Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013

 
bagikan berita ke :

Minggu, 26 Mei 2013
Di baca 1355 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERAYAAN WAISAK NASIONAL TAHUN 2013,

DI JI-EXPO KEMAYORAN, JAKARTA,

TANGGAL 26 MEI 2013

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Selamat sore,  Namo Buddhaya

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Saudara Wakil Presiden dan segenap Tamu Undangan yang saya hormati,

Para Pemuka Agama Buddha yang saya muliakan,

Saudara-saudara Umat Buddha di seluruh Tanah Air yang saya cintai,

 

Mengawali sambutan ini, saya mengajak hadirin sekalian, untuk sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat menghadiri Perayaan Dharmasanti Waisak Nasional Umat Buddha tahun 2557 Buddhist Era.

 

Pada kesempatan yang membahagiakan ini,  saya ingin menyampaikan salam hormat dan salam bahagia kepada segenap umat Buddha di seluruh Tanah Air. Berbahagialah di Hari Raya Waisak  hari yang disucikan dan dimuliakan oleh Umat Buddha di berbagai penjuru dunia. Semoga, peringatan Hari Waisak tahun ini, dapat membawa kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan bagi umat Buddha di mana pun berada.

 

Hadirin, sekalian yang saya muliakan,

 

Dengan semangat Waisak kita tingkatkan kesadaran untuk terus berbuat kebajikan yang menjadi tema besar perayaan Waisak tahun ini memiliki nilai penting untuk dihayati dan diamalkan, tidak hanya oleh umat Buddha tetapi sesungguhnya juga oleh umat beragama lain di seluruh Tanah Air. Kesadaran untuk terus berbuat kebajikan memiliki makna universal, sebagai landasan moral dan etika menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih sejahtera.  Kebajikan merupakan bagian dari kesadaran akan kebersamaan, kesetiakawanan, dan upaya mengalirkan kebahagiaan.

 

Pada perayaan Waisak tahun ini, umat Buddha kembali diajak untuk lebih memahami makna hidup yang sesungguhnya sebagaimana diajarkan oleh Sidharta Gautama. Makna hidup untuk mencapai taraf pencerahan batin tertinggi; makna hidup untuk mengajak semua orang berbuat kebajikan dengan lebih peduli kepada sesama umat manusia, serta keharmonisan dalam memelihara toleransi sebagai sendi dalam kehidupan antar umat beragama. Toleransi dalam kehidupan antarumat beragama, harus terus kita pupuk, kita pelihara, dan kita perkuat sebagai nilai-nilai mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Sambutan berikut yang akan saya sampaikan ini, sesungguhnya segaris dan sejiwa,  dengan pesan-pesan Waisak yang tadi telah disampaikan oleh yang mulia Bapak Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira yang telah mengingatkan nilai-nilai penting serta pesan-pesan mulia baik pesan spiritual, pesan moral, dan bahkan pesan sosial. Kita patut bersyukur, bahwa sejak Indonesia merdeka, kebebasan beragama di negara kita  dijamin oleh konstitusi. Meskipun perjalanan kehidupan bangsa mengalami pasang-surut, dan juga amat dinamis, pada hakekatnya harmoni dan  toleransi antarumat beragama dapat kita wujudkan. Para pemimpin agama juga telah membawa umatnya pada jalan kebenaran. Kalangan masyarakat dunia bahkan telah menilai Indonesia sebagai contoh dalam hal harmoni dan toleransi antarumat beragama di dunia.

 

Tentu harus kita akui dengan jujur pula, masih ada kalangan tertentu yang belum sungguh-sungguh menerima perbedaan faham dan pandangan dalam kehidupan keagamaan. Masih ada segelintir orang yang masih tetap memaksakan pandangan dan kehendaknya. Masih ada segelintir orang yang memiliki sikap yang tidak tolerans. Adalah menjadi kewajiban kita semua, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, aparat penegak hukum dan keamanan, para pemuka agama dan ormas keagamaan, hingga media masa dan masyarakat madani, untuk terus memberikan pencerahan dan pemahaman dengan lebih jelas lagi, kepada saudara-saudara kita yang memiliki sikap seperti itu.

 

Negara, sesuai dengan wewenang yang dimiliki, akan terus menjalankan konstitusi untuk melindungi hak-hak warga negara dalam menjalankan ibadah dan kepercayaannya masing-masing. Namun, jika terjadi ketegangan dan konflik akibat dari pemahaman agama yang berbeda, diperlukan upaya bersama untuk mengelola dan mengatasinya. Para pemuka agama bersama-sama organisasi massa dan keagamaan, diharapkan pula dapat secara aktif dan penuh tanggung jawab ikut mengatasi dan mencarikan solusinya.

 

Semua kelompok yang berbeda faham dan keyakinan, juga memiliki tanggung jawab untuk memelihara harmoni sosial. Siapa pun hendaknya dapat menghormati keyakinan yang dimiliki kelompok lain. Saling pengertian dan saling penghormatan, merupakan norma dasar dalam masyarakat yang majemuk. Sebaliknya, sikap tidak tolerans  harus kita kikis dan hilangkan dengan cara membangun dialog yang setara, dan bukan dengan menyebarkan permusuhan dan kebencian, apalagi kekerasan. Sebagaimana yang telah saya sampaikan di Bali tahun 2005 yang lalu, tidak perlu dan tidak boleh terjadi pertentangan antara yang disebut minoritas dan mayoritas.  Semua adalah komponen bangsa kita yang harus hidup bersama dengan rukun dan damai, serta saling hormat-menghormati. Terima kasih.

 

 

Saudara-saudara,

 

Pada kesempatan ini, saya ingin menegaskan  untuk yang kesekian kalinya, bahwa jika ada tindakan kekerasan dan melawan hukum, termasuk tindakan kekerasan atas nama agama, aparat keamanan, dan penegak hukum dengan tegas mesti menindaknya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.  Tidak ada toleransi bagi mereka yang melakukan tindakan dan kekerasan di negeri ini. Para penegak hukum dan aparat keamanan saya harapkan memedomani dan melaksanakan Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2013 dalam mengatasi kekerasan dan konflik sosial.  Segenap komponen bangsa saya harapkan juga mampu bekerja sama untuk menghentikan aksi-aksi keke-rasan dan tindakan main hakim sendiri, sebagaimana yang dengan tegas dan jelas pernah saya sampaikan di Kupang dalam peringatan Hari Pers Nasional tahun 2011 yang lalu.

 

Komitmen pemerintah tidak pernah pudar. Negara menjamin sepenuhnya kebebasan warga negara untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya. Kita juga  harus memastikan dihentikannya semua bentuk ancaman, intimidasi, dan agitasi, termasuk perusakan terhadap rumah ibadah apa pun dan penyerangan terhadap para penganut agama mana pun.

 

Saya sampaikan kembali bahwa pihak-pihak yang mengancam hak-hak warga negara dalam menjalankan ibadahnya, tidak dibenarkan di negeri ini. Hukum dan aturan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Aparat penegak hukum tidak perlu ragu.  Tindak tegas setiap upaya dari kelompok mana pun, yang menganggu dan mengancam keselamatan setiap orang, dalam menjalankan ibadah dan kepercayaannya.

 

Saudara-saudara,

 

Sebagai bangsa yang majemuk, kita memang memiliki keragaman etnis, suku, agama, bahasa, budaya, dan identitas yang lain. Itulah kenyataan yang harus kita terima sebagai anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa. Meskipun kita hidup dalam kemajemukan, sejarah mencatat bahwa sejak berabad-abad silam, pada hakekatnya bangsa Indonesia dapat hidup  berdampingan, rukun, dan bersatu.

 

Kemajemukan tentu tidak boleh menciptakan diskriminasi dan egoisme. Kemajemukan, kemajemukan juga tidak boleh merenggangkan rasa kesetiakawanan dan kebersamaan. Di negeri tercinta ini, tidak boleh ada kelompok yang merasa berada di atas kelompok yang lain. Kita semua  setara, serta memiliki hak dan kewajiban yang sama.   

 

Eksistensi kemajemukan yang menjadi ciri khas bangsa kita, harus kita pelihara dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Di negara kita, semua elemen bangsa diakui dan diayomi. Di bawah naungan seloka Bhinneka Tunggal Ika, kita dapat menjalani kehidupan dalam keberagaman. Kita bersyukur, bahwa tahun-tahun terakhir ini kita berhasil menghilangkan perlakuan diskriminatif kepada etnis dan umat beragama tertentu, melalui undang-undang dan peraturan pemerintah yang kita terbitkan.

 

Jika bangsa lain menghargai kemajemukan dan sikap toleransi bangsa kita, tentu itu merupakan kehormatan atas apa yang kita bangun, perjuangkan dan buktikan bersama selama ini. Penghargaan itu, juga harus kita terima sebagai bagian dari keharusan untuk melakukan instrospeksi, dan melakukan perbaikan terhadap banyak hal yang kita rasakan belum baik.

 

Kita juga dapat terus menunjukkan kepedulian kita kepada sesama. Sebagaimana yang tadi telah disampaikan tadi oleh Bapak Arif Harsono, kita ikut serta mendorong terciptanya rasa aman dan damai antar sesama umat beragama di Myanmar. Kita tidak ingin terjadi tragedi kemanusiaan sebagaimana yang dialami oleh saudara-saudara kita kaum Rohingya.  Dalam kaitan ini saya telah, dan akan terus menjalankan diplomasi, termasuk memelihara komunikasi saya dengan Presiden Myanmar, untuk mendorong dilakukannya penanganan dan penyelesaian konflik komunal yang terjadi di Myanmar tersebut secara damai, adil, dan bijak.  Kekerasan dan pertumpahan darah harus dicegah dan dihentikan.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan.

 

Kembali pada tema dan momentum Perayaan Waisak tahun ini, saya mengajak segenap umat Buddha di seluruh Tanah Air  untuk meneladani nilai-nilai universal dari  dharma yang diajarkan Sang Buddha. Mari kita tinggalkan sikap mementingkan diri sendiri. Mari kita suburkan sikap saling menghormati dan saling menghargai. Mari kita ciptakan suasana kehidupan nasional yang rukun, damai, dan harmonis. Mari kita bangun semangat kerja keras yang dilandasi oleh sikap kekeluargaan, kegotongroyongan, dan tolong menolong antar sesama.

 

Sebagaimana perjalanan spiritual Sidharta Gautama; yang mengajarkan nilai-nilai keteguhan, kedisiplinan, keikhlasan, serta semangat dan tekad yang kuat untuk menemukan kehidupan yang hakiki. Kita menyadari bahwa tidak ada jalan yang lunak dan mudah untuk mencapai tujuan yang mulia.  Demikian pula dalam membangun negara, untuk menjadi negara yang unggul, maju dan sejahtera, diperlukan pengorbanan dan perjuangan kita semua. Diperlukan pula kerja keras dan kerja cerdas, disertai persatuan dan  kebersamaan dari segenap komponen bangsa. 

 

Kepada para pemuka agama Buddha, yang saya muliakan, sekali lagi saya mengajak Saudara-saudara untuk terus mengedepankan kearifan, tanggung jawab, dan keikhlasan. Saya juga berharap para tokoh agama  dapat memainkan peran pentingnya untuk memberikan pencerahan, pencerdasan, dan keteladanan. Para pemuka agama dapat menciptakan suasana yang menenteramkan dan mendamaikan, serta terus mendorong umatnya untuk ikut serta dalam upaya membangun bangsa dan negara kita.

 

Kepada umat Buddha di seluruh Tanah Air, sekali lagi saya sampaikan salam hormat; dan berbahagialah di Hari Trisuci Waisak yang mulia ini. Terima kasih pula atas dukungan dan partisipasi segenap umat Buddha, terhadap program dan agenda pembangunan nasional yang kita jalankan selama ini.  Juga saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi, atas aktifitas kemanusiaan dan bantuan sosial yang dilakukan oleh umat Buddha di berbagai penjuru Tanah Air.  Saya senantiasa mencatat dan mengikuti apa yang Saudara-saudara lakukan untuk tugas-tugas sosial dan kemanusiaan.

 

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan cahaya kebajikan, kecerahan hati, dan kejernihan berpikir kepada kita semua untuk melangkah maju menjadi bangsa yang unggul, damai, adil, demokratis, dan sejahtera.

Terima kasih.

 

Selamat Hari Waisak 2557 Buddhist Era.

 

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI