Sambutan Presiden RI pd Acara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, tgl.29 Agt 2013, di Jakarta

 
bagikan berita ke :

Kamis, 29 Agustus 2013
Di baca 706 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

HARI KEBANGKITAN TEKNOLOGI NASIONAL

DI SASONO UTOMO, TMII, JAKARTA

TANGGAL 29 AGUSTUS 2013

 

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Republik Indonesia ketiga yang sama-sama kita cintai dan kita banggakan,

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan.

 

Alhamdulillah hari ini kita dapat kembali merayakan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang kita peringati hari ini di Jakarta, atas nama negara dan pemerintah dan selaku pribadi saya, mengucapkan selamat memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ini kepada komunitas IPTEK dan tentunya seluruh rakyat Indonesia.

 

Saya juga ingin mengucapkan selamat kepada para penerima penghargaan, teruslah menjadi contoh dan teladan untuk mengembangkan kemajuan di negeri ini melalui kontribusi pada inovasi serta pengembangan teknologi. Saya juga mengucapkan selamat serta gembira menyaksikan penandatanganan kerja sama antara banyak pihak, apakah itu pemerintah, lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan, juga industri dan bisnis. Ini menunjukkan bahwa dengan sinergi yang baik maka negara kita akan bertambah maju karena semua berkontribusi untuk pembangunan di negeri tercinta ini.

 

Kita saksikan tadi banyak sekali kerja sama di bidang pengembangan dan produksi sarana pertahanan. Kita ketahui bahwa sekarang ini kita memasuki era baru dalam dunia pertahanan, dunia peperangan. Kita tahu bahwa 10-20 tahun terakhir ini ada revolusi dalam dunia peperangan modern baik itu menyangkut organisasi, sistem persenjataan, yang akhirnya juga diperlukan modernisasi pada strategi, taktik, doktrin, termasuk pendidikan dan pelatihan di dunia militer.

 

Sekarang kita pun tengah melakukan modernisasi dan pembangunan kekuatan tentara kita menuju tentara yang lebih tangguh dan modern di masa depan. Sedangkan Saudara tahu kebijakan pemerintah di dalam pengembangan alutsista sekarang dan ke depan. Kalau alutsista itu bisa diproduksi di dalam negeri wajib hukumnya untuk menggunakan produksi industri kita sendiri. Kalau belum bisa diproduksi di dalam negeri maka dimungkinkan untuk pengadaan dari luar negeri, tapi dengan skema yang baik, kerja sama barang kali juga ada joint investment yang nantinya pada saatnya kita pun juga memiliki kemampuan untuk memproduksi alat utama sistem persenjataan itu.

 

Saya menyimak dengan baik apa yang disampaikan oleh Menristek tadi, saya mengucapkan terima kasih atas semua kegiatan yang dilakukan selama ini, dan nampak tadi kontribusi teknologi termasuk inovasi, itu mencakup banyak bidang yang memang menjadi agenda dan prioritas pembangunan kita. Bukan hanya di bidang pertahanan, tetapi kita saksikan tadi inovasi teknologi di bidang transportasi misalnya, pangan, energi, kesehatan, dan lain-lain. Semuanya penting karena kita ingin sekali lagi negara kita terus bergerak maju menjadi negara yang makin maju dan sejahtera.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Tema Hari Kebangkitan Teknologi tahun ini adalah "Inovasi untuk Kemajuan Bangsa". Saya dukung tema ini dan yang lebih penting adalah mari kita wujudkan, mari kita jalankan. Saya pernah mengatakan di sejumlah kesempatan kalau kita bicara inovasi, maka kita bicara a new way of thinking, a new way of doing something. Bicara inovasi kita juga bicara an engine of progress and growth.  Oleh karena itulah, dengan cara berpikir yang baru, cara melakukan sesuatu yang baru, yang belum pernah terbayangkan dan dilakukan sebelumnya, itu sumber dan daya dorong bagi kemajuan dan juga pertumbuhan.

 

Saudara-saudara,

 

Sekali lagi, tema ini relevan dan mari kita aplikasikan dalam upaya pengembangan teknologi di negeri tercinta ini.

 

Saudara-saudara,

 

Di berbagai kesempatan saya selalu mengajak rakyat Indonesia untuk melihat ke depan. Perjalanan bangsa ini masih panjang, kemerdekaan kita belum berusia 100 tahun. Oleh karena itu, masih banyak yang dapat kita lakukan dan harus kita lakukan. Kalau kita mengintip masa depan, kita membangun visi hendak kemana Indonesia ini bergerak dan Indonesia masa depan seperti apa yang hendak kita capai, maka saya selalu mengingatkan paling tidak mari kita satukan tekad dan semangat kita untuk membangun Indonesia, pada tahun 2030 menjadi emerging economy, pada tahun 2045, berarti 1 (satu) abad setelah Indonesia merdeka, menjadi negara yang lebih maju, advanced nation, dan insya Allah dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, serta kerja keras seluruh rakyat Indonesia, Indonesia di abad ke-21 ini akan menjadi negara yang maju.

 

Setiap generasi memiliki tugas dan tanggung jawab sejarah untuk menuju masa depan kita seperti itu. Pemerintah dan generasi sekarang ini tentu memiliki kewajiban untuk membangun landasan dan melakukan sesuatu menuju Indonesia 2030 emerging economy. Meskipun dunia sudah mengatakan bahwa Indonesia sekarang telah memasuki wilayah itu, tetapi kita ingin ketika Indonesia menjadi emerging economy, ekonomi kita betul-betul kokoh, kuat, adil, dan berkelanjutan, disertai tentu dengan kemajuan-kemajuan yang lain.

 

Saudara-saudara,

 

Saya secara khusus ingin mengajak Saudara untuk melihat lebih jauh lagi dari 2030, yaitu 2045. Sekali lagi, ini tugas dan tanggung jawab sejarah, tugas dan tanggung jawab bangsa Indonesia. Kita ingin pada tahun 2045 nanti, 100 tahun setelah Indonesia merdeka, maka kita memiliki: pertama, ekonomi yang kuat, adil, dan berkelanjutan; yang kedua, kita juga memiliki demokrasi yang kuat, stabil, dan makin matang; dan tidak kalah pentingnya dari 2 (dua) hal itu, yang ketiga kita ingin peradaban bangsa ini, civilization kita makin maju dan unggul. Itulah tiga hal yang kita cita-citakan untuk hadir di negeri kita ini setelah kita 100 tahun merdeka.

 

Saya ingin menggarisbawahi arti peradaban bukan hanya kebudayaan (civilization), karena peradaban inilah yang sesungguhnya menjadi sumber dan penggerak kemajuan bangsa. Bangsa yang memiliki peradaban yang maju dan unggul pada hakikatnya akan menjadi self-generating nation, self-developing nation, dua unsur utama dalam peradaban, mari kita pahami.

 

Pertama adalah sesuai dengan namanya civilization, bangsa yang berperadaban tinggi adalah bangsa yang berkeadaban tinggi (civilize). Tetapi sekaligus peradaban yang unggul dan maju juga dicirikan oleh bangsa itu memang maju dan unggul. Dan kalau kita bicara bangsa yang maju dan unggul, di sinilah letak dari teknologi yang dimiliki oleh bangsa itu. Kalau kita melihat peradaban seperti itu sebenarnya apa yang kita bicarakan hari ini, apa yang kita lakukan selama ini untuk menjadi bangsa yang inovatif, berpengetahuan, dan menguasai teknologi karena kita ingin bangsa Indonesia yang kita cintai ini nantinya benar-benar menjadi bangsa yang berperadaban maju, unggul, dan mulia.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan cara pandang seperti itu, mari kita satukan pikiran, energi, dan langkah bersama kita, untuk menuju Indonesia 2030, Indonesia 2045, dan Indonesia di abad 21 ini. Dari keadaan sekarang menjadi emerging economy, menjadi advanced nation, dan akhirnya menjadi developed country. Kalau bangsa lain bisa, insya Allah bangsa Indonesia juga harus bisa.

 

Saudara-saudara,

 

Inovasi dan teknologi memiliki peran yang sentral. Dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peradaban kita benar-benar akan kokoh, kuat, maju, dan civilize. Mari kita simak apa yang terjadi di seluruh dunia, ekonomi sebuah negara bisa mengalami pasang dan surut (up and down).

 

Demikian juga kehidupan demokrasi, ekonomi, dan politik bisa mengalami up and down, bisa mengalami shocks, bisa mengalami discontinuities, dan bisa mengalami krisis. Sekarang pun banyak negara yang sedang mengalami shocks, discontinuities dan juga krisis. Tetapi sejarah juga menunjukkan manakala peradaban sebuah negara termasuk dimilikinya teknologi yang kuat, kokoh, dan maju, bergejolak seperti apa pun bangsa itu, dia tidak mungkin akan runtuh dan hancur. Selalu ada solusi, selalu ada jalan keluar, karena memiliki sumber penggerak yang kokoh.

 

Kita lihat negara-negara maju yang sudah lebih lama merdeka ratusan tahun lebih dulu dibandingkan Indonesia, ketika mereka mengalami pukulan ekonomi, ada gejolak politik, bangsa itu tetap bertahan, tidak mudah runtuh dan hancur. Kita harus membangun diri kita menuju ke keadaan dan kondisi seperti itu.

 

Saudara-saudara,

 

Ini berlaku bagi kita semua, berlaku bagi bangsa Indonesia untuk masa kini dan masa depan. Dengan pemahaman tentang visi kita, negara ini hendak menuju kemana, maka kita akan tetap memiliki semangat, energi, keteguhan, dan langkah-langkah yang cerdas untuk menuju ke masa depan seperti itu.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Khusus Hari Kebangkitan Teknologi nasional tahun ini, saya ingin menyampaikan tiga isu penting. Pertama adalah tantangan yang dihadapi oleh dunia dan Indonesia saat ini dan terlebih masa depan, khususnya di bidang pangan, energi, dan air yang sering saya sebut dengan food, energy, and water security and sustainability, keamanan dan kesinambungan atas pangan, energi, dan air yang diperlukan oleh manusia di dunia dan oleh bangsa kita sendiri. Itu isu yang pertama.

 

Isu yang kedua yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kita memandang dan meletakkan hubungan yang konstruktif, hubungan yang tepat antara ekonomi dan teknologi. Sedangkan yang ketiga, ini pekerjaan rumah kita, bagaimana kita membangun sinergi nasional, sinergi dalam konteks ini antara akademisi, bisnis, dan pemerintah, boleh juga disebut sinergi ABG (Academician, Business, and Government). Tentu akan saya sampaikan dalam konteks inovasi serta pengembangan teknologi.

 

Izinkan saya untuk memulai dari yang pertama, tentang food, energy, and water security and sustainability. Kita tahu penduduk dunia tengah bergerak dari 7 milyar 2,5 tahun yang lalu menjadi 9 miliar kurang lebih 30 tahun dari sekarang. Kita juga tahu penduduk yang akan berjumlah 9 miliar memerlukan tambahan pangan dan energi kurang lebih 70% dibandingkan yang diperlukan oleh manusia sedunia saat ini. Bahkan kita tahu ekonomi dunia sekarang juga belum aman dari resesi, masih ada gejolak di sana-sini. Gejolak ini antara lain juga dipicu oleh gejolak harga pangan dan energi.

 

Bagi para ekonom mengetahui kalau ada volatilitas harga, gejolak harga, pasti berkaitan dengan supply and demand, berapa yang diperlukan oleh negara, oleh dunia atas pangan dan energi itu, dan berapa banyak yang bisa disediakan. Manakala terjadi mismatch supply and demand ini, maka harga akan tertekan dan cenderung mengalami instabilitas. Dulu, Saudara-saudara, di negeri ini kalau ada permasalahan harga pangan di dalam negeri maka instrumen yang kita gunakan adalah menggunakan harga internasional yang relatif stabil dan pasti. Itulah dalam ekonomi yang kita kenal dengan kebijakan ekspor dan impor. Tetapi dunia sekarang ini di bidang harga pangan juga jauh dari yang disebut stabil, ada juga gejolak dan ketidakpastian. Oleh karena itu, melakukan stabilisasi harga pangan sekarang ini di semua negara tidak semudah yang dilakukan seperti di waktu yang lalu. Harga minyak yang terus melambung dan sering bergejolak juga memukul stabilitas harga-harga pangan di seluruh dunia. Ini adalah keadaan baru yang sering tidak dilihat oleh kita semua, dunia yang berubah, demikian juga tatanan geopolitik dan geo-ekonominya.

 

Saudara-saudara,

 

Dulu penduduk kita belum sebanyak ini, kelompok menengah juga belum sebanyak sekarang, daya beli dan demand akan pangan dan energi dulu belum sebanyak sekarang. Oleh karena itulah, dulu alhamdulillah kita, kecuali sejumlah komoditas, masih menjadi net producer bukan net buyer. Sekarang untuk sejumlah komoditas termasuk minyak kita menjadi net buyer, net importer, ini adalah keadaan riil yang ada di negeri kita saat ini.  Dengan cerita ini, Saudara-saudara, apa artinya? Solusi seperti apa yang diperlukan oleh Indonesia untuk mengatasi keadaan ini jangka menengah dan jangka panjang, lantas di mana inovasi dan teknologi dapat memberikan kontribusinya.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin menyampaikan pikiran saya yang sederhana untuk menjawab tantangan dan permasalahan fundamental serta strategi seperti ini. Pertama, bangsa ini kita semua harus terus meningkatkan kecukupan, baca produksi dan produktivitas pangan nasional, kita juga harus meningkatkan produksi energi, termasuk energi baru dan terbarukan. Dan kemungkinan saya mengajak diskusi beberapa pihak, bila di negeri ini juga diketemukan seal gas, sand oil, yang tiba-tiba diketemukan di banyak negara misalkan di Kanada dan Amerika Serikat. Ada yang bilang kepada saya bahwa kandungan seperti itu kemungkinan besar juga ada di negara kita.

 

Kalau kita sangat serius untuk mendapatkan sumber-sumber energi baru dan terbarukan termasuk dua komoditas yang diketemukan di Kanada dan Amerika Serikat, maka akan mengubah total peta minyak sedunia. Kita tahu Tiongkok mengkonsumsi energi dalam jumlah yang sangat besar, demikian juga India, dan selama ini kita lebih bergantung kepada Timur Tengah, dengan penemuan-penemuan baru ini sekali lagi akan mengubah peta produksi, konsumsi, dan perdagangan minyak secara internasional. Nah, kalau memang kita memiliki potensi, kita harus melakukannya, melakukan sesuatu itu sekarang, karena kita ingin 10-20-30 tahun lagi posisi Indonesia berada pada posisi yang lebih baik. Dan jangan lupa, ketika kita ingin meningkatkan produksi dan produktivitas pangan dan kita juga ingin meningkatkan produksi energi maka bangsa ini harus belajar menjadi bangsa yang hemat, menjadi bangsa yang efisien dan bukan menjadi bangsa yang rakus dan boros (greedg). Hanya dengan cara itulah Saudara-saudara, teknologi, gaya hidup, dan kemudian kita mencari sumber-sumber baru, maka masa depan kita akan selamat.

 

Saudara pasti bertanya di mana letak dan peran teknologi? Jawabannya sangat mudah, teknologi dan inovasi ada di mana-mana. Semua memerlukan kontribusi dan intervensi dalam arti politik dalam arti positif dari teknologi. Jadi seloroh saya karena teknologi ada di mana-mana, ini musim pemilu tidak perlu membikin partai politik sendiri misalnya Partai Teknologi Indonesia, tidak perlu Saudara ikut mengibarkan bendera Partai Teknologi di sepanjang jalan, karena di semua partai ada teknologinya, ada inovasinya. Mungkin kalau politik kadang-kadang aneh-aneh mungkin inovator yang ada di dalam partai itu terlalu inovatif, terlalu kreatif, jadi bikinlah yang pas, kreatif, inovatif tapi baik, membawa kebaikan bagi bangsa ini. Ini seloroh saya yang intinya bahwa teknologi harus berada di mana-mana di mana pun di sektor apa pun.

 

Saudara-saudara,

 

Yang kedua adalah hubungan ekonomi dan teknologi. Dulu ada discussion, ada debat mana yang lebih penting ekonomi atau teknologi? Ada yang bisa menjawab? Oke, saya kira tidak memerlukan jawaban, dua-duanya penting. Saya kira Saudara sependapat, di sini barangkali banyak ekonom, Saudara pasti sependapat dengan saya, bicara ekonomi apalagi ekonomi sebuah bangsa itu bukan hanya bicara supply and demand, bukan hanya bicara produksi dan konsumsi, bukan hanya bicara lapangan pekerjaan, bukan hanya bicara stabilitas harga atau inflasi, bukan hanya bicara perdagangan dan investasi, atau lebih khusus lagi bukan hanya soal pasar. Ekonomi sebuah bangsa lebih dari itu, apalagi kalau kita melihat horizon waktu yang jauh lebih ke depan.

 

Bagi bangsa, dalam prespektif jangka panjang ekonomi Indonesia sebagaimana yang saya katakan tadi, haruslah ekonomi yang kuat, berkeadilan, dan berkelanjutan (strong, justice, and sustainable economy) ekonomi. Yang seperti itu fondasinya jelas bukan hanya karena kita memiliki sumber daya alam yang besar, kita juga memiliki sumber daya finansial yang makin baik, serta sumber daya manusia dalam arti labour yang melimpah, bukan hanya itu. Tetapi dalam perkembangannya perekonomian modern, ekonomi kita, pertumbuhan perekonomian kita, juga sangat ditentukan oleh inovasi dan teknologi dan juga entrepreneurship, technopreneurship, kewirausahaan.

 

Dulu rumusnya y = growth itu fungsi dari capital and labour, sekarang berubah y = function dari capital and labour tetap dalam arti yang luas tapi termasuk sekarang T & E (Technology  & Entrepreneurship). Inilah yang menjaga keberlanjutan ekonomi sebuah bangsa, inilah yang akan memperkokoh dan memperkuat ekonomi kita. Oleh karena itu, yang digambarkan tadi oleh Menristek, bagian dari memasukkan unsur teknologi dan entrepreneurship untuk membangun perekonomian negara yang makin kokoh.

 

 Saudara-saudara,

 

Oleh karena itu, Indonesia ke depan dalam konteks hubungan ekonomi dengan teknologi ekonomi dan teknologi jangan jalan sendiri-sendiri. Ekonom dan teknolok, saya ulangi, ekonomi dan teknologi juga tidak perlu menganggap dirinya lebih penting dari yang lain, semuanya penting. Justru sekarang ini, harus lebih bersinergi. Sinergi bagaimana caranya masuklah yang ketiga atau yang terakhir dari tiga isu yang saya janjikan untuk saya sampaikan pada hari ini, yaitu sinergi di antara semua komponen.

 

Saya katakan tadi ABG dalam arti luas A itu ya akademisi, peneliti, perekayasa, dan inovator; B dalam arti luas bisnis, perusahaan, termasuk Multinational Corporate/Corporation dan juga industri, G Government dalam arti luas itu juga Pemerintah, Lembaga Negara dengan jajarannya, termasuk unsur pusat dan daerah. Hadir para gubernur pada kesempatan hari ini, Saudara juga bagian dari G yang harus bersinergi dengan komponen yang lain tadi.

 

Saudara-saudara,

 

Saya kira Saudara sependapat dengan saya, bisnis, bisnis tahu apa yang diperlukan masyarakat, barang dan jasa apa yang diperlukan oleh masyarakat yang sekarang juga growing demand pada masyarakat kita, bisnis yang tahu. Nah, A itu juga bisa berbuat sesuatu, teknologi dan inovasi bisa membikin produk yang dihasilkan oleh bisnis itu lebih kompetitif. Kalau lebih kompetitif pasti berjaya, pasti lebih murah, pasti lebih bagus dan sebagainya, rakyat juga senang. Jadi menolong bisnis, menolong rakyat, dengan kontribusi inovasi teknologi, tadi itu A. Sedangkan G, Government dalam arti yang luas mesti membikin kebijakan dan regulasi yang tepat yang kondusif bagi pengembangan keduanya.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau makin sinergi yang kita lakukan kedepan ini saya yakin dengan izin Allah SWT akan makin bertumbuh kita punya ekonomi dan semua kehidupan masyarakat kita. Saya ingin memberikan contoh yang lain soal sinergi ini. Research, inovasi, dan pengembangan teknologi pasti memerlukan biaya yang besar, maka di samping anggaran pemerintah mestinya swasta juga mulai mengeluarkan anggaran untuk itu dalam jumlah yang cukup. Contoh negara-negara maju, biaya untuk research, and development, and innovation itu justru berasal dari private sectors, dari perusahan-perusahaan, tidak semua berasal dari pemerintah. Berjaya, kalau perusahaan-perusahaannya berjaya di negeri itu seluruh, apa namanya, negerinya pasti secara kumulatif daya saing bangsanya akan meningkat.

 

Saudara saya kira mengikuti World Economic Forum yang ada di Davos setiap tahun itu menerbitkan yang disebut dengan Global Competitiveness Report, laporan daya saing global. Kalau dibaca di situ, kita menemukan yang disebut Global Competitiveness Index, dikasih peringkat negara-negara sedunia, atas sembilan kriteria, ada sembilan alat ukur untuk mengukur seperti apa daya saing negara-negara di dunia ini. Ada sejumlah ukuran saya ingin sampaikan supaya kita yakin betul yang kita lakukan ini benar dan menuju ke arah yang benar.

 

Daya saing sebuah bangsa menurut World Economic Forum, satu institusinya, dua infrastrukturnya, tiga makro ekonominya, empat pendidikannya, lima kesehatannya, enam pasar yang efisien, nah 7, 8, 9 inilah yang penting, yang klop atau relevan dengan apa yang kita bicarakan hari ini, yang ketujuh adalah teknologi, yang kedelapan business satisfaction dan yang kesembilan innovation.

 

Saya ingin ambil bagian dari inovasi yang oleh di dunia dianggap kalau itu ada maka akan makin bagus negara itu. Juga ditentukan oleh companies spending (pembelanjaan perusahaan) on research and development. Jadi kalau perusahaan-perusahaan besar di negeri ini, termasuk saya katakan perusahan multinational, willing (bersedia) untuk mengalokasikan anggarannya lebih besar bagi research, development, and innovation, maka perusahaan-perusahaan itu akan menjadi lebih kompetitif, lebih produktif, lebih efisien, dan sebagainya. Secara kumulatif negara kita akan menjadi lebih kompetitif.  Itulah yang saya anggap sebagai contoh sinergi di antara komponen-komponen yang membikin negara kita ini makin maju, ekonominya, teknologinya, dan semua kehidupan yang ada di masyarakat kita.

 

 Saudara-saudara,

 

Tiga hal itulah yang saya tambahkan khusus peringatan Harkit Teknas tahun 2013 ini. Semoga dapat kita laksanakan di tahun-tahun mendatang, dan semoga negara kita makin kedepan makin maju, makin adil, dan makin sejahtera.

 

Demikianlah, sekali lagi selamat Hari Kebangkitan Teknologi. Tuhan beserta kita.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI