan proses politik tidak sepanjang dan sekompleks itu, tetapi sama, juga menghasilkan sesuatu yang terbaik, itu betul-betul bisa dilakukan. Dengan demikian tidak ada stagnasi, tidak ada sesuatu yang lost dari segi momentum, dan kemudian manakala kita juga bisa mempercepat proses politiknya dari sisi APBN, maka dual tract investment ini akan berjalan dengan baik dan tidak perlu saling menunggu. Mana yang lebih dulu itu yang perlu dilakukan. Jadi saya mendorong benar apa yang tadi disampaikan oleh Menteri BUMN.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan apa yang saya sampaikan itu saya berharap, saya tidak akan masuk ke masalah  yang detail, yang rinci, yang teknis karena saya percayakan penuh kepada Saudara semua. Saya hanya ingin memberikan highlights penekanan-penekanan pada isu-isu tertentu, agenda-agenda tertentu agar yang Saudara rencanakan dan sebagian sudah lakukan itu betul-betul menghasilkan sesuatu yang terbaik.

 

Pertama, tolong lakukan sesuatu yang lebih riil dan lebih besar untuk meningkatan ketahanan pangan, ketahanan energi, dan juga transportasi yang ramah lingkungan. Saya sungguh berharap, BUMN di tahun-tahun mendatang, lima, sepuluh tahun ke depan bisa melakukan investasi yang nyata, tentu bersama-sama swasta di bidang ketahanan pangan. Dari semua yang dilaporkan, saya dukung, dan manakala harus memerlukan peraturan pemerintah bisa kita percepat peraturan pemerintah itu karena saya mengetahui, konsepnya jelas. Khusus pangan, dari semua yang telah direncanakan, titip saja yaitu daging sapi, kedelai, dan juga sorgum karena demand atau konsumsi gandum meningkat tajam, karena naiknya golongan menengah, middle class is rising. Mereka mengkonsumsi lebih banyak lagi pangan. Saya tidak perlu lagi menjelaskan mengapa daging sapi harus lebih mandiri. Kita berdiplomasi ke Australia, ke Selandia Baru, ke Brazil, ke Kanada dan tempat-tempat yang lain untuk itu. Tetapi satu hal, solusinya adalah jangka menengah dan jangka panjang, kemampuan industri peternakan di negeri ini harus kita tingkatkan. Lakukan sesuatu untuk itu.

 

Kemudian, kedelai dan sorgum, lantas energi. Bagaimanapun kita punya potensi, minyak eh gas, batubara dan sumber-sumber energi terbarukan. Yang bikin bottlenecking tolong diatasi. Sesuatu yang selama ini menghambat, please think outside the box. Dengan demikian ketemu jalan keluarnya. Green car, electric car maupun hybrid segera dihadirkan. Sebab kalau tidak, negara tertekan oleh pengeluaran subdisi BBM. Terlalu banyak yang disedot untuk subsidi BBM, berkurang pembangunan infrastruktur, berkurang pos-pos pembangunan yang lain. Caranya, kita jemput hulunya dengan menghadirkan transportasi, termasuk transportasi publik yang sangat ramah lingkungan dan sangat hemat bahan bakar bahkan kalau itu mobil listrik, kendaraan listrik tanpa menggunakan BBM sama sekali.

 

Tiga, pangan, energi, dan transportasi ramah lingkungan. Saya sudah mengatakan kalau memerlukan peraturan pemerintah dan keputusan pada tingkat Presiden segera diproses dan insya Allah kita akan percepat semuanya. Dengan demikan, tidak ada yang terhambat oleh karenanya. Saya juga berpesan agar BUMN benar-benar berkontribusi dalam pembangunan atau percepatan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Mengapa? Itu panggilan moral. Kita sering datang ke Kawasan Timur Indonesia: Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, dan Maluku Utara. Meskipun di kawasan tengah dan barat juga masih ada kantong-kantong keterbelakangan, kantong-kantong kemiskinan tetapi di tempat itu jumlahnya lebih besar. Menjadi tidak adil kalau harga barang dan jasa jauh berbeda antara yang di bagian tengah dan bagian barat dengan yang di bagian timur. Oleh karena itu, saya berharap, lakukan investasi pula besar-besaran di koridor itu.

 

Yang lain adalah, saya senang karena BUMN juga ikut bertanggung jawab untuk mempercepat infrastruktur di Bali dalam rangka APEC tahun depan. Saudara-saudara, tahun lalu APEC dilaksanakan di Vladivostok, sebelumnya dilaksanakan di Honolulu, tahun depan, kita, Indonesia, dan tahun depannya lagi adalah Republik Rakyat Tiongkok. Bukan karena kita harus bersaing dengan negara-negara besar itu, tetapi APEC harus kita jadikan untuk kepentingan nasional kita. Oleh karena itu, harus sukses dan suskesnya antara lain, apabila kita bisa menyiapkan segala sesuatunya dengan tepat waktu. Agenda APEC akan kita pilih menggerakkan perekonomian di Asia Pasifik. Ada sejumlah agenda yang telah kita bahas di Vladivostok, Rusia kemarin, saya akan pastikan nanti bersama Saudara semua untuk memenuhi agenda APEC ketika kita menjadi tuan rumah tahun 2013 mendatang.

 

Tadi digambarkan lintas Sumatera, saya senang itu. Saudara tahu, ini bicara visi, bicara Visi Indonesia 2030, 2050. Ketika ada usulan kepada saya akan menghubungkan Sumatera dengan Malaysia atau Sumatera dengan Benua Asia. Saya katakan, kalau itu membawa kebaikan, saatnya belum tepat kalau sekarang kita lakukan. Justru sekarang ini kita harus menyambungkan Indonesia dalam satu konektivitas. Barat-timur, utara-selatan. Kita ingin ada jalan lintas Sumatera yang menyambung sekaligus nanti dengan jalan lintas Jawa, dan kemudian menyambung secara maritim dengan koridor-koridor yang lain. Oleh karena itu, kalau ada pemikiran tadi, Hutama Karya  menjadi The new Hutama Karya, bicarakan dengan baik cepat dan manakala itu tujuannya riil semuanya bisa dilakukan. Lantas disebutkan prestasi-prestasi dari BUMN kita: Telkom, Pupuk Indonesia, Garuda, BRI, Mandiri, dan yang lain-lain, saya mengucapkan selamat, dan saya kira yang lain juga sudah merapat. Dengan demikian jangan hanya jadi, jangan hanya jadi macan kandang. Mari kita menjadi world class companies. Saya yakin, saya yakin seyakin-yakinnya akan makin banyak lagi, kita punya perusahaan yang akan menjadi perusahaan bertaraf internasional. Apa yang disampaikan tadi di sini, contoh, barangkali belum masuk di sini semuanya. Tetapi saya yakin akan makin banyak dan waktunya tidak lama lagi. Asalkan tadi itu, seperti yang ditulis di pintu masuk, bersih, efisien dan kemudian betul-betul menjadi lokomotif pertumbuhan.

 

Masalah PLTU, pabrik gula Merah Putih tadi, saya tentu senang. Tidak bisa Indonesia kekurangan energi. Kita punya pengalaman waktu membangun 10.000 megawatt yang pertama dulu, banyak mismanagement, banyak sesuatu yang out of plan sehingga hasilnya memang tidak terlalu maksimal. Oleh karena itu, mari kita ambil pelajarannya. Dengan demikian, di samping upaya untuk memobilisasi sumber daya kita sendiri, kerja sama dengan pihak-pihak lain harus dilaksanakan dengan kontrak yang benar, dengan perjanjian yang benar, dan juga dengan kerja yang benar.

 

Saudara-saudara, itulah sebenarnya, dan sebentar masih ada lagi ternyata ini. Saya ingin Pertamina tadi juga, saya dorong untuk benar-benar melaksanakan apa yang menjadi terobosan tadi. Saya yakin masih ada potensi di negeri kita tapi jangan juga berhenti untuk mencari sumur di luar negeri. Dua-duanya suatu saat akan menjadi kekuatan kita. Lantas koridor utama maritim Nusantara, saya suka.

 

Saudara-saudara, tidak banyak di dunia ini, ekonomi yang tumbuh di atas enam persen. Sekarang kita sudah nomor dua setelah Tiongkok, telah melewati India. Di antara negara G20 dengan GDP di atas satu trilyun dolar, by purchasing power parity, ekonomi nomor 15 dunia sekarang ini. Maka pada tahun 2030, akan ada peningkatan besaran investasi, besaran bisnis di negeri kita. Sekarang sekitar 0,5 trilyun dolar AS, nanti sebelum 2030 akan menjadi 1,8 trilyun dolar AS. Artinya apa? Kita memerlukan greater connectivity, transportasi, utamanya transportasi laut. Kalau Saudara menghubungkan sekarang, koridor maritim utama Nusantara, berarti menjemput 2030, menjemput MP3EI, menjemput besaran investasi untuk beberapa sektor saja sebesar 1,8 trilyun dolar AS. Kemudian Kalibaru, itu saya dukung, atasi persoalan Jakarta dengan membangun new bypass, dengan demikian cepat. Dan itu efisiensi, dan itu daya saing, dan itu profit.

 

Yang lain Saudara-saudara, industri hi-tech termasuk nuklir tadi, tolong juga digalakkan. Kemarin waktu pemimpin APEC bertemu di Vladivostok, kita membicarakan satu sumber growth yang baru, sumber pertumbuhan yang baru yaitu innovated growth. Jangan kalah kita dengan negara-negara yang sudah lebih maju. Ada Jepang, ada Korea, ada Tiongkok, tentu ada Amerika dan Eropa. Tetapi saya kira kita juga punya peluang untuk mempercepat menuju goal pertumbuhan yang inovatif seperti itu.

 

Itulah yang dapat saya sampaikan. Dan saya melihat semangat Saudara seperti ini, saya senang. Senang sekali. Saya akan berjuang sekuat tenaga dari sisa masa pengabdian saya bersama Saudara-saudara, mari kita bergandengan tangan. Tugas saya adalah melakukan sesuatu sebanyak mungkin, sebaik mungkin agar Presiden dan pemerintahan mendatang bisa berhasil lebih baik lagi, lebih sukses lagi. Saya kira semua juga punya niat seperti itu, mewariskan sesuatu kepada pengganti-penggantinya dalam keadaan yang lebih baik. Saya yakin, hari itu akan datang dan seraya memohon pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa disertai oleh kebersamaan dan kerja keras kita, Indonesia yang lebih cerah di masa mendatang akan dapat kita raih. Selamat bertugas. Selamat berjuang Saudara-saudara.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan

Kementerian Sekretariat Negara RI