Sambutan Presiden RI Pd acara Perayaan Cap Go Meh, 14 Feb 2014, di Jakarta

 
bagikan berita ke :

Jumat, 14 Februari 2014
Di baca 887 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PERAYAAN CAP GO MEH  BERSAMA KE-7

DI JI EXPO KEMAYORAN, JAKARTA

14 FEBRUARI 2014

 



Bismillahirrahmanirrahim,

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Gong Xi Fat Cai,

 

Saudara Wakil Presiden, dan Segenap Tamu Undangan yang saya hormati,

Saudara-saudaraku Komunitas Tionghoa yang saya cintai,

 

Saya ingin menyampaikan pidato tanpa teks, karena malam ini adalah malam terakhir yang saya hadiri dalam perayaan Cap Go Meh, dalam kapasitas saya sebagai Presiden Republik Indonesia. Meskipun saya tetap mencintai Saudara-saudaraku komunitas Tionghoa sampai kapan pun. Oleh karena itu, saya akan menyampaikan sambutan keluar dari hati saya, dan sekaligus harapan-harapan saya bagi masa depan Saudara, dan masa depan Indonesia yang sama-sama kita cintai. Namun, sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Murdaya Poo dan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan karena mengangkat isu bencana alam yang sedang menimpa sejumlah daerah di Indonesia.

 

Saya senang, karena kita memiliki kesetiakawanan yang tinggi. Saat ini dunia sedang dilanda bencana dari Eropa ke Asia, Australia bahkan di Amerika termasuk di negara kita. Contoh, yang terakhir tadi malam, ada letusan Gunung Kelud. Sejak subuh saya, para Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota yang daerahnya terkena dampak dari letusan Gunung Kelud telah bekerja hingga sekarang, dan akan terus melakukan langkah-langkah tanggap darurat.

 

Pemerintah baik pusat mau pun daerah bertanggung jawab dan akan mengemban tugas untuk mernyelamatkan jiwa Saudara-saudara kita, dan membantu mereka yang mengalami musibah bencana ini. Sungguhpun demikian, sungguhpun pemerintah melaksanakan tugas  untuk mengatasi keadaan, melaksanakan tanggap darurat dan membantu saudara-saudara kita yang ada di tempat penampungan yang jumlahnya sekitar 100 ribu sekarang ini, maka uluran tangan dari siapa pun untuk meringankan beban mereka adalah sesuatu yang mulia. Oleh karena itu, melalui mimbar ini saya mengimbau siapa pun yang memiliki kelebihan, bantulah Saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan itu.

 

Hadirin yang saya hormati, Komunitas Tionghoa yang saya cintai,

 

Kalau kita sejenak melaksanakan kilas balik, maka terjadi perubahan besar di negeri kita ini sejak 15 tahun yang lalu. Minggu lalu saya menghadiri perayaan Imlek,  perayaan yang ke-15 kalinya yang saya hadiri secara langsung, baik sebagai menteri maupun sebagai Presiden. Malam ini saya hadir kembali dalam perayaan Cap Go Meh, perayaan yang ke-7, yang juga saya hadiri sebagai Presiden Republik Indonesia. Barangkali sebelum Reformasi terjadi, sebelum tahun 1998 kita belum bisa membayangkan, bahwa akhirnya perayaan Imlek dan perayaan Cap Go Meh bukan hanya terbuka untuk dirayakan oleh komunitas Tionghoa, tetapi sekarang dirayakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Betapa indahnya persaudaraan kita, betapa indahnya kebersamaan kita, sekaligus persatuan kita sebagai bangsa. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.

 

Ketika  saya memulai tugas memimpin negeri ini atas mandat dari Saudara-saudara semua, mandat dari rakyat Indonesia, saya memiliki tugas sejarah. Tugas sejarah itu adalah  mesti membangun bangsa ini untuk menjadi bangsa yang rukun dan bersatu, bangsa, terima kasih, bangsa yang menolak diskriminasi satu sama lain. Itulah tugas sejarah kita semua, termasuk tugas sejarah saya sebagai Presiden di negeri ini. Alhamdulillah, dengan perjuangan bersama kita, dengan tekad yang membaja, akhirnya sekat-sekat perbedaan yang didiskriminasikan dapat kita tiadakan. Sekarang kita menjadi bangsa yang satu, sama kedudukannya di dalam hukum dan berbagai tugas-tugas kebangsaan dan kenegaraan. Ini perjuangan kita bersama harus kita jaga baik-baik, jangan sampai terganggu apalagi mundur ke belakang. Kita juga memiliki tugas sejarah bukan hanya bangsa indonesia yang mesti rukun dan bersatu, tetapi kita ingin dunia kita, kawasan kita, juga menjadi dunia dan kawasan yang rukun dan bersatu.

 

Alangkah indahnya kalau tidak ada lagi peperangan di antara  bangsa-bangsa. Alangkah baiknya, kalau bangsa-bangsa di Asia, bangsa-bangsa di dunia bekerja sama dan bermitra dengan baik, agar kawasan dan dunia kita aman dan damai. Agar kawasan dan dunia kita makin sejahtera dengan ekonomi yang makin maju. Dan, akhirnya membawa keadilan dan kemakmuran bersama. Itulah tugas kembar bangsa Indonesia, membikin negaranya aman, damai, adil, dan makin sejahtera. Dan Indonesia berkontribusi untuk membikin dunia dan kawasannya juga makin damai, makin adil, dan makin sejahtera.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Saya pada kesempatan yang baik ini, ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Saudara semua, Komunitas Tionghoa pada khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya. Karena berkat kebersamaan dan kerja sama kita selama 9 tahun lebih ini, kita telah bisa memacukan kehidupan bangsa Indonesia.

 

Mari kita lihat secara singkat, tahun 1998 adalah tahun yang gelap. Krisis terjadi, kekerasaan terjadi pula di mana-mana, di seluruh Tanah Air. Ekonomi kita jatuh, dan banyak lagi masa gelap yang dialami bangsa ini pada tahun 1998, dan tahun-tahun setelah itu. Setelah kita bertekad sebagai bangsa, bekerja keras dan berupaya bersama, maka keamanan di negeri kita makin ke depan makin baik. Kita masih ingat, buruknya keamanan di tahun 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, konflik di Poso, di Ambon, di Maluku Utara, di berbagai daerah, termasuk kerusuhan di kota-kota besar. Alhamdulillah, tragedi seperti itu sudah bisa kita hilangkan. Indonesia sekarang makin aman dan makin damai. Jangan sampai Indonesia yang kita cintai kembali mengalami masa-masa gelap, karena negara kita terpecah, koyak, dan jauh dari keamanan dan kedamaian.

 

Yang kedua, saya juga berterima kasih, karena kita bersama-sama  untuk menciptakan stabilitas politik. Kalau politik kita gaduh, negara kita tidak stabil, ekonomi kita tidak berkembang, bisnis kita juga tidak bisa maju. Akibatnya kesejahteraan rakyat tidak bisa ditingkatkan. Alhamdulillah, setelah mengalami prahara politik, instabilitas politik yang luar biasa mulai 1998 sampai tahun 2001, sekarang ini politik kita jauh lebih stabil, dan karenanya kita bisa membangun, termasuk membangun perekonomian kita, yang Alhamdulillah, membawa kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Itu yang kedua.

 

Yang ketiga, saya juga berterima kasih. Ekonomi kita, meskipun dunia sering mengalami krisis, gejolak, dan tekanan-tekanan. Pada prinsipnya, sembilan tahun terakhir ini kita bisa menjaga pertumbuhan ekonomi kita yang positif. Di kalangan G-20 ekonomi kita tumbuh nomor dua setelah Republik Rakyat Tiongkok. 1998 ekonomi kita hancur, sepuluh tahun kemudian kita menjadi anggota G-20, 20 ekonomi besar dunia. Marilah kita syukuri, kita bisa bertahan di tengah-tengah gejolak ekonomi global, bahkan tetap tumbuh tinggi. Terima kasih sekali lagi kepada Saudara semua, termasuk komunitas Tionghoa yang juga menjadi pilar  dari perekonomian Indonesia.

 

Saya juga berterima kasih, hukum terus kita tegakkan. Kita ingin membikin Indonesia makin bersih, makin tegak hukumnya dan keadilan kita hadirkan di mana-mana, keadilan bagi semua. Dan ini menjadi tekad kita, tugas sejarah kita untuk kita lanjutkan di waktu yang akan datang.

 

Yang kelima, jangan lupa, di kala krisis 1998 dan tahun-tahun setelah itu nama kita di dunia terpuruk. Kita sering dipandang rendah oleh bangsa-bangsa lain, karena banyaknya persoalan di negeri kita. Alhamdulillah, dengan kebersamaan kita, kerja keras kita, maka kita bisa berperan lebih luas di berbagai forum, baik di Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Pasifik, di Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun di forum dunia. Ini menunjukan bahwa bangsa kita kian dihormati oleh bangsa-bangsa lain. Dan ini semua harus kita jaga dengan baik, dan justru harus kita tingkatkan di waktu yang akan datang.

 

Kalau saya menyebut sejumlah capaian dan hasil itu, berarti hasil dan capaian kita bersama termasuk Saudara-saudara yang ada di ruangan ini. Apakah dengan demikian di negeri ini semuanya sudah serba baik? Tentu belum. Masih banyak tugas kita, masih banyak pekerjaan rumah kita, masih ada masalah yang belum sepenuhnya dapat kita capai. Oleh karena itu, juga menjadi tugas sejarah untuk memperbaiki yang belum baik di negeri ini. Saya berharap dan mendoakan agar pemimpin yang baru nanti, pengganti saya nanti, yang tahun depan berdiri di tempat ini, juga selalu mendapatkan dukungan dari rakyat, dan selalu bisa mempimpin negara ini menuju hari esok yang lebih baik.

 

Saudara-saudara,

 

Yang terakhir, saya ingin mengomentari apa yang menjadi tema dari perayaan Cap Go Meh pada malam hari ini, "Indonesia Satu Indonesia Jaya". Ya, Indonesia Satu. Satu untuk semua, semua untuk satu, dan semua untuk semua, termasuk komunitas Tionghoa. Satu dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Satu meskipun kita berbeda-beda dari segi agama, etnis, suku, bahasa, daerah, dan sebagainya. We are one. Kita satu. Kalau bersatu berarti itu kekuatan, power, strange. Oleh karena itu, saya senang dengan motto itu "Indonesia satu". Kalau Indonesia satu, bersatu, rukun, dan bekerja keras, maka Indonesia akan menjadi negara yang jaya.

 

Saya yakin di abad XXI  ini Indonesia akan menjadi negara maju, dan negara yang jaya. Mari kita bersatu. Mari kita bekerja sama. Kemudian, mendukung pemimpin yang baru nanti. Dan, dengan itu semua sampailah cita-cita para pendiri Republik, cita-cita kita semua, Indonesia yang jaya, Indonesia yang makin damai, Indonesia yang makin adil, dan Indonesia yang makin sejahtera.

 

Terima kasih. Terima kasih, selamat malam.

 

Teruslah maju Saudara-saudaraku Komunitas Tionghoa dan seluruh rakyat Indonesia.

 

Sekian. Sekali lagi, Gong Xi Fat Cai.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI