Sambutan Presiden RI Pd acara Pembukaan Munas XIII GAPENSI, 20 Januari 2014, di Bali

 
bagikan berita ke :

Senin, 20 Januari 2014
Di baca 880 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PEMBUKAAN MUNAS GABUNGAN PELAKSANA

KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

TANGGAL 20 JANUARI 2014

DI INNA GRAND BALI BEACH HOTEL, BALI

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Oom Swastiastu,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri, Mantan Menteri Pak Mardianto, dan para Anggota DPR RI,

 

Yang saya hormati Gubernur Bali, Gubernur Sulawesi Tenggara, Gubernur Gorontalo, dan

para Pejabat Negara dan Pejabat Pemeritahan utamanya yang bertugas di Bali,

 

Yang saya hormati Pimpinan dan para Pengurus GAPENSI dan LPJK baik pusat maupun daerah, dan Keluarga Besar GAPENSI dan LPJK yang saya cintai dan saya banggakan.

 

Alhamdulillah, hari ini kita dapat berkumpul di Bali untuk memperteguh komitmen kita, untuk meningkatkan karya kita menuju Indonesia yang lebih baik, utamanya di dalam pembangunan ekonomi, dan lebih khusus lagi, di bidang industri dan jasa konstruksi.

 

Saya akan menggunakan kesempatan yang baik ini, untuk menyampaikan harapan dan ajakan saya kepada Saudara semua, para pelaku industri dan jasa konstruksi, bagaimana Saudara bisa berperan dan berkonstribusi lebih besar lagi dalam pembangunan ekonomi di negeri tercinta ini.

 

Namun sebelum saya menyampaikan harapan dan ajakan saya, saya ingin menambahkan apa yang disampaikan oleh Pak Made Mangku Pastika tadi, Gubernur Bali, kata beliau, "Julia Robert yang membintangi film Eat, Pray, and Love, yang bersangkutan menikmati kuliner di Italia, lantas terbang ke India, berdo'a di India untuk mendapatkan kebahagiaan sejati, ternyata kebahagiaan itu, the happiness, diketemukan di Pulau Dewata ini, di Bali." Menurut saya, tidak harus makannya di Italia, berdo'anya di India, dan baru menemukan cinta di Bali ini. Yang paling baik makan di sini, berdo'a di sini, sekaligus menemukan cintanya, kasih sayangnya di Pulau Dewata ini. Kalau Bali dapat income, Indonesia juga dapat income. Kira-kira begitu.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Saya harus mengawali untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Gapensi, LPJK, dan para pelaku dunia usaha yang bergerak di industri dan jasa konstruksi, atas apa yang Saudara-saudara berikan kepada negeri ini, utamanya di bidang pembangunan ekonomi.

 

Kalau kita berkeliling Indonesia melihat banyak sekali mahakarya, banyak sekali hasil pembangunan yang Saudara lakukan, infrastruktur yang bermutu, gedung-gedung berkelas internasional, dan banyak lagi yang telah Saudara hasilkan di negeri ini. Maka sekali lagi atas nama negara, pemerintah, dan selaku pribadi, saya mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

 

Gapensi telah berusia 55 tahun. Alangkah baiknya kalau kita bukan hanya melihat ke belakang flashback, mundur 55 tahun ke belakang. Tetapi, kita juga perlu melihat perjalanan negeri ini, melihat peluang  yang akan dimiliki oleh pelaku industri dan jasa konstruksi 55 tahun ke depan. Kalau 55 tahun ke depan terlalu jauh, maka kita bisa melihat waktu yang lebih pendek, misalnya sebutlah 15 tahun ke depan.

 

Saya ingin mengajak Saudara melihat atau mengintip apa yang akan terjadi di negeri kita ini 15 tahun mendatang. Dengan demikian, harapan saya, para pelaku industri dan jasa konstruksi nantinya akan bisa mendapatkan, dan menciptakan peluang untuk bisnis Saudara.  Ini penting, karena tentu Gapensi maupun LPJK masih memiliki masa depan insya Allah, makin cerah. Dengan demikian, kalau saya ajak Saudara, sekali lagi, melihat masa depan kita, maka Saudara akan lebih termotivasi dan ingin berbuat yang lebih baik lagi.

 

2030, 15 tahun dari sekarang ini, ekonomi Indonesia akan makin tumbuh. Sekarang saja, kita, ekonomi nomor 15 atau 16 terbesar di dunia. Saudara ingat, 1998 ekonomi kita kolaps, jatuh. Sepuluh tahun kemudian, mungkin tidak pernah dibayangkan oleh kita sendiri dan juga oleh negara lain, kita masuk menjadi anggota G-20. Dan pertumbuhan ini, insya Allah, akan dapat kita jaga, sekarang pun ketika dunia sedang susah terutama puncak krisis 2008, 2009 ekonomi kita masih tumbuh positif ketika banyak negara yang tumbuh negatif.  Dan sekarang ini, dengan tentu segala kekurangan yang masih kita miliki ekonomi kita sesama negara G-20 tumbuh nomor dua setelah Tiongkok.

 

GDP dan income per kapita juga terus meningkat. Saudara masih ingat, sejak Indonesia merdeka 1945 sampai 2005, berarti 60 tahun, income per kapita kita 1.100. Dalam waktu 9 tahun atas kerja keras kita semua, kerja keras seluruh rakyat Indonesia, kita sudah meningkatkan tiga sampai empat kali lipat dari 1.100 yang kita miliki pada tahun 2005 yang lalu. Ini membuktikan bahwa ada satu progress yang sangat signifikan, yang tentu menjanjikan opportunity, menjanjikan peluang bagi ekonomi kita termasuk dunia usaha di bidang industri dan jasa konstruksi.

 

Menuju tahun 2030, berarti sekitar 15 tahun dari sekarang, kita punya consumen class, middle class akan meningkat secara tajam. Kalau dua tahun yang lalu consumen class itu jumlahnya sekitar 50 juta, menuju atau mendekati 2030, jumlah itu akan menjadi sekitar 130 juta. Apa artinya? Consumen class, middle class memerlukan atau memiliki demand, needs, kebutuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Bagi dunia usaha, ini juga merupakan peluang atau opportunity. Secara nasional GDP yang meningkat tajam apakah itu di bidang pertanian, industri, maupun jasa, maka akan ada rising demands yang akan juga signifikan termasuk demands, needs untuk infrastruktur dan properti.

 

Saudara-saudara,

 

Bagi pebisnis, semua itu haruslah dilihat sebagai business opportunities. Jadi, saya pertama-tama mengabarkan kepada Saudara semua, bahwa 15 tahun ke depan negeri kita memiliki peluang besar untuk bangkit dan tumbuhnya perekonomian nasional kita.

 

Para Hadirin yang saya cintai, utamanya para Pelaku Industri dan Jasa Konstruksi,

 

Indonesia sekarang ini, meskipun saya katakan tadi, alhamdulillah, kita telah menjadi ekonomi 15 besar di dunia, kita sudah disebut sekarang ini sebagai emerging market. Bahkan minggu lalu saya membaca artikel, sebetulnya banyak sekali artikel, tetapi yang saya baca minggu lalu ada singkatan baru yang disebut dengan MINT, terdiri dari Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki. Mengapa? Karena BRICS, Brazil, Russia, India, China, dan South Africa, negara-negara emerging markets besar itu tahun-tahun terakhir mengalami persoalan dalam ekonominya. Pertumbuhannya melambat kecuali Tiongkok yang masih berada pada tingkatan 7% lebih, meskipun itu drop dari sebelumnya 10-11%. Artinya apa? Kalau dunia saja melihat Indonesia sebagai new emerging market, MINT itu dianggap juga new BRICS. Tentunya di samping kita  syukuri, tapi sekaligus mari kita jadikan tantangan, challenge, kita harus bekerja lebih kuat lagi untuk betul-betul masuk barisan yang disebut dengan emerging economy.

 

Saudara-saudara,

 

Sungguhpun, sekali lagi, kita masuk 20 besar ekonomi dunia, kita menjadi emerging market, 10 tahun lagi atau 15 tahun lagi GDP dan income kita juga akan meningkat dengan tajam, tapi kita masih memiliki banyak kekurangan, shortcomings termasuk infrastruktur dan properti. Oleh karena itu, kekurangan-kekurangan itu harus kita jawab, Pemerintah sebagai contoh telah memperkenalkan dan menjalankan yang disebut dengan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, yang itu semua diawali dengan dokumen strategis yang kita sebut dengan MP3EI.

 

Masterplan itu kita susun secara bersama, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha baik BUMN maupun swasta, para ekonom, dan secara marathon kita susun mulai dari Cipanas, kemudian Tampak Siring, dan Bogor. Alhamdulillah, sejak kita luncurkan sekarang ini sudah mencapai Rp 800 triliun, e, apa namanya? Pembangunan infrastruktur termasuk sektor riil berdasarkan atau menginduk pada MP3EI.

 

Saudara tahu, sasaran kita sampai tahun 2025 kita memerlukan anggaran sekitar Rp 4.600 triliun. Separuhnya itu untuk infrastruktur, kita sudah hitung, kemampuan negara setinggi-tingginya hanya 30%, artinya 70% kurang lebih, harus didapatkan dari swasta maupun BUMN. Swasta, tentu kita berharap yang berbendera merah putih kita beri kesempatan terlebih dahulu. Kalau memang kurang dan memang akan kurang baru kita bermitra dengan negara-negara sahabat, dengan kebijakan dan aturan yang adil dan baik. Saya hanya ingin mengatakan, MP3EI akan membangun Tanah Air kita, infrastruktur sekaligus memperkuat konektivitas di enam koridor ini merupakan peluang besar bagi para pelaku dunia usaha termasuk industri dan jasa konstruksi.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau kita kembali kepada teori dan ilmu ekonomi, ya, maka harus ada keseimbangan antara supply dengan demand. Kalau demand meningkat supply juga harus kita tingkatkan, hampir pasti, demands untuk infrastruktur, dan properti, dan semua yang menjadi produk dari industri konstruksi akan meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, supply-nya juga harus kita tingkatkan untuk memenuhi demand yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, Saudara harus cerdas bukan hanya menunggu, bukan hanya mencari tapi Saudara harus menciptakan peluang itu. You have to create opportunities by yourself. Ini yang saya harapkan, yang akan terjadi di negeri kita 5, 10, 15 tahun ke depan.

 

Saudara-saudara,

 

Saya tahu, masih ada persoalan di negeri kita, sebagaimana persoalan di banyak negara. Saya mendengarkan yang disampaikan Pak Suharsoyo tadi harapan dari Gapensi, saya kira juga harapan dari LPJK, harapan Saudara semua. Oleh karena itu, saya ingin mengajak kita berbagai tugas dan tanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab pemerintah seperti apa? Tugas dan tanggung jawab dunia usaha konstruksi seperti apa? Menurut pandangan saya, dan sekarang sesungguhnya telah kita dilakukan, tapi belum rampung, dan harus kita tingkatkan. Pemerintah baik pusat maupun daerah, pusat, provinsi, kabupaten, dan kota harus memastikan kita memiliki kebijakan yang tepat, policy. Kita memiliki regulasi yang tepat, aturan, dan iklim investasi, iklim bisnis makin ke depan harus makin baik. Ini tugas negara, tugas pemerintah sekali lagi, baik pusat maupun daerah.

 

Apa tugas dunia usaha, termasuk dunia usaha konstruksi? Saya berharap Saudara bisa terus menigkatkan daya saingnya. Kalau yang Saudara lakukan makin efisien, makin produktif, penuh dengan inovasi, maka Saudara akan makin berdaya saing, dan daya saing ini sangat penting untuk menjawab tantangan di era globalisasi sekarang ini. Sehingga tidak perlu kita cemas dan khawatir jika akhir tahun depan sudah diberlakukan masyarakat ekonomi ASEAN, ASEAN Economic Community.

 

Waktu kami bertemu di Phnom Penh dan kemarin di Bandar Seri Begawan, Brunei, para pemimpin ASEAN, saya juga di situ tentunya, bersepakat sebelum kita mulai Desember tahun depan, jadi bukan Januari 2015, tapi kita ambil ekornya, Desember tahun 2015, semua negara ASEAN harus sudah mempersiapkan dirinya baik-baik, termasuk Indonesia, agar ketika itu kita berlakukan, sekali lagi, kita akan menjadi pemenang, the winner, dan juga bukan menjadi yang kalah atau the loser. Dan itu harus kita ambil tanggung jawabnya secara bersama, pemerintah dan juga dunia usaha.

 

Betul akan diberlakukan WTO, yang kemarin di Bali sukses besar, setelah 5 tahun mangkrak, setelah 5 tahun tidak ke mana-mana di Pulau Dewata ini kita berhasil dan kita dorong untuk lebih berhasil lagi, sehingga kita punya rezim perdagangan internasional yang adil. Karena perdagangan bagi kita not only free trade tapi juga free and fair trade. Dengan demikian, bagi negara berkembang, negara yang emerging seperti Indonesia kita juga mendapatkan keuntungan dan tidak kalah dengan negara-negara yang lebih dahulu maju.

 

Saudara-saudara,

 

Demikian juga APEC makin terintegrasi, makin terjadi liberalisasi baik investment maupun trade. Tapi sekali lagi, kalau Indonesia termasuk kalangan dunia usaha memiliki competitiveness yang makin baik, kita tidak perlu cemas menghadapi rezim kerja sama ekonomi internasional seperti apa pun.

 

Saudara-saudara,

 

Kita hidup di era baru. Oleh karena, itu kita harus memiliki daya saing yang baru. Kembali ekonomi mengatakan, pertumbuhan sebuah negara, pertumbuhan ekonomi, itu bisa didekati dari teori yang disebut dengan demand side economy. Ekonomi akan tumbuh kalau pembelanjaan rumah tangga itu meningkat atau kuat, alhamdulillah, Indonesia kuat sekarang ini, yang kedua, investasinya berkembang, yang ketiga, ekspornya berkembang dan melampaui impornya, dan juga pembelanjaan pemerintah atau government spending makin besar.

 

Government spending kita makin besar, tahun 2005 dulu saya masih ingat, kita punya APBN 400 triliun. Sekarang sudah mendekati 2000 triliun, artinya apa? Dari, terima kasih, dari demand side economy, ekonomi kita juga progressing well. Ada juga dari side economy  tetapi saya ingin ingatkan satu, ada teori lagi, pertumbuhan dilihat dari production function. Dulu yang namanya pertumbuhan disimbolkan Y, itu fungsi dari capital, land, labour, sesederhana itu. Sekarang sudah berubah total, sehingga pertumbuhan itu adalah fungsi yang tadinya hanya land ya sekarang menjadi natural capital, sumber daya alam, manusianya human capital, masih dua itu, tetap, satu lagi financial capital mesti ada sumber keuangan, tetapi yang dua terakhir ini sangat-sangat penting yaitu technology and innovation, dan ini sangat penting bagi para pelaku industri dan jasa konstruksi, dan yang terakhir entrepreneurship.

 

Jadi kalau Indonesia, sebagaimana yang sering saya sampaikan, terus memperkuat semuanya ini natural capital, alhamdulillah, kita punya human capital  harus makin maju, financial capital, alhamdulilah, makin besar, tapi mari kita genjot habis-habisan yang namanya technology and innovation dan kemudian kewirausahan atau entrepreneurship. Mari kita kuatkan semua arus itu, dengan demikian, bukan hanya karena, yang disebut dengan demand side economy, tapi in the long run, 5, 10, 20, 30 tahun ke depan ekonomi kita akan self generating, self developing, karena berangkat dari faktor-faktor yang saya sampaikan tadi. Saya berharap ini menjadi, e.. apa namanya? "Ideologi kita" agar kita betul-betul menang dalam persaingan yang makin keras di era globalisasi ini.

 

Yang lain Saudara-saudara. Era baru, perlu juga mindset yang baru. Dulu, terus terang bisnis konstruksi itu lebih mengandalkan pada APBN, APBD. Meskipun terus meningkat APBN dan APBD kita, tapi kita merugi kalau hanya mengandalkan bisnis APBN dan APBD. Tolong berfikir, mindset kita haruslah menuju ke bisnis GDP. Kalau GDP kita berdasarkan purchasing power parity, sekarang ini menembus US$1 triliun, sehingga nomor 15 di dunia ekonomi di G-20 ya. Jumlah seperti itu tentunya harus menjadi orientasi dari bisnis kita, from business APBN menjadi business GDP. Besar, bigger dibandingkan APBN. APBN biasanya hanya 20% dari total GDP, sehingga masih banyak wilayah yang bisa dimasuki oleh kalangan dunia usaha. Itu Indonesia, kita hidup dalam globalisasi, saya tahu para pelaku konstruksi merambah juga ke Timur Tengah, bahkan ke Afrika, ada juga sampai di, ke, ke PNG, ke Timor Leste, ke Philipina, dan negara-negara ASEAN yang lain. Itulah frontier kita, jangan hanya berkutat di dalam negeri, tapi yang punya kemampuan dan yang sudah siap bersainglah dengan para kontraktor, pelaku industri dari negara-negara lain. Karena yang saya ketahui, kita punya pelaku konstruksi juga bisa bersaing di negara-negara sahabat itu. Oleh karena itu, daya saing menjadi sangat-sangat penting.

 

Para pelaku dunia usaha konstruksi yang saya cintai, menutup apa yang saya sampaikan ini, Saudara tahu ini adalah tahun terakhir saya mengemban tugas di negeri tercinta ini, dan setelah memimpin negeri ini, menjalankan roda pemerintahan selama 9 tahun lebih saya punya kesimpulan, dan sekaligus keyakinan bahwa Indonesia bisa bersaing. Jasa konstruksi Indonesia juga bisa bersaing. Saya dengan sukacita dan bangga, misalnya meresmikan Bali Mandara, yang itu karya anak bangsa, saya masuk sejak awal sampai akhir. Kemudian kemarin meresmikan Jembatan Kelok Sembilan di Sumatera Barat. Saya melihat bandara, pelabuhan, irigasi, toll road system, banyak sekali yang dihasilkan oleh putra-putri Indonesia dan itu membanggakan, sehingga saya yakin, bahwa kita pun punya daya saing yang tinggi.

 

Lihat Jakarta, kalau punya potret 10 tahun lalu bandingkan, 10 tahun yang lalu Jakarta dengan sekarang, yang punya potret 20 puluh tahun yang lalu, bandingkan 20 tahun yang lalu, 10 tahun yang lalu dan sekarang, gedung-gedung yang megah, yang indah, dan itu juga karya putra-putri bangsa kita. Jadi menurut saya, ini kesimpulan dan keyakinan, kita sangat bisa bersaing, kalau kita bisa bersaing kita akan menjadi pemenang, insya Allah, pada era globalisasi, hadirnya masyarakat ekonomi ASEAN, hadirnya WTO, dan hadirnya kerja sama kawasan dalam konteks APEC yang akan makin kuat di masa depan.

 

Dan yang terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada LPJK, Gapensi atas penghargaan yang diberikan kepada saya. Sebenarnya saya bekerja ikhlas, tulus untuk negeri ini, banyak yang telah kita lakukan sebagaimana banyak pula yang belum berhasil kita selesaikan. Dan saya bekerja untuk itu, itu tugas saya, kewajiban saya, dan kontrak saya. Tentunya harapan saya, Presiden pengganti saya nanti beserta  pemerintahannya melanjutkan, meningkatkan, seraya menjaga yang sudah baik, dan memperbaiki yang belum baik. Dan, oleh karena itu sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas anugerah penghargaan kepada saya, dan saya teruskan kepada para pelaku ekonomi, terutama jasa konstruksi yang telah bekerja keras pada tahun-tahun terakhir ini.

 

Dengan itu semua, Bapak, Ibu, Hadirn yang saya cintai maka dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Munas Gapensi, Rakornas LPJK serta Seminar dan Pameran Konstruksi Tahun 2014 dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Terima kasih. Terima kasih.

 

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

 

Oom Santi Santi Santi Oom.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI