Sambutan Presiden RI pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-17, Bandung, 30 Agustus 2012

 
bagikan berita ke :

Kamis, 30 Agustus 2012
Di baca 824 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

HARI KEBANGKITAN TEKNOLOGI NASIONAL KE-17 TAHUN 2012

DI BANDUNG, JAWA BARAT, TANGGAL 30 AGUSTUS 2012

 

 

 

Bismillahhirahmannirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Bapak, Ibu, para Undangan yang saya hormati,

 

Para Ilmuwan, para Peneliti, para Inovator, para Teknolog, para Dosen dan para Mahasiswa, serta segenap komunitas IPTEK yang saya cintai dan saya banggakan.

 

Alhamdulillah, hari ini kita kembali menyelenggarakan peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional pada tahun 2012 ini, atau yang ke-17 kalinya dihitung sejak tahun 1995. Atas nama negara dan pemerintah, saya ingin mengucapkan selamat kepada segenap komunitas IPTEK atas peringatan hari bersejarah, hari yang penting ini.

 

Hakteknas kali ini dilaksanakan di Bandung. Bandung kita kenal dulu sebagai lautan api di masa perjuangan. Alhamdulillah, sekarang menjadi lautan IPTEK, Insya Allah 10, 20 tahun mendatang Bandung akan menjadi lautan inovasi dan kemajuan. Di kota ini pertama kali didirikan Perguruan Tinggi Teknik yang sekarang menjelma menjadi Institut Teknologi Bandung. Di kota ini sekarang juga menjadi pusat industri strategis termasuk industri pertahanan, yang tentu akan mengubah masa depan bangsa dan negara kita.

 

Oleh karena itu, tidak keliru kalau peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional kali ini sungguh istimewa, dan semoga membawa semangat baru, semangat kita semua, untuk memajukan negeri tercinta ini menjadi negara maju di abad 21.

 

Saudara-saudara,

 

Kita juga berada di sebuah gedung yang sangat bersejarah. Kita ingat pada tahun 1955 di ruangan ini berkumpul para pemimpin sedunia, khususnya dari Asia dan Afrika. Lima puluh tahun kemudian, tahun 2005 yang lalu juga berkumpul di ruangan ini para pemimpin negara-negara Asia dan Afrika, tentu generasi kedua atau generasi ketiga.

 

Kalau tahun 1955 para pemimpin dunia berkumpul di tempat ini untuk membangun solidaritas, solidaritas melawan penjajahan menuju ke kemerdekaan, dan tentunya membangun perjuangan kawasan untuk sebuah dunia yang lebih damai, lebih adil, dan lebih sejahtera. Lima puluh tahun kemudian, atau tahun 2005 yang lalu, kita juga berkumpul di ruangan ini dan juga mendeklarasikan the new strategic partnership di antara Asia-Afrika. Tentu tujuan kita sama sebetulnya untuk sebuah dunia yang maju, adil, dan damai, tetapi tentu caranya berbeda dibandingkan dengan periode tahun lima puluhan yang lalu.

 

Sekali lagi ini gedung yang bersejarah, semoga benar-benar membawa semangat baru bagi kita semua untuk memajukan bangsa dan negara yang sama-sama kita cintai.

 

Saudara-saudara,

 

Saya juga senang, topik pada Hakteknas tahun 2012 ini adalah sesuatu yang memang relevan, yang tepat, yaitu Inovasi untuk Kemandirian Bangsa. Yah, tema ini mengajak kita berpikir besar untuk berkarya besar. Karena hanya dengan berfikir besar dan kemudian berkarya besar, bangsa ini sungguh suatu saat menjadi bangsa yang besar. Semua harus kita mulai dari tekad kita, semangat kita bersama-sama untuk menuju ke kemajuan Indonesia.

 

Di banyak kesempatan saya sudah menyampaikan dan Saudara pun juga menggemakan semangat baru kita ini. Sejak kita memperingati satu abad kebangkitan nasional pada tahun 2008 yang lalu, kita semua ingin menjadi negara maju, developed nation, pada abad 21 ini. Kalau satu abad itu 100 tahun, sudah kita jalani 12 tahun, jadi menurut saya sangat masuk akal dan it is attainable jika sekali lagi di abad 21 ini Indonesia benar-benar bisa menjadi negara maju, dan kalau kita bicara menuju negara maju Saudara pasti setuju bahwa the most powerful driver of change itu tiada lain adalah teknologi.

 

Saya senang ada Mars IPTEK tadi, lebih dinamis kita. Kalau saya menghadiri pertemuan yang dihadiri oleh politisi atau oleh para pebisnis itu suasananya dinamis, karena mereka memang sedang bergelut dan bergulat untuk kekinian. Tapi para teknolog, para inovator itu lebih quiet karena biasanya memikirkan, meneliti, melihat masa yang jauh ke depan. Tetapi kalau kita dengar Mars IPTEK tidak kalah dinamisnya para inovator dan peneliti kita.

 

Oleh karena itu, saya mengucapkan penghargaan dan selamat kepada tadi, yang menerima penghargaan dari negara dan pemerintah. Teruslah memberi contoh dan juga menjadi contoh, teruslah berprestasi. Sekali lagi, terimalah ucapan terima kasih dan penghargaan saya, sekaligus selamat saya kepada Bapak-Ibu sekalian.

 

Ada berita gembira, tadi saya dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandung menelpon Menteri Sekretaris Negara dan Sekretaris Kabinet, saya tanyakan, sejauh mana itu peraturan presiden untuk kenaikan tunjangan peneliti. Berita baiknya sudah siap saya tanda tangani, katanya, jadi mudah-mudahan minggu ini sudah bisa saya teken dan bulan September para peneliti sudah mendapatkan kesejahteraan yang lebih tinggi. Biasanya yang diam-diam itu suka dilupakan. Oleh karena itu, pahalanya tinggi kalau para peneliti dipikirkan dan ditingkatkan kesejahteraannya.

 

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada komunitas IPTEK, kepada pimpinan BRIV, kepada Menteri Pertahanan, kepada Menristek tadi yang telah menyerahkan satu dokumen, dokumen yang akan membawa kemajuan bangsa ini. Saya tadi lihat dokumennya antara lain gagasan untuk membangun yang disebut dengan Bandung Raya Innovation Valley (BRIV). Semoga terus berkembang, lantas tadi Biofarma - apa tadi satu lagi - Vaksin Innovation, lantas model kawasan industri berbasis inovasi di Gresik, Jawa Timur, selamat.

 

Sementara saya juga mendapatkan laporan ada revitalisasi Puspitek di Serpong dan berbagai universitas juga membangun yang disebut dengan pusat-pusat keunggulan, Centre of Excellence. Ini tanda-tanda zaman yang baik, Insya Allah bangsa kita betul-betul bangkit dan kemudian teknologi menjadi sumber dan jalan menuju ke kemakmuran bangsa dan negara yang kita cintai.

 

Saudara-saudara,

 

Kita sudah mendengar sambutan dari Gubernur Jawa Barat, hatur nuhun Pak Gubernur, Jawa Barat juga dinamis dan banyak yang dicapai. Demikian juga kita mendengarkan apa yang dilaporkan oleh Menristek, mari kita dukung, karena tanpa dukungan semua pihak, tentu pemerintah tidak bisa berhasil, dan karena jelas sekali apa yang disampaikan oleh Menristek tadi, harapan saya dilaksanakan dengan baik, kalau ada masalah atasi, dan kemudian kita berharap semua tujuan dan sasaran sungguh dapat kita capai.

 

Memang namanya inovasi, inovasi teknologi itu harus memiliki arah, strategi, dan agenda yang benar. Bukan sekedar membuat rancangan, bukan, harus jelas arahnya apa, demikian juga strategi yang kita pilih serta agenda yang kita tetapkan. Singkatnya, kalau kita bertanya: Arahnya ke mana? Agendanya apa? Dan, strateginya bagaimana? Lihat saja apa yang diperlukan oleh negeri ini: Apa yang diperlukan oleh Indonesia? Dan ketika kita menjadi bagian dari masyarakat global: Apa yang diperlukan oleh dunia?

 

Kalau kita mengidentifikasi challenges and problems yang dihadapi bangsa Indonesia dan masyarakat sedunia, dan kemudian teknologi bisa berkontribusi, bisa memberikan solusi atas masalah-masalah itu, ya itulah sebetulnya arah, strategi, dan agenda inovasi kita.

 

Saudara sering mendengar bahwa sejak tahun 2005 sebenarnya, saya terus mendorong agar pilihlah agenda, prioritas, dan kebijakan yang tepat untuk negeri kita, dan kemudian, sebagai bagian dari masyarakat global juga untuk dunia kita. Tahun lalu misalnya dalam peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, saya ingatkan ada tiga hal yang memerlukan kontribusi inovasi. Pertama, adalah menyangkut pangan, food security, yang kedua, menyangkut energi, energy security dan yang ketiga, kita ingin Indonesia ini benar-benar menjadi negara industri yang maju, masyarakatnya pun juga menjadi masyarakat informasi bahkan, sehingga ekonomi yang berbasiskan sumber daya alam semata, harus dirubah total, bukan ekonomi usaha tambak atau ekonomi usaha mineral dan batubara misalnya, tetapi menjadi industri mineral dan batubara.

 

Oleh karena itu teknologi, pikiran-pikiran yang inovatif harus dimasukkan dalam rancang bangun perekonomian kita yang menggunakan sumber daya alam. Oleh karena itu, tiga hal inilah menurut saya relevan dengan yang dihadapi oleh bangsa kita, bahkan sebenarnya itu pun juga oleh masyarakat dunia.

 

Pada suatu acara di Puspitek, Serpong tahun 2010 yang lalu, yang dituanrumahi oleh AIPI saya menyampaikan, mari kita mengembangkan sejumlah inovasi yang betul-betul diperlukan oleh negara ini. Waktu itu saya masih ingat ada delapan agenda inovasi yang saya dorongkan kepada seluruh komunitas inovasi nasional untuk menjalankannya.

 

Pertama, adalah teknologi pro pengurangan kemiskinan. Jangan dikira kalau kita bicara teknologi inovasi hanya untuk medium atau big industry, atau yang seperti itu. Untuk kegiatan pengurangan kemiskinan kita bisa kontribusikan teknologi kita, inovasi kita. Oleh karena itu, saya sebut waktu itu pro poor technology. Itu nomor yang pertama.

 

Yang nomor dua, sekarang dunia menghadapi tantangan global iklim. Kita juga menghadapi tantangan menghadirkan transportasi yang ramah lingkungan, green car, bahkan electric car yang sebentar lagi akan saya lihat, itu saya masukkan dalam rumpun kedua yang saya sebut dengan green technology.

 

Yang ketiga, di Serpong juga saya katakan adalah teknologi pangan. Kemudian yang keempat teknologi kesehatan, yang kelima teknologi maritim, ingat saya, yang keenam teknologi, apa namanya, pertahanan. Kemudian yang satunya lagi teknologi industry, dan yang terakhir teknologi masa depan, seperti nano technology dan sebagainya.

 

Kalau delapan agenda inovasi teknologi ini benar-benar dihidupkan, dijalankan dan dikembangkan, Insya Allah semua persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini sekarang, lima, sepuluh, dua puluh tahun mendatang akan bisa kita jawab dengan baik.

 

Saudara-saudara,

 

Saya masih ingat ketika berdiskusi dan berdialog dengan para inovator, Prof. Zuhal ada di sini, yang juga melatarbelakangi dibentuknya Komite Inovasi Nasional waktu itu. Kita beberapa kali bertemu di Jakarta dan kita sepakat bahwa tugas KIN itu tidak seperti lembaga-lembaga riset, bukan, tetapi lebih dari itu, KIN yang juga banyak sekali, apa namanya,  diawaki oleh para inovator, pemimpin perguruan tinggi dan para ilmuwan serta teknolog, itu betul-betul saya harapkan ikut membangun budaya inovasi, iklim inovasi bahkan sistem inovasi nasional.

 

Kita memerlukan sistem, sistem yang dinamis tentunya dan kalau kita bicara inovasi sebagai pekerjaan besar, maka KIN akan mendorong bahwa, semua harus bekerja sama, apakah itu lembaga penelitian, pemerintah, dunia usaha bahkan kerja sama dengan pihak-pihak internasional. Kolaborasi, kemitraan dan kerja sama itulah yang akan menggerakkan sistem inovasi nasional kita. Itulah yang menurut saya perlu kita pikirkan bersama pada hari yang baik ini, Hari Kebangkitan Teknologi Nasional kita.

 

Saudara-saudara,

 

Kembali kepada topik yang dipilih dalam Hakteknas tahun ini, adalah Inovasi untuk Kemandirian Bangsa, ini saya ingatkan topik besar; tetapi saya suka kalau kita sudah mulai berfikir seperti ini, karena akan sampai waktunya, Insya Allah tidak akan terlalu lama. Kita ingin menjadi innovation nation, menjadi bangsa yang inovatif, kita sudah punya visi 20 tahun ke depan, 100 tahun sejak kemerdekaan berarti 2045 dan visi di abad 21 ini.

 

Saya selalu melihat, banyaknya peluang yang ada di hadapan kita dan memang masih ada di antara kita yang terlalu pesimis, terlalu skeptis, terlalu berfikir negatif, menurut saya memang tidak dilarang tetapi alangkah baiknya kalau bangsa ini berfikir lebih positif, lebih optimis. Kemudian melihat banyak opportunity dan kemudian bekerja keras, itulah jalan yang hendak kita tempuh. Kalau kita ingat tahun 1998 negara kita memang dalam situasi yang sangat sulit. Kita gamang waktu itu, banyak yang meramalkan Indonesia akan bubar seperti Balkan. Tapi Tuhan Maha Besar, kita bersatu, kita tidak menyerah dan bekerja bersama-sama, sekarang Indonesia adalah anggota G20, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dan kemudian kita punya peluang-peluang baru yang harus kita tidak sia-siakan untuk menuju masa depan yang lebih baik lagi. Marilah kita memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi lagi, together we can, bersama kita bisa untuk memperbaiki bangsa dan negara kita menuju Indonesia yang sungguh maju.

 

Saudara-saudara,

 

Pesan saya, dari Bandung ini, pada hari yang bersejarah ini, sekali lagi, mari kita benar-benar membangun kepercayaan diri kita, Indonesia bisa. Yang kedua, mari kita tidak pernah lepas kalau kita punya visi. Ini negara yang besar, penduduknya 240 juta, wilayahnya luas, tempatnya atau letaknya strategis, dan kita sudah masuk radar global, ekonomi kita ekonomi nomor 15 terbesar di dunia by purchasing power parity GDP, kalau dengan nominal ke-16, yang tentunya akan terus bergerak ke depan. Kita harus punya visi, tidak mungkin sebuah bangsa dan negara berjalan asal begitu saja, dan kemudian tidak kita lihat penglihatan jauh ke depan kita menuju ke mana. Lantas juga kita perlu mindset, perilaku dan budaya yang tepat. Kalau kita bicara inovasi, mindset kita adalah mindset menjadi manusia komunitas dan bangsa yang inovatif.

 

Inovasi itu adalah a state of mind, di situ letaknya. Oleh karena itu orang yang inovatif juga harus berani berfikir yang tidak biasa, thinking outside of the box, dan menjadikan semuanya itu sebagai energi, sebagai semangat, sebagai etos untuk bekerja lebih keras lagi. Itulah inovasi, itulah innovator. Sekali lagi a state of mind, dari situ.

 

Misalkan dengan kemajuan teknologi kita, masyarakat bisa saja membeli komputer, membeli handphone, tetapi tidak identik bahwa setelah kita banyak memiliki handphone dan komputer, masyarakat kita sudah berubah menjadi knowledge society, menjadi masyarakat teknologi, menjadi masyarakat yang inovatif, itu berbeda. Nah, di sinilah kita memikirkan sesuatu yang lebih fundamental, sesuatu yang lebih mendalam, yang hendak kita bangun adalah betul-betul masyarakat bangsa yang berpengetahuan, dan memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itu yang kita tuju. Itulah beberapa saat yang lalu saya berpesan kepada Mendikbud, agar dalam kurikulum pendidikan kita dibangunlah jiwa manusia Indonesia yang inovatif, ya kemudian membangunnya disebut dengan intellectual curiousity. Dengan demikian sejak usia dini mereka sudah diajak untuk melihat ke depan, kemudian kreatif, inovatif, adaptif menghadapi berbagai tantangan zaman sekarang ini.

 

Pentingnya the power of reasons. Pentingnya kekuatan penalaran. Pentingnya kekuatan logika. Inilah manusia Indonesia yang kita harapkan. Dialah yang suatu saat kalau terus bisa kita bangun akan menjadi the critical mass, yang akan bisa mengangkat bangsa ini ke tingkatan yang lebih tinggi lagi. Saya yakin 10, 20, 30 tahun mendatang akan terbentuk critical mass seperti itu pada bangsa kita.

 

Kita juga diwajibkan berpikir sistemik dan inovatif. Kerangka bernegara harus dibangun oleh pikiran-pikiran yang sistemik, tetapi sekaligus membuka ruang untuk sebuah inovasi, pembaharuan dan kreatifitas.

 

Akhirnya, kalau kita bisa membangun masyarakat seperti itu Saudara-saudara, bangsa seperti itu, Indonesia suatu saat akan menjadi cell generating nation, cell developing society. Kalau sudah begitu, pemimpin datang dan pergi, politik gaduh seperti apa pun, barangkali ada krisis-krisis di tingkat dunia kita kena dampaknya, tetapi dengan telah terbangunnya cell generating nation, cell developing society, akan bisa mengatasi masalah itu dan akan terus bergerak maju unstoppable, tidak akan bisa dihentikan. Di sinilah titiknya, dan itu tidak akan datang dengan sendirinya, kecuali kita semua yang ada di ruangan ini dan semua teman-teman kita para inovator, para teknolog, para ilmuwan bersatu padu sekarang ini memikirkan dan bekerjasama untuk membangun bangsa yang inovatif, masyarakat berpengetahuan, yang itu satu-satunya jalan menjadi negara maju.

 

Kita tidak boleh menggantungkan perekonomian kita, masa depan kita hanya dari sumber daya alam. Suatu saat akan habis. Tetapi kalau kita sudah memiliki innovation economic, ekonomi yang berbasiskan inovasi, tidak akan pernah habis sumber-sumber kemakmuran yang bisa kita gali dan hadirkan di negeri ini.

 

Saudara-saudara,

 

Kembali ke topik Inovasi untuk Kemandirian Bangsa Mandiri. Kita harus definisikan istilah mandiri ini, jangan keliru. Mandiri tidak berarti kerja sama internasional itu tidak penting. Kita hidup dalam perkampungan global, kita menghadapi tantangan bersama pada tingkat dunia, dan Indonesia, sekali lagi menjadi bagian dari G20. Tentu seraya kita meningkatkan kemandirian kita, kita juga menjalin kerja sama, kemitraan, dan kolaborasi dengan bangsa-bangsa lain itu. Tidakkah kita juga tahu bahwa dalam era globalisasi ini salah satu cirinya adalah begitu kuatnya interconnectedness dan interdependesi. Tetapi sungguhpun kita saling terhubung, saling tergantung tidak berarti kita tidak menuju ke kemandirian yang hendak kita bangun. Yang saya maksudkan dengan kemandirian, bangsa ini tidak boleh tergantung secara absolut  kepada pihak lain. Yang saya sebutkan absolut dependensi, kita harus cegah dan hindarkan seperti itu. Sebaliknya, meskipun kerjasama sebuah keniscayaan, tetapi bangsa ini untuk menghidupi rakyatnya, untuk menjalani kehidupan ke masa depan memang harus memiliki pilar-pilar kemandirian.

 

Saya memberi contoh, pangan. Kita tahu situasi global ada urusan perubahan iklim, ada urusan melonjaknya atau tidak stabilnya harga pangan dunia. Ada urusan perubahan kebijakan di negara-negara penghasil pangan. Bayangkan apa jadinya nasib 240 juta rakyat Indonesia kalau negara ini tidak memiliki ketahanan pangan, swasembada pangan, dan kemandirian pangan. Dalam konteks ini kemandirian pangan itu harus. Kalau Saudara sudah tahu, harus pikirkanlah kontribusi teknologi dan inovasi menuju ke kemandirian pangan itu. Energi juga demikian, air, bahkan pertahanan atau defence. Saya senang tadi melihat tayangan di layar apa yang digagas oleh Menteri Pertahanan dengan jajarannya, dan semua komunitas. Kita pun sudah punya cetak biru dan juga sudah menghasilkan berbagai alat-alat pertahanan yang kualitasnya tidak kalah dengan buatan negara-negara lain.

 

Kita masih ingat, sekian tahun yang lalu kita punya alutsista yang kita beli dengan uang kita sendiri untuk mengemban tugas di Indonesia, negeri kita sendiri, kita diembargo. Kita kena sangsi dilarang oleh sana, dilarang oleh sini, sejak itulah kita bertekad, saya bertekad, jangan sampai kita mengalami nasib yang sama, sekarang dan di masa depan.

 

Kalau memang kita belum bisa membuat alutsista yang sangat canggih, kapal selam, pesawat jet tempur yang advance, seperti-seperti itu tidak apa-apa. Kita bisa bekerja sama, suatu saat harus bisa. Tetapi ketika kita belum bisa memproduksi di dalam negeri, tentu kalau kita mengadakan alutsista itu tidak boleh ada persyaratan politik apa pun, there is no conditionalities. Karena kita punya pengalaman yang pahit di waktu yang lalu, Alhamdulillah, sekarang ini makin banyak alat utama sistem persenjataan militer yang bisa kita bangun di negeri kita sendiri, dan ini tanda-tanda bahwa dalam bidang pertahanan pun kita akan makin mandiri.

 

Ada yang memberitahu saya, tidakkah wajar dan biasa pada tingkat dunia itu ada perdagangan internasional? Negara yang lebih baik membeli kenapa harus membikin sendiri? Makin mahal tidak efisien, anda boleh pilih beli dari pada bikin sendiri, dan itulah hukum dari perdagangan internasional, international trade. Saya mengerti, tetapi bagaimanapun kalau urusan pangan, urusan energi, urusan air dan pertahanan dasar, itu tetap bagi saya kita harus memiliki kemandirian menghadapi gejolak apa pun.

 

Saudara-saudara,

 

Bagian akhir dari sambutan saya ini, masih seputar dengan tema yang Saudara pilih sendiri, Inovasi untuk Kemandirian Bangsa, saya ingin sekarang mengajak apa yang harus kita lakukan 15, 20 tahun mendatang. Saudara sudah tahu, di abad 21 ini kita ingin benar-benar menjadi negara maju, Insya Allah masih bisa, masih ada waktu, 80 tahun lebih masa enggak bisa kita menjadi negara maju.

 

Yang kedua 100 tahun kemerdekaan, Indonesia 2045, kita ingin sebagaimana yang saya pidatokan dalam Pidato Kenegaraan saya kemarin 16 Agustus 2012 yang lalu. Kita ingin 2045 itu Indonesia memiliki ekonomi yang kuat, adil dan berkelanjutan strong, judge and sustainable economy. Yang kedua, kita juga ingin setelah 100 merdeka memiliki demokrasi yang matang dan stabil. Dan yang tidak kalah pentingnya inilah sumber kemakmuran yang tidak akan pernah habis. Kita ingin membangun peradaban yang maju, peradaban yang unggul, sekaligus peradaban yang mulia, itu cita-cita kemerdekaan. Cita-cita kita seperti apa Indonesia tahun 2045, dan yang paling pendek adalah 2025, sebagaimana yang telah kita tuangkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Kita ingin Indonesia menjadi emerging economy. Sebagian sudah mengatakan Indonesia sudah sebenarnya, sudah, tetapi mari kita mantapkan 2025, mari kita bikin negara kita ini salah satu emerging economy.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi malam saya melakukan video conference dengan Perserikatan Bangsa Bangsa, New York, dan dengan dua kolega saya Presiden Liberia, Presiden Ellen Johnson Sirleaf, dan Perdana Menteri Inggris David Cameron, karena kami bertiga ditunjuk untuk, sebagaimana Saudara sudah ketahui, memimpin suatu high level panel pada tingkat PBB, terdiri dari 26 orang yang harus merumuskan dalam waktu delapan bulan ini pengganti MDGs (Millenium Development Goals), akan jatuh tempo pada tahun 2015, dan kita diminta untuk menyiapkan penggantinya, yang barangkali akan bernama Sustainable Development Goals (SDG). Tadi malam kami berdiskusi untuk pertama kalinya, sebelum 2 minggu lagi kami bertemu, ulangi 3 minggu lagi kami bertemu di New York untuk membahas lebih lanjut lagi.

 

Yang ingin saya sampaikan adalah pandangan Indonesia, Alhamdulillah serupa dengan pandangan yang lain. Kalau kita ingin melanjutkan MDGs maka yang harus kita bangun, kita kerangkakan adalah tiada lain sustainable growth with equity. Tujuannya mengurangi kemiskinan bangsa-bangsa sedunia, bahkan kita ingin zero poverty pada tahun 2050. Untuk menuju ke situ ekonomi harus tumbuh di seluruh dunia, tapi ekonomi itu harus adil, harus inklusif, dan sekaligus tidak boleh merusak lingkungan. Itulah formatnya sustainable growth with equity yang tadi malam kita bicarakan. Nah kalau kita bicara di situ, teknologi memiliki peran, memiliki, apa namanya, peluang, kesempatan, untuk berkontribusi dalam mencapai sustainable growth with equity itu.

 

Saudara-saudara,

 

Saya sudah menyampaikan banyak hal, termasuk apa yang harus kita lakukan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Mengapa ekonomi harus tumbuh, dan bicara ekonomi saya pernah berbicara dengan KIN waktu itu, ekonomi dengan teknologi jangan dipisahkan, jangan didikotomikan, harus bersama-sama, tidak mungkin ekonomi sebuah bangsa akan tumbuh baik, kalau tidak di di apa namanya didukung oleh teknologi, oleh inovasi. Saya ambil contoh, bagi ekonom, kalau mengukur atau melihat pertumbuhan ekonomi itu yang paling mudah, yang paling sering digunakan adalah dengan yang disebut demand side economy. Dilihat investasinya seperti apa? Netto dari ekspor dan impor seperti apa? Lantas government expenditure seperti apa? Dan kemudian konsumsi masyarakat seperti apa? Egoisnya seperti itu, sehingga outcome atau GDP dilihat dari 4 komponen itu. Itu yang lazim, yang sering kita gunakan untuk mengukur pertumbuhan. Apalagi di kala dunia mengalami krisis, tergantung. Sebenarnya untuk membikin sebuah ekonomi itu sustain dan sustainable, driver-nya sebetulnya, ada.

 

Dulu kita kenal bahwa pertumbuhan itu fungsi dari capital and labor. Dalam perkembangannya sudah berkembang sekarang kita bisa menambahkan di situ technology, innovation termasuk entrepreneurship. Sehingga dalam jangka panjang, negara sebesar ini dengan potensi sumber daya alam yang tidak kecil yang kita miliki, ekonomi terjaga dan terus tumbuh manakala melihatnya adalah mari kita pastikan fungsi-fungsi yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi itu terus berkembang. Dan dari lima komponen tadi capital, labor, ada tiga yang erat kaitannya dengan misi komunitas IPTEK yaitu sekali lagi technology itu sendiri, kemudian innovation termasuk tecnopreneurship, dan kemudian satu lagi entrepreneurship.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah yang mesti kita ketahui kalau kita ingin membangun ekonomi yang berkelanjutan, yang ekonomi itu sendiri harus bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat sambil menjaga kelestarian lingkungan kita. Last but not least, itu yang terakhir, itu disebut masalah energi terbarukan, masalah green car, saya  sungguh mendorong agar Indonesia dalam waktu 5 tahun mendatang ini sudah bisa memproduksi sendiri, boleh pada hal-hal tertentu produksi bersama, joint production dengan negara lain, yang namanya green car hybrid system yang sangat efisien dalam penggunaan BBM, sehingga tidak membebani negara dan baik untuk lingkungan.

 

Yang kedua, electric car yaitu bisa digunakan di lokalitas-lokalitas tertentu ya tentunya juga sangat baik, sehingga transportasi kita yang terus bertambah jumlahnya itu di satu sisi efisien untuk sumber daya, ulangi untuk bahan bakar minyak kita sekaligus juga berkontribusi untuk lingkungan. Saya yakin akan sampai di situ dan ada berita mudah-mudahan DPR mendukung, saya ingin 2 tahun ini on top dari anggaran yang sudah dimiliki oleh Ristek. Oleh kementerian-kementerian, saya ingin menambahkan jumlah yang relatif besar untuk tujuan tertentu, untuk tujuan tertentu, kita fokuskan pada dua, mengembangkan transportasi yang ramah lingkungan dan hemat bahan bakar, itu yang pertama. Yang kedua, meningkatkan atau melaksanakan riset dan pengembangan berkaitan dengan produktivitas tanaman. Kedelai kita masih impor terlalu banyak. Daging sapi juga demikian. Sementara beras, jagung dan gula Alhamdulillah sudah semakin mandiri. Tetapi kita ingin percepat dengan penelitian, pengembangan dan inovasi kita berharap pangan kita aman. Oleh karena itu, tidak keliru kalau kita anggarkan anggaran yang besar khusus untuk targeted research and development and innovation, utamanya pangan dan energi.

 

Saya berdo'a, tolong dukungan Saudara-saudara, mudah-mudahan, apa namanya, DPR kita menyetujui apa yang saya usulkan itu karena tujuannya jelas untuk rakyat kita, untuk masa depan kita, untuk kemandirian energi dan kemandirian pangan.

 

Bapak, Ibu, Hadirin sekalian,

 

Itulah yang ingin saya sampaikan, dan sekali lagi selamat Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Mari kita bersatu-padu, bekerja lebih keras dengan keyakinan diri yang tinggi, sambil menjaga kerja sama dan kemitraan dengan masyarakat dunia untuk membangun negeri kita ini, bahkan untuk membangun dunia kita menuju dunia yang lebih aman, lebih adil, lebih sejahtera.

 

Sekian.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan

Kementerian Sekretariat Negara