Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013

 
bagikan berita ke :

Selasa, 19 Februari 2013
Di baca 980 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA  

PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK NASIONAL 2564

MAJELIS TINGGI AGAMA KHONGHUCU INDONESIA (MATAKIN)

DI PLENARY HALL JAKARTA CONVENTION CENTER

TANGGAL 19 FEBRUARI 2013

 

 

 

Saudara-saudaraku Umat Khonghucu dan Masyarakat Tionghoa di seluruh Tanah Air yang saya cintai,

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Selamat sore,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Dengan penuh rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, pada sore yang membahagiakan ini, kita dapat berkumpul kembali di tempat ini untuk menghadiri Perayaan Tahun Baru Imlek 2564 tingkat nasional. Untuk itu, pertama-tama saya ingin menyampaikan selamat  Tahun Baru Imlek 2564 kepada Saudara-saudara yang merayakannya di seluruh Tanah Air.

 

Semoga tahun yang baru ini, Tahun Ular Air, dapat membawa kebahagiaan, kesejahteraan, dan keberuntungan bagi Saudara-saudara semua. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tahun baru Imlek merupakan momentum yang  tepat bagi umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa untuk melakukan introspeksi, refleksi, dan evaluasi diri. Momentum seperti ini juga tepat untuk melakukan transformasi diri, sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Umum MATAKIN tadi, Saudara Wawan Diratma, menuju masa depan yang lebih baik. Tahun ini adalah tahun ke-14 perayaan Tahun Baru Imlek yang dirayakan secara nasional dan yang ke-9 kali dalam pemerintahan yang saya pimpin.

 

Saya turut bergembira dan berbahagia sebagaimana Saudara-saudara juga sangat bergembira dan berbahagia menyambut datangnya tahun baru Imlek ini. Dalam 14 kali perayaan itu pula, pelaksanaan Tahun Baru Imlek berlangsung dengan aman, tentram, damai, dan semarak.

 

Perayaan Imlek saat ini tidak hanya disambut dengan suka cita oleh umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa, tetapi juga disambut meriah oleh segenap warga bangsa di seluruh Tanah Air. Tahun Baru Imlek telah menjadi bagian penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kehadirannya makin memupuk dan mengikat rasa persaudaraan, kekeluargaan, dan semangat toleransi. Dalam 14 tahun terakhir ini kemeriahan perayaan  Imlek telah menjadi pesta rakyat, pesta bersama. Ini adalah wujud dari warna-warni khazanah budaya bangsa, bukan lagi hanya sebatas perhelatan budaya etnis Tionghoa.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

"Rasa Malu Besar Artinya bagi Manusia" yang menjadi tema perayaan Imlek tahun ini, saya nilai tepat dan relevan denganengan berbagai perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang kini terus berlangsung. Rasa malu sering terasa memudar, tergerus oleh nilai-nilai yang materialistis, kepentingan sesaat, dan praktik jalan pintas. Masih terjadinya kasus-kasus korupsi, kongkalikong, aksi-aksi kekerasan, fitnah, caci maki, dan berbagai pemberitaan yang mengumbar keburukan adalah tanda-tanda merosotnya rasa malu dalam kehidupan masyarakat kita. Situasi ini sungguh memperihatinkan kita semua. Karena itu, perayaan Imlek tahun ini yang mengangkat tema "rasa malu" patut menjadi renungan kita bersama.

 

Rasa malu pada hakikatnya meneguhkan suatu ajaran bahwa manusia harus memproteksi diri, dan menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela. Ajaran itu adalah sebuah undangan bagi segenap warga bangsa di Tanah Air dalam menegakkan tiga hal mendasar. Pertama, kebajikan dan akhlak mulia sebagai pengendali diri, nilai-nilai kebajikan yang melandasi kesejahteraan, keadilan, harmoni, kerukunan, dan kebersamaan di antara sesama warga bangsa. Belum lulus ujian pada diri kita, bila praktik-praktik dalam kehidupan sehari-hari masih jauh dari kebaikan dan kebajikan. Kedua, semangat dan kesabaran kita dalam perilaku sosial dan politik, ini adalah bagian dari ajaran Konfusius, ajaran  luhur yang berasal dari kearifan masa lalu. Filosofinya sangat mendasar, bahwa kehidupan itu adalah untuk kedamaian, kesejahteraan, dan keselarasan.

 

Ajaran Khonghucu membawa pesan pentingnya transformasi sosial dan kebangkitan moral dalam kehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan. Ketiga, sebagai manusia diri kita harus senantiasa memiliki keseimbangan dalam berperilaku sebagai bagian dari harmoni antara langit dan bumi. Keseimbangan antara nilai spiritualitas dengan kepentingan sesama yang membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Inilah nilai-nilai luhur yang patut diteladani oleh masyarakat Tionghoa oleh kita semua. Ajaran dan nilai harmoni antara sesama manusia menginspirasi kita semua untuk memperkokoh solidaritas, kebersamaan, dan persatuan di tengah kemajemukan. Nilai luhur yang seharusnya semakin meneguhkan tekad kita untuk menjadi bangsa yang rukun dan bersatu. Bangsa yang terikat oleh falsafah Bhinneka Tunggal Ika.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Pada hari ini Saudara-saudara sudah memasuki Tahun Baru Imlek 2564. Saya menghargai tradisi ini sebagai sebuah upaya menunjukkan identitas budaya dan agama. Namun, yang lebih penting dari semua itu adalah wujud rasa syukur dengan memanjatkan doa kepada Sang Pencipta agar kita senantiasa diberi ketenteraman, kedamaian, dan kesejahteraan. Saya ingin mengingatkan sekali lagi, bahwa pergantian tahun baru bukanlah untuk berhura-hura atau berpesta pora. Melainkan untuk merenung, berkontemplasi, dan bersyukur.

 

Saya mengajak Saudara-saudara untuk menjadikan tahun baru ini sebagai ladang amal, lebih banyak berbuat kebajikan dan meningkatkan kepedulian sosial terhadap sesama. Apalagi saat ini banyak saudara-saudara kita di Tanah Air yang ditimpa bencana alam, baik karena bencana banjir, longsor, maupun gempa bumi. Inilah saatnya bagi kita untuk menunjukkan kesetiakawanan, rasa kebersamaan, dan solidaritas dengan sesama warga bangsa. Kesetiakawanan, kebersamaan, dan solidaritas di antara sesama warga bangsa akan membuat kokohnya kita sebagai bangsa yang majemuk. Kesetiakawanan kita sebagai sebuah bangsa harus makin kuat dan makin kokoh. Kebersamaan kita juga tidak boleh terpisahkan oleh perbedaan etnis, perbedaan agama yang kita yakini, apalagi oleh perbedaan politik. Solidaritas kita sebagai sebuah bangsa harus tetap kokoh walau langit akan runtuh. Ini semua dapat terwujud manakala sikap dan perilaku kita dilandasi keihklasan dan kepedulian.

 

Pada kesempatan yang baik ini, Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian, saya mengimbau untuk membantu meringankan beban penderitaan saudara-saudara kita yang tertimpa bencana, serta membantu saudara-saudara kita yang masih mengalami kesulitan dalam hidupnya.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Tantangan yang kita hadapi saat ini dan ke depan tentu tidak semakin ringan. Tahun 2013 hingga 2014 kita memasuki tahun-tahun yang penuh dengan kompetisi. Pada tahun 2014 mendatang bangsa kita memiliki agenda yang penting, yaitu pemilihan umum. Instrumen mendasar bagi kelangsungan kepemimpinan nasional dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Marilah kita jauhkan cara-cara berpolitik yang tidak patut, seperti kampanye hitam atau black campaign dan cara-cara lain yang buruk. Saya berpesan agar kita saling menjaga diri, tidak larut dalam kompetisi yang tidak jujur, serta kompetisi yang mengumbar keburukan dan kebencian.

 

Pada kesempatan yang baik ini, saya juga mengajak masyarakat Tionghoa di seluruh Tanah Air untuk bersama-sama menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita. Saya yakin dan percaya masyarakat Tionghoa yang banyak bergerak di berbagai kegiatan ekonomi akan terus bekerja sama dengan pemerintah dalam menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar makin tumbuh dan berkembang.

 

Secara khusus, dalam memasuki tahun politik ini saya mengajak masyarakat Tionghoa dan segenap komponen bangsa di seluruh Tanah Air untuk menciptakan suasana yang aman, tentram, damai, dan teduh. Mari kita hindari kegaduhan politik yang tidak perlu dan yang akan mengganggu ketenangan dan ketenteraman hidup masyarakat kita. Mari kita tetap fokus pada agenda-agenda besar bagi kelangsungan pembangunan bangsa saat ini dan ke depan. Jangan sia-siakan momentum emas, peluang terbaik untuk mempercepat kemakmuran bersama dengan prioritas untuk terus mengurangi kemiskinan di negeri ini.

 

Akhirnya, hadirin sekalian yang saya muliakan, sekali lagi saya sampaikan ucapan selamat Tahun Baru Imlek 2564 kepada masyarakat Tionghoa di seluruh Tanah Air. Berbahagia dan sejahteralah di Tahun Ular Air ini. Sekali lagi, semoga tahun yang baru ini dapat membawa keberkatan dan keberuntungan bagi Saudara-saudara yang merayakannya.

 

Sekian. Terimakasih.

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI