Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Jakarta, 10 Juni 2013

 
bagikan berita ke :

Senin, 10 Juni 2013
Di baca 853 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

TANGGAL 10 JUNI 2013

 

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat,

Yang saya hormati, para Menteri dan para Mantan Menteri, hadir Pak Sarwono Kusumaatmaja dan Pak Rahmat Witular, para Gubernur, Bupati, dan Walikota, para Penerima tanda penghargaan, para Pencinta, Penggiat, dan Pejuang Lingkungan yang saya cintai dan saya banggakan.

 

Alhamdulillaah, hari ini kita kembali memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Untuk itu saya ingin menyampaikan ajakan dan harapan saya kepada Saudara semua dan juga kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk bersama-sama memelihara lingkungan hidup kita dengan sebaik-baiknya. Namun, sebelum saya menuju ke situ, saya ingin berbagi tiga cerita. Pertama, sekitar pukul 03.30 dini hari, tadi pagi, saya terbangun, dan kemudian saya melihat televisi, siaran televisi asing, inisialnya A. Saya lihat liputannya panjang yang kira-kira temanya adalah deforestasi yang ada di Indonesia. Sebagaimana layaknya siaran media masa, biasanya bad news is news, good news is no news. Saya lihat, memang yang diangkat yang ekstrim-ekstrim, hal-hal yang buruk di negeri kita, di beberapa tempat yang menggambarkan memang telah terjadi deforetasi di negeri kita ini.

 

Melihat tayangan itu, saya mengajak Saudara untuk melihatnya dalam dua penglihatan, dua perspektif. Yang pertama, ambillah manfaat positifnya. Televisi itu mengingatkan kita bahwa di antara banyak hal yang telah kita lakukan, banyak hal yang baik-baik di negeri ini masih ada yang belum baik, masih ada pekerjaan rumah kita, masih ada masalah. Oleh karena itu, kalau perlu mintakan rekamannya, silakan ditonton. Kalau itu kritik dan koreksi yang baik, terima dengan baik. tetapi kalau sangat dilebih-lebihkan, ya katakan ndak betul kalau seperti ini. Jangan hanya supaya tayangannya menarik, lantas tidak menggambarkan keadaan lingkungan Indonesia secara keseluruhan.

 

Perspektif itulah yang barangkali perlu dilihat dengan baik untuk koreksi dan perbaikan. Kemudian kalau terlalu berlebihan, katakanlah, tolong bikin yang berimbang, yang balance. Biasanya di sebuah negara, termasuk negara-negara di mana para duta besar juga hadir, pada kesempatan ini selalu ada yang sudah baik dan ada yang belum baik. Senang kalau dunia juga tahu bahwa Indonesia pun yang juga memiliki komitmen yang tinggi, kebijakan yang nyata, dan upaya yang sungguh-sungguh, ada juga yang sudah dicapai, meskipun masih banyak yang harus kita lakukan. Itu cerita pertama, apa yang saya lihat subuh dini hari, tayangan sebuah televisi internasional.

 

Yang kedua, atau cerita yang kedua adalah pada hari Jum'at yang lalu, saya kedatangan tamu, bukan tamu Presiden, tapi tamu Indonesia, yaitu Greenpeace, organisasi lingkungan sedunia yang biasanya dikenal galak, sangat kritis, dan menjadi, apa namanya..., jangan disebut lawanlah, menjadi pihak yang selalu memberikan warning ke seluruh dunia, agar jangan lalai, jangan merusak lingkungan di negara mana pun.

 

Greenpeace sudah berpartner dengan Indonesia. Saya sudah bertemu dengan pimpinan Greenpeace, Direktur Eksekutif, pertama di Jakarta, kedua di Rio De Jenairo, dan ketiga yang kemarin. Saya undang Greenpeace untuk berpartner dengan Indonesia, dengan tujuan kritiklah kami, koreksilah kami kalau ada hal-hal yang belum benar. Setelah itu, tolong berikan pandangan atau rekomendasi, atau opsi terbaik dari perspektif pengelolaan lingkungan hidup yang baik, dan kemudian kalau yang dilakukan Indonesia sudah benar, sudah baik, tolong juga sampaikan ke dunia, Indonesia juga melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan. Dengan semacam gentleman agreement itulah, kerja sama kami berlangsung dengan baik. saya baca laporannya, fair, ada kritik-kritiknya, tapi juga ada recognation bahwa kita telah melakukan sejumlah hal yang penting. Bahkan, pada saat saya pertama kali bertemu dengan pimpinan Greenpeace, kalau Greenpeace melihat misalnya pengelolaan kelapa sawit ada yang tidak baik, mengganggu lingkungan, langsung saja sampaikan kepada perusahaan-perusahaan kelapa sawit itu, berikan koreksi yang betul seperti apa.

 

Kemarin pada saat menyampaikan presentasi kepada saya, disampaikan mereka juga berkolaborasi, berpartner dengan perusahaan-perusahaan itu untuk mengoreksi, mengkritik, meluruskan, manakala ada yang menyimpang. Saya senang seperti itu, berarti semua ingin menjadi bagian dari solusi, to be part of the solution. Kalau kolaborasi di negeri ini, di seluruh dunia seperti itu akan bagus. Tidak berujung pada salah menyalahkan, perang kata-kata, tetapi masuk mengkritik, mengoreksi, dan sekaligus membetulkan.

 

Saya juga naik kapal Rainbow Warrior yang terkenal itu. Saya mendapatkan penjelasan A,B,C,D,E,F tentang kapal itu silakan datang ke Indonesia kapan saja, dengan tujuan yang saya katakan tadi. Berikan koreksi dan kritik, kalau ada yang belum baik. Kalau ada yang sudah baik, katakan baik. Saya jadi ingat, entah benar entah tidak, karena saya suka masakan Minang. Katanya di rumah makan Padang itu, kalau kita habis makan, yang punya bilang, "Pak, kalau makanannya tidak enak beritahu saya, kalau makanannya enak beritahu yang lain". Falsafahnya begitu. Beliau yang ahli marketing tahu itu, falsafahnya begitu.

 

Jadi saya ingin memberi contoh, jangan anti LSM lingkungan, jadikan mereka partner, jadikan mereka mitra, jadikan mereka teman. Dengan demikian, insya Allah makin ke depan makin baik lingkungan kita, makin baik negara kita. Contohnya Greenpeace, tentu masih banyak lagi, WWF, the nature conservation, ada WALHI, ada banyak sekali, termasuk LSM di dalam negeri kita. Jadikan mereka partner, bukan lawan. Itu cerita yang kedua.

 

Sedangkan cerita yang ketiga adalah pada tanggal 30 Mei yang lalu, jadi ini memang peristiwa sepuluh hari terakhir ini, saya beserta delegasi, Pak Rahmat Witular juga ikut bertugas ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, untuk pertama memimpin pertemuan terakhir High Level Panel of Eminent Persons on the post 2015 Development Agenda, yang Saudara sudah tahu selama delapan bulan mengemban tugas, tugas Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk merumuskan kerja sama global dalam bidang pembangunan setelah MDGs nanti jatuh tempo, yaitu pada tahun 2015 mendatang.

 

Ada 27 orang dari seluruh dunia yang dipimpin bersama oleh Presiden Liberia, Perdana Menteri Inggris, dan saya sendiri. Sudah kami serahkan kepada, sudah kami serahkan kepada Sekjen PBB yang disebut dengan final report, dan laporan akhir itu setelah kami serahkan, juga kami briefing-kan di hadapan Majelis Umum PBB. Yang ingin saya sampaikan adalah kerangka kerja sama pembangunan yang baru atau agenda pembangunan yang baru ini sangat memperhitungkan aspek lingkungan hidup. Sangat. Jadi kita mengintegrasikan antara aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan hidup. Oleh karena itu, laporan akhir kami beri judul a new global partnership, eradicate poverty and transforms economics through sustainable development, yang intinya kurang lebih, kemitraan global baru, dengan judul kecil mengurangi kemiskinan dan mengubah tata perekonomian melalui pembangunan berkelanjutan. Lagi-lagi saya harus mengatakan bahwa pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa-bangsa sedunia, itu juga harus sungguh mempertimbangkan aspek lingkungan. Tiga cerita itulah yang ingin saya bagikan pada kesempatan yang baik ini, peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia kepada Saudara semua, dan kepada seluruh rakyat Indonesia.

 

Hadirin yang saya cintai,

 

Dengan pengantar tiga cerita tadi, berikut ini saya juga ingin menyampaikan tiga hal, tentu yang berkaitan dengan lingkungan, dan berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, sustainable development. Pertama adalah mari sungguh kita pahami posisi Indonesia, kebijakan Indonesia, dan komitmen Indonesia dalam pelestarian lingkungan ini. Saya tidak ingin menguraikan panjang lebar, karena sebenarnya kita sudah memahaminya, sudah juga menjalankannya. Tapi kewajiban saya sebagai kepala negara, untuk selalu mengingatkan kepada Saudara semua kita sudah punya posisi, sudah punya komitmen, dan sudah punya kebijakan. Apa itu? Pertama kita menganut paham pembangunan berkelanjutan, jelas itu. Pembangunan yang merusak lingkungan bukan pilihan kita, sustainable development. Karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, developing country. Meskipun kita sudah disebut emergent economy, tetapi masih ada saudara-saudara kita yang miskin, yang belum mampu. Meskipun jumlahnya alhamdulillaah terus berkurang, tapi saya harus mengatakan jumlah itu masih cukup banyak untuk menjadi panggilan moral kita, panggilan tugas kita untuk senantiasa menurunkannya. Oleh karena itu, yang ingin kita capai, ekonomi harus tumbuh dan terus tumbuh, tapi makin merata.

 

Inilah kebijakan yang kita tempuh yaitu sustainable growth with equity. Ekonomi harus terus tumbuh, tapi pertumbuhan itu berkelanjutan, dan kemudian harus makin adil, dan makin merata. Dan ini semua sesuai dengan yang saya sampaikan tadi, sejalan dengan laporan akhir dari Panel Tingkat Tinggi PBB yang baru kami serahkan beberapa hari yang lalu di New York.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan falsafah dan kebijakan seperti itu, maka kita tidak menganut faham, dengarkan baik-baik, yang seolah-olah mengatakan, biar saja rakyat lapar, yang penting lingkungan tidak diganggu. Tentu tidak boleh terjadi, adalah tugas kemanusiaan untuk membikin rakyat kita makin sejahtera, tidak boleh membiarkan mereka tetap susah hidupnya, apalagi lapar dengan dalih jangan mengganggu lingkungan, bukan itu pilihan kita. Sebaliknya jangan pula masuk ke ekstrim yang lain. Misalnya berkata begini, biar saja lingkungan rusak, yang penting ekonomi terus tumbuh. Ini juga bukan pilihan kita.

 

Saudara-saudara,

 

Kita yakin, Indonesia yakin, kita bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat kita, mengurangi kemiskinan di negeri ini tanpa harus merusak lingkungan. Itulah semangat, falsafah, dan juga kebijakan dasar yang kita pilih, kita anut, dan kita jalankan. Tolong, selalu kita ingat, kita jadikan rujukan, falsafah, pandangan, dan kebijakan seperti itu. Oleh karena itu, masuklah hal yang kedua, saya ingin Saudara semua bersama-sama seluruh rakyat Indonesia mengimplementasikannya, mengimplementasikan apa yang telah menjadi kebijakan dasar tersebut.

 

Terus terang bagi jajaran pemerintah, termasuk para gubernur, bupati, dan walikota di seluruh Indonesia, pers bisa mencatat, tentu termasuk saya, adalah menjadi tanggung jawab dan tugas kita untuk mengimplementasikan dengan sebaik-baiknya apa yang telah menjadi pilihan dan kebijakan dasar tadi. Kita pemimpin, menjaga lingkungan hidup, memikirkan anak cucu, mencegah kerusakan Tanah Air kita adalah bagian dari kepemimpinan, leadership. Bagian dari tanggung jawab kita. Hal yang paling tinggi bagi seorang pemimpin adalah sense of responsibility, tanggung jawab. Oleh karena itu, saya tidak suka kalau di antara kita, termasuk gubernur, bupati, dan walikota yang lalai terhadap lingkungan, yang tidak peduli terhadap lingkungan. Tolong nanti kalau ada musim pilkada, pemilihan gubernur, pemilihan bupati, pemilihan walikota, pilihlah mereka-mereka yang mencintai lingkungan, mencintai betul, bukan hanya pada saat kampanye saja, mencintai dan melaksanakan. Saudara bisa melihat track record-nya, bagian yang mana, yang merusak atau yang memelihara, ya mudah-mudahan semua mencintai lingkungan.

 

Untuk itu, pemerintah sudah mengeluarkan aturan, misalnya bersama DPR RI, kita sudah punya undang-undang, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tolong dibaca dan dijalankan.

 

Pemerintah juga sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Bukan menjadi rahasia umum lagi, banyak izin yang dikeluarkan oleh para bupati utamanya, termasuk yang ada di luar Jawa, yang ternyata tidak memenuhi syarat dari aspek pemeliharaan lingkungan. Oleh karena itu, saya tahu Mendagri harus banyak membatalkan Perda-perda yang tidak sesuai dengan undang-undang nasional. Saya tidak ingin ada bupati yang berurusan dengan KPK, Kepolisian, Kejaksaan, karena urusan izin ini. Bukan hanya soal sesuai dengan standar lingkungan, tapi juga dengan ketentuan perundangan yang lain. Oleh karena itu, jadilah pelopor, jadilah contoh bahwa peraturan pemerintah ini dijalankan dengan sebaik-baiknya.

 

Laksanakan pula Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2013, belum lama, tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Moratorium saya perpanjang untuk waktu dua tahun. Memberikan kesempatan menata semuanya. Setelah ditata, setelah baik semuanya, nanti kita lihat kembali. Tentu yang akan melihat pengganti saya, Presiden yang akan datang. Saya yakin, saya berharap pengganti saya juga punya komitmen yang tinggi terhadap pemeliharaan lingkungan. Dan, juga ada Perpres, Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

 

Saudara tahu, kita ingin mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26%. Pada tahun 2020 dibandingkan kalau kita biarkan saja, bussiness as usual, kita ingin kurangi 26% dengan cara melakukan semuanya. Contohnya, meskipun yang saya sampaikan tidak dimasukan liputan televisi asing yang saya lihat tadi subuh, kita terus melaksanakan reforestasi, kita memerangi illegal logging, kita memerangi kebakaran hutan, kita memberlakukan moratorium penguasaan hutan primer dan lahan gambut. Kita menanam pohon setiap tahun dengan target 1 milyar pohon per tahunnya, itu tidak dimasukkan tetapi ini bagian to reduce our emission. Saya kira Pak Sarwono, Pak Rahmat Witular tahu, Indonesia termasuk yang menjadi champion, dan kita masih ingat ketika kita bertemu di Copenhagen, Denmark, pertama kali saya pidato di hadapan bangsa-bangsa sedunia, Indonesia volunteer, sukarela untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020. Ternyata itu juga memberikan impact kepada negara-negara yang lain, utamanya negara-negara yang sedang membangun. Itu yang kedua.

 

Nah yang ketiga, atau yang terakhir. Tadi pertama-tama tiga cerita, ini tiga ajakan dan harapan. Tiga yang terakhir ini, penilaian positif dan penghargaan yang tadi baru kita berikan. Yang maju tadi kan sebagian kan, yang tidak maju kan juga menerima tanda penghargaan, karena jumlahnya ratusan. Saya atas nama negara dan pemerintah, dan selaku pribadi, mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Selamat Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara. Itulah yang saya katakan, yang mengimplementasikan apa yang kita janjikan kepada dunia, dan kita janjikan pada diri kita sendiri. Meskipun rencana aksinya bagus, kebijakannya bagus, programnya bagus, komitmennya kuat, tetapi kalau tidak diimplementasikan, tentu hasilnya kurang baik. Saudara memberi contoh, menjadi contoh untuk mengimplementasikannya. Dan ini memperkuat pikiran banyak orang, ya.

 

Kunci keberhasilan pemeliharaan lingkungan adalah, satu, pemerintah sendiri, the government. Pemerintah itu bukan hanya Jakarta, tapi juga semua provinsi, kabupaten, dan kota, bahkan yang paling depan. Komitmennya kuat, kepemimpinannya baik, dan sungguh menjalankannya.

 

Yang kedua, itu pun baru separuh dari keberhasilan. Akan berhasil utuh hundred percent kalau komunitas masyarakat semua juga ikut bersama-sama melestarikan lingkungan. Oleh karena itu, saya berterima kasih, selamat kepada para perseorangan, kepada pimpinan provinsi, kabupaten dan kota, kepada komunitas-komunitas, termasuk sekolah-sekolah, dan semua yang menerima tanda penghargaan. Saya garis bawahi sekolah. Begini Saudara-saudara, SD itu enam tahun, SMP tiga tahun, sembilan tahun itu bagi pelajar, bagi anak-anak yang sedang bersekolah, itu disebut dengan formative years. Artinya, anak-anak usia seperti itu masih bisa dibangun nilainya, perilakunya, sikapnya, pandangan-pandangannya, dan kebiasaan-kebiasaannya. Bapak-Ibu sebagai guru, mendidik, memberi contoh, mengajari, mengajak anak-anak sekolah selama sembilan tahun, mencintai lingkungan, menanam pohon, memelihara semua yang sudah ada, maka insya Allah menjadi orang-orang dewasa nanti, mereka akan menjadi pencinta lingkungan. Sama halnya sembilan tahun, SD, SMP, oleh para guru diberikan contoh, dididik untuk kebersihan, maka begitu menjadi manusia dewasa, dia akan cinta kebersihan.

 

Dua tahun yang lalu, saya pernah menjadi marah besar, meninjau sekolah-sekolah, kotornya luar biasa, sebahagian, saya cek sekarang sudah bagus. Jangankan untuk ruang sekolah, ruang gurunya pun berantakan. Saya masuk di situ, masya Allah kotor, berantakan, tidak tertib, bagaimana memberi contoh, dan lain-lain. Disiplin, kecintaan pada kawan, kejujuran, itu semua bisa dibentuk pada masa-masa awal. SD enam tahun, SMP tiga tahun, kalau berlanjut SMA tiga tahun, akan bagus sekali. Mendikbud sudah saya instruksikan agar lingkungan hidup, perubahan iklim, pemanasan global itu menjadi kurikulum dalam pendidikan kita, agar mereka sejak dini telah diberikan kesadaran dan pemahaman yang baik. dan saya ingin Pak Mendagri, mestinya semua gubernur, bupati, dan walikota juga menerima penghargaan, ya. Jangan sampai ada yang terlalu jauh gap-nya, kalau terlalu jauh gap-nya, ya, itulah, yang apa namanya, menjadi bahan masuknya siaran televisi asing yang tadi malam, yang tadi subuh saya saksikan itu.

 

Yang terakhir sekali, tema peringatan Hari Lingkungan Hidup sekarang ini, oleh dunia disebut think, eat, save, berpikir, makanlah, maksudnya konsumsilah apa yang perlu di ... yang diperlukan, kemudian ya, jaga keberlanjutannya. Ini maksudnya, kita mengkonsumsi sumber daya alam, termasuk makanan, sehemat mungkin, seefisien mungkin, jangan rakus, jangan boros, jangan berhambur-hamburan. Ingat anak cucu, ingat masa depan, termasuk banyak orang yang makan, pesan banyak, nggak dihabiskan, dibuang. Padahal di dunia ini ada satu milyar orang yang setiap malam tidak bisa tidur karena perutnya lapar. Ini adalah gaya hidup, life style yang harus diubah dan dihentikan di seluruh dunia, termasuk negara-negara maju. Pikirkanlah yang lain, pikirkanlah saudara kita yang lain, pikirkanlah juga manusia di seluruh dunia, tapi juga pikirkan kelestarian lingkungan, pikirkan anak cucu, dan pikirkan masa depan. Intinya di situ, need not greed, jadi kalau think, eat, and save, maksudnya itu bagus, dan oleh Pak Kambuaya, untuk Indonesia tema ini diubah menjadi ubah perilaku dan pola konsumsi untuk selamatkan lingkungan kita. Pesan saya, mari kita jalankan, mari kita laksanakan.

 

Saya kira begitu Saudara-saudara, yang ingin saya sampaikan. Sekali lagi, teruslah menjadi pahlawan lingkungan dan mari kita bikin negara kita makin baik di waktu yang akan datang.

 

Sekian.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

KementerianSekretariat Negara RI