Sambutan Presiden RI pada Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi Se-Indonesia 2013, Bali, 14 Juni 2013

 
bagikan berita ke :

Jumat, 14 Juni 2013
Di baca 757 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

 PADA

PERTEMUAN PUNCAK PEMIMPIN REDAKSI SE-INDONESIA 2013

DI BALI NUSA DUA CONVENTION CENTER

14 JUNI 2013

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Assallamu'allaikum warrahmatullahi wabarakatuh, 

Salam sejahtera untuk kita semua,

Om suastiastu,

 

Para Tamu Undangan yang saya hormati,

Para Pimpinan Organisasi Pers dan Media Massa, khususnya para Pemimpin

Redaksi yang saya cintai,

 

Alhamdulillah, kita bisa menghadiri acara yang sangat penting ini, dan ini merupakan tonggak sejarah bagi perjalanan kehidupan pers di negeri tercinta ini, sebagai salah satu pilar penting kehidupan demokrasi kita. Saya mendengarkan dengan seksama, apa yang disampaikan oleh Bung Wahyu dan juga Bung Tomi tadi, melegakan, kita syukuri, dan saya kira rakyat Indonesia akan memiliki harapan atas apa yang bisa dilakukan oleh insan pers untuk negeri ini, dan tentunya yang dilakukan oleh kita semua bagi masa depan mereka semua.

 

Pak Wahyu, sebelum saya berangkat ke Bali ini, ada pesan dari tetangga saya. Pesannya singkat, "Pak SBY, baik-baiklah sama pemimpin redaksi". Saya penasaran, kenapa? "Pak SBY kan tahun depan akan selesai, sudah jatuh tempo, insya Allah, siapa tahu ada pemimpin redaksi yang menjadi presiden. Cerita saya belum selesai, maksudnya, kan mungkin ada lowongan untuk Pak SBY jadi Pemred. Jangan tertawa dulu ah, pasti kalau SBY jadi Pemred nanti tidak seru, insya Allah seru, karena selama sembilan tahun saya belajar banyak dari Pemred-pemred yang hadir pada hari ini. Baik.

 

Bapak-Ibu, Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Lebih bagus sambutan saya tidak disebut sebagai keynote speech, karena nampak seram dan Saudara-saudara berharap ada sesuatu yang akan saya sampaikan yang tidak biasa begitu. Saya memilih untuk menyampaikan pandangan-pandangan sederhana saya, ajakan-ajakan saya sebagai seorang yang sedang mengemban amanah, yang insya Allah sebentar lagi akan mengakhiri tugas dan masa bakti saya. Oleh karena itu, saya tidak akan bicara mengenai kebijakan, program, ataupun angka-angka statistik, yang berkaitan dengan entah ekonomi ataupun aspek yang lain, karena para menteri dan semua yang ikut aktif dalam sesi-sesi diskusi telah menyampaikannya.

 

Saya justru ingin pada kesempatan yang baik ini di hadapan forum yang mulia ini ingin berdialog, mendialogkan hati dan pikiran kita, our hearts and our minds sebagai sesama anak bangsa.  Boleh dikatakan, meskipun waktunya tidak terlalu lama, kita bisa melakukan refleksi, sedikit refleksi, tetapi mungkin yang lebih tepat kita melihat ke depan, out look, hope for our future, saya kira ini forum yang istimewa. Sekali lagi sebagai sesama anak bangsa untuk melihat Indonesia kita sekarang ini di mana, akan menuju ke mana, dan dengan harapan-harapan seperti apa.

 

Saudara-saudara,

 

Melihat Indonesia, melihat negeri yang besar ini janganlah melihat sebagai satu foto, snap shot, misalkan diambil fotonya hari ini atau tahun lalu, karena kita bisa keliru memahami negeri kita. Mari kita lihat sebagai satu motion picture, movie, yang akan menggambarkan lebih utuh perjalanan negeri kita ini. Boleh kalau motion picture itu begitu lengkapnya, kita melakukan refleksi perjalanan bangsa ini sejak era kerajaan, zaman penjajahan, zaman kemerdekaan, dan mempertahankan kemerdekaan, zaman pembangunan, dan terus mengalir ke depan. Tetapi, kalau kita melihat ke situ tentu forum ini tidak tepat karena memerlukan konstruksi yang utuh, pembahasan yang komprehensif, dan waktunya pun tidak sedikit.

 

Mungkin yang lebih tepat hari ini, kalau kita melakukan refleksi singkat sejak 15 tahun yang lalu, 1998, ketika negara kita mengalami krisis yang luar biasa dan kemudian kita mengawali reformasi yang sekarang pun masih terus kita lakukan. Utamanya saya mengajak Hadirin sekalian untuk melihat Indonesia kita sekarang ini dan ke depan. Preposisi saya sangat sederhana, bahwa pada kurun waktu 15 tahun terakhir ini, 1998 - 2013, sebenarnya banyak yang kita lakukan, yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, banyak yang telah kita capai dan hasilkan, tetapi banyak pula yang belum bisa kita capai. Kalau kita melaksanakan kontemplasi atas apa yang kita lakukan di era reformasi ini dengan segala hingar-bingar dan hiruk-pikuknya, maka saya harus mengatakan sebenarnya apa yang kita lakukan di negeri ini banyak yang sudah benar.

 

Oleh karena itu, mari kita lanjutkan dan tingkatkan. Tetapi kalau kita jernih, jujur, dan terbuka, banyak juga yang kita rasakan belum benar. Oleh karena itulah, diperlukan koreksi dan perbaikan terus menerus oleh kita semua. Saya pahami, komitmen Nusa Dua tadi adalah bagian dari upaya kita semua untuk menjaga yang sudah baik, memperbaiki yang belum baik. Inilah hakekat dari..., saya kira tepuk tangan tidak dilarang, jangan khawatir saya tidak menjadi capres lagi. Jadi, inilah hakekat dari change and continuity, kesinambungan dan perubahan. Oleh karena itu, Saudara-saudara topik hari ini, kalau saya boleh memilih adalah Agenda Nasional kita 2013-2014 tahun ini dan tahun depan, dan kemudian Indonesia pasca- 2012. 

 

Saya ingin mulai dari yang pertama tentang  Agenda Nasional kita. Saya hanya ingin mengangkat empat isu atau empat topik utama yaitu ekonomi, politik, sosial, dan hubungan internasional. Ekonomi, semua tahu, Saudara juga tahu bahwa ekonomi global belum bebas dari resesi dan krisis. Oleh karena itu, tugas kita semua adalah menyelamatkan ekonomi kita, seraya menjaga pertumbuhan. Pertumbuhan ini bukan pertumbuhan hanya untuk pertumbuhan itu sendiri, tetapi kita sepakat paling tidak pada era kepemerintahan yang saya pimpin ini adalah four track strategy, artinya yang kita tuju adalah pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, dan pelestarian lingkungan.

 

Mari kita pahami, kalau kita, kita semua ingin menjaga pertumbuhan ekonomi di kala dunia tengah tidak bersahabat seperti ini, adalah kita ingin terus menjaga dan meningkatkan sustainable growth with equity. Saudara tahu, satu minggu terakhir ini kembali ada gonjang ganjing perekonomian global di hampir semua wilayah termasuk Asia Timur, Asia Tenggara, dan termasuk di negeri kita. Kita sedang mengelolanya dengan sungguh-sungguh, dan mudah-mudahan semua terkelola dengan baik, sehingga tidak menjadi goncangan baru pada perekonomian Indonesia. Itulah yang menjadi agenda kita di bidang ekonomi tahun ini dan tahun depan. Yang dibicarakan tadi yang menjadi bagian dari komitmen Nusa Dua, juga bagian untuk menjaga dan meningkatkan perekonomian kita. Itu ekonomi.

 

Politik, kita semua tahu bahwa kita ingin terus membangun dan menghadirkan demokrasi yang lebih matang dan lebih berkualitas. Ini bukan pekerjaan sekali jadi, never ending goals, unfinished agenda, sebagaimana yang dialami oleh negara-negara lain yang memerlukan waktu ratusan tahun, bukan hanya puluhan tahun, sampai kehidupan demokrasinya betul-betul matang, stabil, dan berkualitas. Kita ingin pemilihan umum, Pemilu legislatif berjalan baik. Kita ingin pemilihan presiden berjalan baik. Ketika pemilihan umum kita laksanakan, prosesnya sudah kita mulai sekarang ini, sampai nanti insya Allah bulan April, bulan Juni, kalau ada putaran kedua pilpres atau run of sampai dengan September stabilitas politik dan sosial kita tetap terjaga. Itu sangat penting sebagai prakondisi. Kalau kondisi kehidupan sosial politik secara nasional terjaga, sehangat, dan sekeras apa pun kompetisi pada pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden insya Allah demokrasi kita akan terjaga baik, dan tujuan serta sasaran dari pemilihan umum untuk menghasilkan kepemimpinan baru bisa terwujud dengan baik pula. Itu politik.

 

Yang ketiga sosial. Sosial ini tentu kalau kita letakkan dalam dimensi yang lebih besar yang hendak kita bangun tiada lain adalah a good society, bukan hanya modern society, bukan hanya peaceful society, tetapi good society. Good society sebenarnya bagian dari peradaban yang baik, civilization. Peradaban yang baik, yang kita idam-idamkan, yang terus kita bangun adalah peradaban yang maju, tidak kalah dengan peradaban negara yang sudah terlebih dahulu maju, peradaban yang unggul, tetapi juga peradaban yang baik dalam arti yang luas.

 

Saudara-saudara,

 

Kita menyadari masih ada pekerjaan rumah di negeri kita ini, yang berkaitan dengan kerukunan, persatuan, dan toleransi di antara kita. Hadirnya demokrasi dan kebebasan itu adalah amanah reformasi. Tetapi tidak boleh hadirnya demokrasi, hak, dan kebebasan ini membuat persoalan bagi kerukunan di antara kita semua. Kerukunan di antara kita yang berbagai identitas apakah agama, etnis, suku, dan perbedaan identitas yang lain. Ini saya garisbawahi pada kesempatan yang mulia ini, saya meminta dukungan insan pers, dunia media massa, pemred, kita harus bekerja sangat keras untuk sekali lagi menjaga kerukunan dan toleransi di antara kita. Sosial harus kita maknai seperti itu.

 

Yang keempat, atau yang terakhir, menyangkut agenda jangka pendek, sebutlah satu tahun, dua tahun ini adalah hubungan internasional. Saudara tahu, Indonesia sekarang ini sudah disebut a regional power and global player. Kita negara terbesar, negara ekonomi terkuat di kawasan Asia Tenggara. Kita tahun-tahun terakhir sudah memiliki peran yang penting di kawasan Asia Timur, berarti Indonesia benar-benar menjadi a regional power. Dengan telah kita masuk dalam Forum G-20, kita bermain lebih aktif di forum multilateral yang lain, di forum Perserikatan Bangsa Bangsa, di gerakan-gerakan multilateral seperti OIC dan lain-lain, maka kita sudah menjadi global player.

 

Oleh karena itu, marilah Saudara-saudara, marilah Saudara-saudara, sambil kita berbenah diri, memperbaiki diri, yang ada di negeri kita yang masih banyak  pekerjaan rumah kita, maka mari kita jaga peran internasional kita dan mari kita tingkatkan. Ini bukan mengada-ada, ini amanah dari Undang Undang Dasar 1945. Jadi, generasi mana pun yang memimpin negeri ini, siapa pun pemimpinnya, saya kira melekat tugas dan tanggung jawab untuk terus berperan secara aktif di forum dunia. Kita tidak boleh hanya mengutamakan national interest meskipun itu di atas segalanya. Tetapi sebagai bagian dari dunia, kita juga berkontribusi untuk mewujudkan world interest. Paduan yang indah inilah yang harus kita wujudkan dengan baik dengan sekali lagi kepentingan nasional di atas segala-galanya dan tidak perlu ada kontradiksi atau konflik antara national interest dengan world interest. Saya sederhanakan, kira-kira fokus agenda utama dan prioritas kita dua tahun ini adalah empat bidang tadi, ekonomi, politik, sosial, dan hubungan internasional.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Sekarang, setelah pemilihan umum 2014 nanti, apa yang akan terjadi di negeri kita? Itu milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetapi apa yang kita harapkan bersama di Indonesia kalau itu milik kita semua. Dan, kalau kita melihat masa depan Saudara-saudara jangan hanya melihat 2014-2019, meskipun itu penting, setiap lima tahun regularitas kepemimpinan dan pemerintahan yang ditetapkan oleh Undang-undang Dasar itu penting. Tetapi sekali lagi, kalau kita melihat ke depan, jangan hanya melihat periode 2014-2019, kita harus melihat seperti apa negara kita, yang kita harapkan pada tahun 2025, MP3EI dikaitkan dengan Indonesia 2025.

 

Lantas, tadi disampaikan oleh Bung Wahyu, Indonesia seperti apa pada tahun 2045, satu abad setelah kita merdeka, itu juga masa depan. Dan kemudian, kalau kita ingin melihat horison waktu yang lebih jauh lagi, abad 21 ini apa yang kita harapkan terjadi di negara kita. Nah, kalau kita mengintip, kita melihat masa depan seperti itu, bangsa ini harus punya visi, para pemimpinnya juga harus punya visi, tolong dikritisi oleh komunitas pers dan media massa pada saat kampanye pemilihan presiden sudah dimulai, kejar, apa visi para capres itu, baik untuk 2014-2019 ataupun jangka waktu yang lebih ke depan lagi.

 

Saya memiliki visi, untuk pengganti saya barangkali memiliki visi yang berbeda, bisa juga sama, bisa juga ada yang sama, ada yang  berbeda. 2025 kita ingin benar-benar menjadi emerging economy, insya Allah bisa. Sekarang pun, sekarang pun banyak yang mengatakan kita sudah menjadi bagian utama dari emerging market, emerging economy. 2045 di antara kita barangkali sudah dipanggil Yang Maha Kuasa, tapi yang muda-muda adik-adik saya insya Allah mengalami zaman itu. 100 tahun setelah kita merdeka, saya punya visi 2045 itu ekonomi kita betul-betul kuat tetapi juga berkeadilan. Demokrasi kita stable tapi juga matang, dan peradaban kita makin maju dan makin unggul. Itu 2045.

 

Abad 21 ini, saya kira we all have a dream, di abad 21 ini jangan khawatir masih ada 85 atau 87 tahun lagi, kita berharap Indonesia yang kita cintai ini menjadi negara maju, developed nation, itulah visi, visi strategis, visi ke depan kita. Visi ini tentu harus diwujudkan oleh bangsa ini generasi demi generasi, pemimpin demi pemimpin, pemerintah dan pemerintahan berikutnya lagi. Jadi, bukan pekerjaan sekali jadi.

 

Kita ingat, Bung Karno pemimpin kita yang luar biasa jasanya untuk memerdekakan negeri ini, dulu pada masa beliau mengatakan revolusi belum selesai. Beliau memiliki perjuangan hingga Indonesia merdeka, mempertahankan kemerdekaan itu, setelah 22 tahun beliau memimpin kita semua. Kita sadari bahwa pekerjaan besar ini tidak mungkin hanya dikerjakan oleh seorang pemimpin, sebutlah Bung Karno yang sangat luar biasa, pemimpin besar kita. Masa berganti lagi, era Pak Harto. Pak Harto mengatakan, misi besar kita adalah membangun bangsa ini menuju masyarakat yang adil dan makmur. Semua dilakukan, kita juga merasakan apa yang dilakukan bangsa ini untuk membangun diri di era Pak Harto. 32 tahun kemudian dengan segala apa yang dilakukan oleh Pak Harto beserta pemerintahan yang dipimpinnya, kita sadari tidak mungkin pula menuju masyarakat adil dan makmur, apalagi visi abad 21 yang saya sampaikan tadi dikerjakan oleh seorang pemimpin, katakanlah juga Pak Harto yang memiliki banyak kelebihan di bidang pembangunan.

 

Sekarang era kita, era reformasi dan transformasi. Banyak pemimpin  yang bekerja keras di era reformasi dan transformasi ini, paling tidak dua pendahulu saya, Gus Dur, Ibu Megawati, saya, dan presiden-presiden mendatang masih akan bekerja, berupaya, berikhtiar, untuk memajukan negeri ini di era transformasi, di era perubahan. Tetapi sama dengan pengalaman Bung Karno dan Pak Harto, masing-masing di antara kami nanti yang akan datang di antara beliau-beliau, haruslah menyadari bahwa mewujudkan impian bangsa, ini pekerjaan yang tidak akan pernah putus dari satu generasi ke generasi yang lain, dari satu pemimpin ke pemimpin yang lain. Kuncinya Saudara-saudara sekali lagi adalah continuity and change. Yang baik-baik saya katakan  beratus-ratus kali sejak 9 tahun yang lalu dari para pemimpin kita, mari kita jaga, kita lestarikan dan kita lanjutkan. Manakala harus terjadi perubahan  di negeri tercinta ini, kita lakukan perubahan  dengan niat yang baik dan dengan cara-cara yang baik.

 

Saya harus mengakhiri bahwa momentum kita miliki, jangan kita sia-siakan, kita ciptakan peluang sebanyak-banyaknya, dan setelah itu move on, terus bergerak ke depan. Saya akan melanjutkan tugas saya hingga akhir masa bhakti, insya Allah,  20 Oktober 2014 mendatang, kemudian tentunya kita akan sambut kehadiran pemimpin baru beserta pemerintahannya untuk terus memimpin kita semua nanti, mengatasi rintangan, menjawab persoalan dengan inisiatif-inisiatif yang baru agar yang sudah baik betul-betul dijaga dan ditingkatkan. Dan, kemudian yang belum baik diperbaiki, kita perbaiki dengan kepemimpinan presiden kita mendatang.

 

Itulah Saudara-saudara yang ingin saya sampaikan, satu pemikiran ke depan setelah kita juga melakukan refleksi secara ringkas untuk menggugah hati dan pikiran kita, bahwa mimpi-mimpi yang indah yang kita miliki, insya Allah bisa diwujudkan untuk negeri tercinta ini sepanjang kita semua bersama-sama, bersatu, dan bekerja keras untuk mencapai dan mewujudkan impian itu.

 

Saya titip kepada teman-teman insan pers, gelorakan semangat untuk bersama-sama membangun negeri ini, Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh. Sekian.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI