Sambutan Presiden RI pada Acara HLP-EP on The Post-2015 Development Agenda, Jakarta, 18 Juni 2013

 
bagikan berita ke :

Selasa, 18 Juni 2013
Di baca 746 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

THE REPORT OF THE HIGH-LEVEL PANEL OF EMINENT PERSONS

ON THE POST-2015 DEVELOPMENT AGENDA

TANGGAL 18 JUNI 2013

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

 

 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden,

DR. Kuntoro Mangkusubroto,

Yang Mulia para Duta Besar dan Pimpinan Organisasi-organisasi Internasional,

Para Menteri dan Anggota Kabinet Indonesia Bersatu II,

Ketua Dewan Pertimbangan Presiden,

Para Utusan Khusus Presiden, utamanya di bidang MDGs dan Penanggulangan Kemiskinan,

Yang saya cintai para Gubernur, Kepala Daerah,

Anggota Komisi Nasional Agenda Pembangunan Pasca-2015,

Para Pimpinan Civil Society, Dunia Usaha, Organisasi Kepemudaan, dan segenap Pemangku Kepentingan yang hadir pada acara yang penting ini,

 

Alhamdulillah, kita dapat menghadiri satu acara yang saya anggap penting sebagai kelanjutan dari misi yang kita jalankan yaitu untuk menyusun sebuah kerangka baru. Kerangka baru yang berkaitan dengan kemitraan global, agar pembangunan yang dijalankan oleh bangsa-bangsa sedunia setelah tahun 2015 mendatang, atau setelah MDGs berakhir, itu bisa berlangsung lebih baik lagi.

 

Karena Panel Tingkat Tinggi yang dibentuk oleh Sekjen PBB sebagaimana disampaikan oleh Dr. Kuntoro Mangkusubroto tadi telah merampungkan tugasnya, maka ada keperluan baik pada tingkat nasional maupun tingkat internasional untuk mensosialisasikan, mengkomunikasikan dan menjelaskan apa yang tertera dalam laporan akhir panel itu, agar dalam proses berikutnya pikiran-pikiran yang telah dibahas secara seksama oleh panel itu menjadi masukan yang berharga.

 

Sebab Saudara-saudara, di samping panel telah menghasilkan laporan akhir yang judulnya sudah disampaikan oleh Pak Kuntoro tadi yaitu A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable Development. Di samping yang telah kita hasilkan itu ada proses lain yaitu open working group, yang itu bersifat multilateral, yang juga bekerja dalam konteks Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang juga menyiapkan pikiran-pikiran untuk dibahas secara bersama nanti setelah PBB dengan proses intergovernmental membahasnya pada saatnya nanti.

 

Jadi ada dua masukan, masukan dari High Level Panel ini, masukan dari open working group, dan ada satu lagi output dari Rio+20 Summit yang dilaksanakan di Rio Janeiro tahun lalu. Tentu saja masih ada proses yang harus dilalui pada tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tetapi satu hal yang penting, dengan jasa Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa sekarang ini, apa yang dikerjakan oleh panel ini juga sudah dikomunikasikan kepada open working group, dan bahkan pada saat kami menyerahkan laporan akhir panel kepada Sekjen PBB, dan setelah itu mewakili dua kolega saya, Presiden Liberia dan Perdana Menteri Inggris.

 

Saya menyampaikan briefing di hadapan Sidang Majelis Umum PBB waktu itu, saya mendapatkan kesan yang positif, bahwa Majelis Umum yang sebagian besar juga pimpinan open working group yang hadir, itu menyambut baik hasil ini dengan harapan bisa diintegrasikan nanti pemikiran panel, rekomendasi open working group, dan kemudian insya Allah sebelum tahun 2015 kita sudah memiliki kerangka kerja sama yang baru sebagai pengganti MDGs, Millenium Development Goals.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan pengantar itu, pertama-tama melalui forum yang baik ini saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Komnas Agenda Pembangunan Pasca-2015 yang telah bekerja keras, dan juga mengajak semua pemangku kepentingan di negeri ini untuk memberikan kontribusinya, yang pikiran dari Komnas itu sangat penting bagi saya, baik dalam kapasitas saya selaku Presiden Republik Indonesia, maupun Ketua Bersama Panel Tingkat Tinggi itu.

 

Saya berharap, setelah kita luncurkan hari ini laporan akhir panel itu, segenap anggota Komnas dan juga pemangku kepentingan yang lain juga ikut aktif untuk menyebarluaskan, atau mensosialisasikan produk ini, yang Saudara semua juga memberikan kontribusinya.

 

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada para Pimpinan Lembaga Negara, para menteri, para gubernur, Anggota DPR Pusat dan Daerah, dan unsur Civil Society, saya katakan tadi insan pers, pimpinan dunia usaha, generasi muda dan sebagainya. Yang Saudara juga ikut memikirkan seperti apa kerangka baru kerja sama dunia dalam konteks pembangunan di masa depan.

 

Melalui para Duta Besar, para Pimpinan Organisasi Internasional, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak pada tingkat dunia, yang juga berkontribusi ikut memikirkan, memberikan kritik-kritiknya, serta rekomendasi-rekomendasinya kepada panel, apakah itu yang diberikan pada saat kami bertemu di New York, di London, di Monrovia maupun di Bali. Bahkan panel juga menerima ratusan artikel, kritik dan rekomendasi dari berbagai pihak di dunia. Oleh karena itu, saya senang sekali bahwa ini bukan hanya pikiran panel tapi pikiran semua pemangku kepentingan di seluruh dunia, dan satu hal, panel ini juga terdiri dari eminent persons yang berasal dari negara maju maupun negara berkembang.

 

Negara berkembang pun dengan rupa-rupa permasalahan dan tantangan yang dihadapinya masing-masing yang tidak selalu sama. Saya berharap justru paduan dari kehadiran para representasi, baik negara maju dan negara berkembang itu membuat pemikiran yang kami serahkan pada PBB lebih realistik, relevan, dan memang menawarkan solusi yang harus dijalankan oleh masyarakat dunia.

 

Saudara-saudara,

 

Memang sebagaimana tadi saya berbincang-bincang dengan Pak Budiono, Wapres, pekerjaan seperti ini mungkin kalah menariknya dengan pekerjaan yang lain. Biasanya pers, baik pers Indonesia maupun pers luar negeri, ataupun masyarakat kita, masyarakat di negeri ini pun, masyarakat global itu lebih tertarik pada berita-berita yang spektakuler, yang sensasional, banjir besar, kebakaran hebat, kemarau panjang menimbulkan kelaparan, itu bisa berhari-hari, tapi tidak tertarik mengapa terjadi bencana alam seperti itu, mengapa terjadi kasus kelaparan di mana-mana. Nah, panel ini, Saudara semua memikirkan, not only the what tapi juga the why, mengapa terjadi, dan kemudian the how.

 

Masyarakat dunia lebih tertarik ada perang, ada terorisme, gangguan-gangguan keamanan, tetapi kurang tertarik mengapa masih ada, apa namanya, threat to international peace and security. Apa akar penyebabnya? Apakah poverty? Apakah gap atau kesenjangan? Apakah kerja sama global yang tidak genuine, tidak bagus? Kurang tertarik. Nah kita, Panel, Saudara, melihat secara utuh mengapa isu-isu terjadi untuk mencari kaitan antara the what, the why, dan kemudian the how untuk mengatasinya. Tetapi tidak mengapa, justru di sinilah pentingnya Saudara-saudara bekerja merumuskan untuk masa depan, untuk negeri dan dunia kita, dan juga untuk anak-cucu kita. Kita jemput di hulunya agar hilirnya baik. Inilah yang saya harus sekali lagi mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas ketekunan Saudara untuk mempersiapkan segalanya ini, yang tentu sangat diperlukan oleh dunia dan negara kita, di waktu, untuk waktu yang akan datang.

 

Saudara-saudara,

 

Yang menjadi fokus dari pekerjaan Panel sebenarnya adalah ending poverty, ending poverty in our time yang kita belum bisa merumuskan when. Tapi kita akan senang, saya kira para Duta Besar juga akan senang kalau di abad 21 ini kemiskinan bisa kita hilangkan di dunia kita, dimulai dari eradicating extreme poverty. Setelah itu kita tingkatkan standard of living bangsa-bangsa sedunia some day, at the end of the day, mudah-mudahan kemiskinan di dunia bisa kita hilangkan, a big dream, tetapi Tuhan selalu memberikan jalan untuk membikin kesejahteraan di dunia ini menjadi lebih baik, dan pada saatnya kemiskinan sejagad bisa kita akhiri.

 

Saudara-saudara,

 

Saya tidak ingin menjelaskan keseluruhan inti laporan yang tadi berjudul A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable Development. Saya hanya ingin menyampaikan dua substansi yang saya anggap penting.

 

Yang pertama, Panel merumuskan yang disebut dengan five transformative shifts. Lima, boleh dikatakan prinsip-prinsip dasar, boleh dikatakan komitmen yang besar, boleh dikatakan panduan untuk ending poverty, atau membikin kemitraan global ini lebih efektif.

 

Yang pertama, saya sebutkan dalam bahasa aslinya, leave no one behind, leave no one behind untuk semuanya, untuk seluruh manusia sedunia.

 

Yang kedua, put sustainable development at the core. Jadi intinya sustainable development, pembangunan berkelanjutan. Bukan hanya mengejar pertumbuhan setinggi-tingginya, at the expense of kerusakan lingkungan, bukan itu. Semuanya itu core-nya adalah sustainable development. Tadi Pak Kuntoro mengatakan rumusan kita adalah sustainable growth with equity.

 

Yang ketiga, transform economies for jobs and inclusive growth. Jobs menjadi sangat-sangat penting, tentu decent jobs, lapangan pekerjaan yang makin berkualitas. Kalau kita melihat apa yang terjadi di seluruh dunia, beberapa negara di Eropa, di Timur Tengah, di Afrika Utara, di mana-mana, di Indonesia juga mengalami tantangan yang serupa adalah keperluan lapangan pekerjaan, terutama untuk generasi muda. Oleh karena itu, kalau kita bicara ekonomi, maka kita memikirkan jobs, jobs creation, employment creation. Tanpa jobs, keluarga, orang seorang tidak punya income, kalau tidak punya income tentu tidak bisa mencukupi keperluan sehari-harinya, kalau tidak bisa mencukupi keperluan sehari-harinya, maka dia tergolong orang yang miskin, terutama ini untuk negara berkembang. Oleh karena itu, jobs menjadi sangat penting, inclusive growth juga sangat penting. Jangan sampai secara nasional growth nya tinggi 6, 7, 8, 9, 10 persen misalnya, tetapi gap-nya, inequality sangat tinggi, berarti tidak inklusif, hanya dinikmati sekelompok orang saja.

 

Yang keempat, to build peace and effective, open and accountable public institutions. Institusi menjadi sangat-sangat penting baik pada tingkat daerah, provinsi maksud saya, bahkan juga kabupaten dan kota, tingkat nasional maupun tingkat global. Kalau institusi ini betul-betul mencerminkan good governance, mencerminkan institusi yang open, transparent and accountable, maka dia part of the solution. Tapi kalau institusi itu keropos, maka dia bagian dari masalah. Oleh karena itu, reformasi birokrasi yang dijalankan oleh negara kita harus terus diintensifkan, dan diteruskan sehingga makin ke depan our own institution akan menjadi baik, dan itu sebagai tool, sebagai means untuk betul-betul meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengakhiri kemiskinan.

 

Kemudian yang kelima, atau yang terakhir, kalau kita bicara five transformative shifts adalah forge a new global partnership, jadi diperlukan kemitraan yang betul-betul efektif. Terus terang ada kritik-kritik, semua, terhadap kemitraan global yang kita lakukan, apakah dalam rangka mencapai MDGs, apakah dalam rangka dealing with climate change. Saya kira harus ada kritik dan autokritik pada tingkat global, bahwa our global partnership kadang-kadang belum berjalan secara efektif dan belum mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.

 

Saya harus mengatakan ke hadapan para Duta Besar di sini, yang mewakili negara maju maupun negara berkembang termasuk emerging market, ini pandangan pribadi saya. Developed nations must take the lead tetapi all developing nations must do more. Jadi kalau semua bekerja lebih serius, lebih baik, tanpa harus saling salah- menyalahkan, maka akan terbangun satu atmosfir kerja sama global yang makin sehat, makin efektif, dan menghasilkan sesuatu yang nyata. Itu berlaku untuk mencapai MDGs, untuk menjalankan nanti sustainable development agenda, berlaku untuk menyelamatkan bumi kita dari perubahan iklim dan pemanasan global, untuk mengatasi semua hal, terutama yang berkaitan dengan pengakhiran kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan seluruh umat manusia. Kuncinya di situ, dan sekali lagi, kalau saling salah-menyalahkan tidak akan membawa manfaat apa pun.

 

Oleh karena itu, Indonesia sejak awal, pada saat kita menjadi host dari UN Conference on Climate Change tahun 2007 di Bali, yang menghasilkan Bali Road Map, ataupun partisipasi kami di berbagai conference termasuk di Copenhagen dan lain-lain, selalu, janganlah kita saling salah menyalahkan terus antara negara maju dan negara berkembang soal our common tasks, common responsibility to deal with the climate change dan global warming. Saya kira, sikap itulah yang saya serukan kepada para pemimpin dunia untuk betul-betul kita jalankan dengan baik.

 

Yang pertama substansinya itu, sedangkan yang kedua atau yang terakhir, dalam laporan kami, kami sebutkan ilustrative ataupun inspirational goals. Ada pesan dari PBB, Panel jangan terlalu eksplisit atau terlalu dini merumuskan goals, itu nanti akan diproses dalam intergovernmental process pada tingkat United Nations. Tetapi sebaliknya kami banyak mendapatkan masukan dari berbagai pihak, nah kalau Panel bekerja tanpa goals-nya apa? After MDGs, nah pasti belum lengkap. Oleh karena itulah, dengan bahasa yang baik untuk tidak menimbulkan missunderstanding, bagaimanapun kami rumuskan goals.

 

Goals ini ada dua belas, kemudian, sebenarnya begini Saudara-saudara, untuk tidak menjadi, apa, menjadikan kita bingung, kita punya MDGs, delapan goals belum rampung, 2 tahun lagi sampai akhir tahun 2015, sekarang dikenalkan sustainable development agenda yang baru, dua belas goals.

 

Saya pikir tidak perlu kita bingung, misi bangsa-bangsa sedunia hingga akhir 2015 menuntaskan, menjalankan, mencapai sasaran setinggi-tingginya dari Millenium Development Goals, setinggi-tingginya. Kalau Indonesia dari delapan goals, ada satu, dua yang masih harus bekerja keras, ya kita upayakan dengan sungguh-sungguh agar bisa kita capai, demikian juga bangsa-bangsa lain, banyak negara berkembang yang memiliki tantangan yang serupa. Nah, tetapi karena misi dari Panel ini merumuskan after MDGs, what, apa? Maka kita rumuskan goals ini dalam laporan akhir kami. Dan sebenarnya delapan goals yang ada dalam MDGs itu tidak dibuang, karena kami menyadari masih relevan, masih berlaku, masih harus diperjuangkan oleh semua negara berkembang untuk mencapainya.

 

Oleh karena itu, itu kita pertahankan tentu dengan formulasi sedikit berbeda, isinya sama, intinya sama. Kemudian kita melakukan evaluasi dan koreksi selama 15 tahun ini, tepatnya selama 13 tahun ini, to use to come. Selama 13 tahun kita lihat, apa yang belum pas dari MDGs, apa yang ternyata belum cukup, dan masalah-masalah baru apa yang muncul kemudian yang tidak dipikirkan, tidak tertuang ketika MDGs itu dirumuskan 13 tahun yang lalu. Berarti ini MDGs kita update, kita mutakhirkan, kita kemas-kinikan, sehingga terjadilah atau terumuskanlah dua belas tujuan ini. Enam tujuan pertama, kalau Bapak-Ibu dengarkan nanti sebenarnya itulah essensi dari MDGs, utamanya pengurangan kemiskinannya. Kemudian tiga goals berikutnya lagi, goals nomor tujuh, nomor delapan, dan nomor sembilan, itu berkaitan dengan economic development, new economy yang lebih connected to sustainable development, di situ dirumuskan. Kemudian dua goals berikutnya lagi nomor sepuluh dan sebelas, itu adalah kewajiban nasional, national building blocks, kalau mau sukses masing-masing negara harus melakukan yang dua itu. Nah, goal yang nomor duabelas atau yang terakhir, ini puncaknya, di situlah sebetulnya aspek lingkungan menjadi sangat penting, dan kemudian global partnership untuk mencapai tujuan besar ini juga memiliki peran yang sentral.

 

Jadi dua belas goals itu, kalau kita sistimatikakan seperti itu. Yang enam tadi sebetulnya perasan dari MDGs terutama yang berkaitan dengan poverty reduction, kemudian tiga goals adalah new economies dalam arti yang betul-betul mempertimbangkan aspek lingkungan, dua yang tadi adalah national bulding block, sedangkan yang terakhir adalah environment dan global partnership.

 

Saya bacakan saja, goal nomor satu end poverty, goal number two, empower girls and women, and achieve gender equality, goal number three, provide quality education and lifelong learning, saya ulangi provide quality education and lifelong learning, goal nomor empat, number four, ensure healthy lives, healthy lives, goal number five, ensure food security and good nutrition, six, achieve universal access to water and sanitation, water and sanitations come becoming our critical, apa namanya, issues sekarang ini, dihadapi oleh banyak negara masalah water security, yang itu satu, dua, tiga, empat, lima, enam, saya katakan closely connected to goals yang ada dalam MDGs. Goal number seven adalah secure sustainable energy, muncul sendiri. Penduduk bumi sekarang jumlahnya terus bertambah, dari 7 milyar akan menjadi 9 milyar, semua akan mengkonsumsi energi, food, energy and water. Oleh karena itu, khusus energi ini supaya tidak menjadi sumber konflik di masa depan, harus ada kerja sama global, policy, live style yang bagus dengan tujuan secure sustainable energy. Number eight, create jobs, sustainable livelihood, and equitable growth. Jadi kembali new economy yang kita artikan ramah lingkungan tadi. Number nine, manage natural, natural resources, I should see managed natural resources, assets sustainability. Jadi, ya tidak kita hambur-hamburkan, tidak kita boros-boroskan, tapi harus betul-betul efisien sesuai dengan need not greed, sekali lagi, need not greed. Itulah tiga hal yang kita tuangkan dalam report ini berkaitan dalam ekonomi yang berlaku di tiap negara maupun secara global.

 

Dua sasaran atau tujuan goal number ten and goal number eleven the national, national building blocks, ensure good governance and effective institutions. Saya sudah jelaskan tadi pentingnya kita memiliki institusi yang bagus. Kemudian ensure stable and peaceful societies, dunia telah berubah dan akan terus berubah. Terus terang, kalau kita melihat tayangan televisi day by day, night after night kita lihat memang masyarakat di banyak negara sepertinya semakin panas, mudah sekali terlibat dalam konflik, benturan, tindakan destruktif, anarki. Tentu bukan itu tujuan kita untuk membangun dunia yang peaceful, yang stable, yang menghormati law and order, rule of law, itu kenyataan. Oleh karena itu, menjadi tujuan dari pembangunan kita after twenty fifteen nanti untuk mencapai, ensure atau mencapai stable and peaceful societies.

 

Kemudian last but not least yang menjadi inti dari laporan kami, saya sudah sampaikan tadi, number twelve goal kita adalah create a global enabling environment and catalyst long-term finance. Jadi long-term finance, global finance ini juga menjadi perhatian kita semua. Talking about global finance, itu jangan seolah-olah finance dalam ukuran yang besar, biaya-biaya pembangunan dunia usaha, investasi bergerak, infrastruktur bisa dibangun, tapi kita harus bicara financial inclusion, bagaimana usaha bisnis kecil dan menengah mendapatkan aliran, bagaimana rakyat miskin juga punya akses terhadap finance, banking dengan demikian, lebih cepat lagi pemberantasan kemiskinan dan juga pemerataan dalam kehidupan manusia sedunia.

 

Itulah Bapak, Ibu, Hadirin sekalian dua belas goals yang dirumuskan oleh Panel dan saya harus mengatakan merumuskan goals ini sangat-sangat tidak mudah. 27 anggota Panel punya 27 usulan dengan kombinasi dan variasi ratusan, tentu tidak mudah. Jadi, saya mengatakan tidak mudah bersetuju untuk merumuskan goals, hampir pasti nanti di New York, di PBB lebih tidak mudah lagi, ketika negara-negara menyampaikan pandangan-pandangannya, 181 negara dengan variasi dan kombinasinya, itu juga tidak mudah. Tetapi, jauh tidak mudah ketika harus melaksanakan dan mencapai goals yang telah dirumuskan bersama-sama.

 

Ada jokes di dunia ini hanya ada dua negara, kalau kita bicara climate change, kalau kita bicara ending poverty. Negara yang tidak punya goals, no goals error, nggak punya. Nah, yang kedua itu negara yang punya goals tapi tidak bisa mencapai goals itu. Jadi, ada goals-nya tapi the cannot meet, tidak bisa mencapai goals atau sasaran itu. Ya mudah-mudahan dunia yang akan datang, bangsa-bangsa punya goals dan bisa mencapai goals itu, harapan kita seperti itu.

 

Demikianlah Saudara-saudara yang ingin saya sampaikan, selebihnya silakan baca sendiri dan Pak Kuntoro yang mimpin nanti ceritakan kepada semua, mungkin sekali lagi kurang tertarik, tapi katakanlah ini pahalanya tinggi.

 

Mengatasi kenaikan harga minyak mentah dunia kemudian terpaksa harga BBM kita naikkan, agar fiskal dan APBN kita selamat, agar makro ekonomi kita terjaga, tetapi yang miskin juga kita lindungi, itu penting. Sebagaimana yang menjadi perhatian kita semua, televisi, radio, koran, majalah. Tetapi memikirkan upaya bersama pada tingkat nasional dan global, agar harga minyak mentah tidak terus naik dan memiliki volatilitas yang tinggi, sehingga tidak berdampak dan memukul ekonomi negara, semua negara, itu juga penting. Jadi kita jemput hulunya, kita perbaiki hulunya, agar tidak semua menjadi korban dari absennya kerja sama global yang baik, logisnya hubungan antara supply dengan demand, apakah dibawanya teknologi untuk mencari sumber-sumber kehidupan yang baru those all are important, are fundamental. Oleh karena itu, sekali lagi, teruslah tekun untuk memikirkan masa depan, masa yang jauh ke depan karena nanti yang berterima kasih bukan generasi sekarang, yang berterima kasih adalah anak cucu kita.

 

Demikian. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI