Sambutan Presiden RI Pd Peluncuran Buku Proyeksi Penduduk Thn 2035, tgl 29 Jan 2014,di Jakarta

 
bagikan berita ke :

Rabu, 29 Januari 2014
Di baca 703 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PELUNCURAN BUKU PROYEKSI PENDUDUK TAHUN 2035

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

TANGGAL 29 JANUARI 2014



 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia,

Para Anggota Dewan Pertimbangan Presiden,

Para Menteri dan Wakil Menteri, Panglima TNI, Jaksa Agung, Waka Polri, Kepala BPS, Kepala BKKBN,

Para Gubernur, para unsur Pimpinan Lembaga Perancang Nasional baik pusat maupun daerah,

Para Pimpinan Organisasi Internasional Mitra Pemerintah Indonesia,

Hadirin sekalian yang saya cintai,

 

Alhamdulillah, hari ini di tempat yang baik ini kita bersama-sama memikirkan dan membicarakan masa depan kita, masa depan Indonesia. Utamanya berkaitan dengan proyeksi dan perkiraan penduduk Indonesia 20 tahun mendatang atau tepatnya penduduk di negeri ini pada tahun 2035. Kita mengetahui kalau berbicara masa depan sesungguhnya sebagai manusia dan bangsa yang cerdas bukan hanya menunggu ataupun berharap masa depan seperti apa yang akan terjadi di negeri kita. Masa depan itu kata orang bijak juga negotiable, bisa dinegosiasikan, artinya kalau kita menghendaki 5 tahun lagi atau 10 tahun lagi atau 20 tahun lagi seperti proyeksi penduduk kita 2035 nanti,

maka dengan upaya dan ikhtiar kita tentu dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa, maka terwujudlah masa depan yang kita harapkan dan hendak kita wujudkan itu .

 

Oleh karena itu, saya senantiasa mengajak para perancang pembangunan, para pemimpin lembaga negara dan lembaga pemerintahan baik pusat maupun daerah, agar kita bukan hanya pandai merancang masa depan kita, tetapi mari kita ikhtiarkan agar masa depan yang kita harapkan itu sekali lagi benar-benar dapat kita wujudkan.

 

Kita mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas tadi, Profesor Armida, dan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dari Menko Kesra Bapak Agung Laksono. Dan, ketika saya mendengar apa yang disampaikan tadi perasaan saya bercampur, saya punya mixed feeling. Di satu sisi bersyukur negeri ini memiliki penduduk yang besar, dan manakala penduduk yang besar itu adalah penduduk yang berkapasitas dan yang produktif tentu itu membawa kemajuan bagi bangsa kita. Tetapi, manakala penduduk yang besar itu sebaliknya bukanlah human capital yang baik, yang akan membawa kemajuan bangsa kita, maka tentu juga menjadi masalah bagi negeri kita.

 

Kita ingin penduduk yang besar ini justru kekuatan dan bukan kelemahan, aset, bukan liabilitas dan tentunya negeri kita dengan penduduk yang besar ini mestinya berkah dan bukan musibah. Oleh karena itulah, pada kesempatan yang baik ini tadi saya mendegarkan, terbayang bagi saya berapa banyak nanti pangan yang harus dihadirkan, pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan rumah, dan sebagainya. Karena meskipun  seolah-olah tadi kenaikannya hanya 27% atau naik sekitar 60 juta tapi tidak berarti kebutuhan pangan dan energi juga hanya sekitar 27% karena ada pergeseran dari penduduk menengah ke bawah menjadi penduduk golongan menengah, consuming class yang memiliki kebutuhan atau demands yang lebih besar lagi, sehingga boleh jadi basic human needs termasuk yang saya katakan tadi pangan, air, dan energi, itu bisa mencapai 40% bahkan lebih. Inilah yang saya sampaikan tadi, saya sambil mendengarkan kedua menteri kita bicara, berfikir bagaimana kita bisa mencukupi kebutuhan mereka semua. Saya tengok Wapres juga merenung, saya kira memiliki pikiran yang sama, saya kira saudara juga, tapi itulah tanggung jawab kita sebagai pemimpin di negeri ini.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Mungkin kita bisa bertanya, sebenarnya penduduk Indonesia yang pas itu berapa? Ya, tidak ada, apa namanya jawaban sekolahnya. Tetapi kalau kita bandingkan Amerika Serikat penduduknya sekarang 310 juta, memang di atas penduduk Indonesia yang sekarang katakanlah sekitar 245 juta begitu mudahnya. Tapi ingat, tanah Amerika Serikat itu 4 kali lebih luas dibandingkan tanah Indonesia. Kalau luas negaranya hampir sama, Amerika lebih luas, tetapi Indonesia terdiri 2 juta km2 daratan kemudian 6 juta km2 lautan, sedangkan Amerika Serikat daratannya 8 juta km2,  tentunya kalau mengikut rasio antara manusia dengan daratan di mana mereka hidup, tinggal, dan mendapatkan apa namanya, mata pencahariannya tentunya kita sudah dikatakan berlebihan. Apalagi kalau 20 tahun lagi jumlah penduduk kita menjadi 300 juta lebih. Begitu cara kita memaknai rasio, antara manusia dengan alam yang mendukungnya.

 

Saudara-saudara  

 

Saya ingin mengajukan pula ke hadapan forum yang baik ini, dua pertanyaan kunci, key questions. Yang pertama, dengan penduduk yang besar seperti itu, 240 juta tahun 2010 akan menjadi 305 juta pada tahun 2035, apa kewajiban negara? What must the country, the state, the government do for  its people? Apa yang harus kita lakukan untuk mereka? Tapi sebaliknya bagi penduduk Indonesia, bagi warga negara Indonesia. What the people should do, what should the people do for their country? Diperlukan kontrak tanggung jawab, kalau itu terjalin dengan baik, the contract of responsibility, accountability. Ini akan bagus untuk masa depan kita.

 

Nah, tugas dan kewajiban negara dan pemerintah  tentu saudara semua sudah tahu, dan bahkan sekarang pun kita semua tengah menjalankan tugas dan kewajiban kita. ya, kalau 240 juta sekarang menjadi 305 juta nanti, pangan, air, sandang, papan, kendaraan, lingkungan yang baik, pendidikan, kesehatan, rasa aman, dan sebagainya, yang disebut dengan the basic human needs, dan makin terpenuhi kebutuhan dasar itu, the quality of life, taraf hidup Indonesia, masyarakat Indonesia akan bertambah baik. Itu saja sudah menjadikan tantangan yang luar biasa, tentu yang harus kita jawab dan penuhi, termasuk lapangan pekerjaan job. Mari kita pikirkan lapangan pekerjaan seperti apa yang bisa, dan mesti kita sediakan menuju tahun 2035. Apakah di sektor pertanian, di sektor perindustrian, di sektor jasa, ataupun di wilayah-wilayah yang lain? Job, penciptaan  lapangan pekerjaan menjadi tantangan yang tugas maha besar, job creation.

 

Masih berkaitan dengan penduduk yang besar, masyarakatnya menjadi besar, sangat dinamis dengan berbagai dinamika dan serba-serbi kehidupannya. Masyarakat yang besar seperti itu, perlu dijaga rasa aman, tertib dan tentramnya. Bisa dibayangkan petugas kepolisian, berapa harus bertambah lagi, sekian banyak. Rasio kita mungkin sekarang masih di atas 1 anggota Polri berbanding 500 orang. Betul Waka Polri, ya? Padahal kita ingin lebih rendah, lebih rendah, sehingga misalnya 1 Polisi menangani 300 atau 400 manusia akan bagus. Itu juga tantangan untuk menyiapkan mereka yang melayani, melindungi, dan mengayomi masyarakat, sekaligus mengamankannya. Jadi ada implikasi yang, saya tidak mengatakan yang serius dalam arti yang negatif, implikasi yang nyata dari pertumbuhan penduduk  yang diproyeksikan oleh kita semua.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau tadi saya katakan kewajiban negara, kewajiban pemerintah seperti itu, tentu kita berharap kepada saudara-saudara kita rakyat Indonesia di seluruh Tanah Air yang jumlahnya akan meningkat. Mereka juga bisa menjalankan tugas dan kewajibannya, misalnya, mereka ikut berpartisipasi, dan berkontribusi dalam upaya memajukan negeri ini, dalam usaha kita mensejahterakan kehidupan rakyat ini. Mereka tidak boleh hanya menonton, pasif, berada di pinggiran, tapi juga peduli, dan ikut serta. Diharapkan mereka juga sebagai warga negara yang baik mematuhi pranata sosial dan pranata hukum, sehingga besar boleh masyarakatnya, penduduknya, tapi tertib, tentram, dan damai. Lantas kita semua ingin meningkatkan kapasitasnya, kemampuannya, kualitasnya agar menjadi modal, apa namanya manusia, human capital  yang bagus.

 

Nah, dalam konteks ini kita berharap ada kerja sama, ada kolaborasi, negara, pemerintah ingin meningkatkan kemampuan mereka. Mereka juga secara aktif menjadi bagian untuk mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya manusia itu. Bagi yang mendalami ilmu ekonomi, pertumbuhan ekonomi itu bisa dilihat dari berbagai aspektif, dari demand side, dari supply side. Tetapi, ada juga teori yang menggambarkan bahwa dari production function side economy, maka pertumbuhan itu sangat ditentukan oleh fungsi. Kalau dulu, ya manusia, begitu. Kemudian capital, dan tanah. Tetapi sekarang makin berkembang basic-nya tetap, tetapi makin berkembang.

 

Kalau Indonesia ingin maju 20 tahun lagi 2035 atau ke depannya lagi, mari kita pastikan bahwa pertumbuhan yang didorong oleh fungsi, sumber daya alam yang kita miliki, sumber daya manusia yang kita miliki, sumber daya financial yang kita miliki, termasuk dua hal inilah yang menjadi misi besar kita, karena saya pikir tingkatan kita masih belum seperti yang kita harapkan. Apa itu? Dua faktor itu adalah, faktor teknologi dan inovasi, yang satunya lagi adalah entrepreneurship. Kalau makin kuat hadirnya teknologi dan inovasi, dan kewirausahaan di negeri ini, maka di sini ada sumber daya alam, kekayaan alam, di sini ada sumber daya manusia, workforce, maka dihubungkanlah, disatukanlah kedua potensi yang tidak selalu dimiliki oleh negara lain itu melalui membawa teknologi dan inovasi, dan intrepreneurship.

 

Dengan demikian itu akan menjadi kekuatan ekonomi yang riil, kekuatan yang berkembang terus menerus, self developing,  self generating. Dan ini  melibatkan semua,  pendidikan, kesehatan, semua agar betul-betul 305 juta penduduk kita tahun 2035 nanti membawa berkah, menjadi aset, dan sekaligus mendorong the driving force dari pembangunan yang akan kita laksanakan.

 

Saudara-saudara,

 

Kita tahu bahwa pembangunan itu never ending goal, kita tahu pembangunan sebuah proses berkelanjutan. Bangsa yang membangun memerlukan waktu yang panjang, bukan hanya puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Negara yang lebih maju Eropa, Amerika, Jepang, itu membangunnya ratusan tahun. Sehingga kalau kita belum genap 100 tahun membangun bangsa ini, tidak perlu kecil hati, yang penting tahu bahwa ini adalah tugas yang akan kita laksanakan secara terus menerus.

 

Melihat masa depan kita, contohnya 2035 atau 100 tahun sejak kita merdeka kalau ditambah 10 tahun 2035 itu menjadi 2045 hundred years sejak kita merdeka. Kalau mau ditambahkan lagi katakanlah Indonesia 2100, yaitu akhir abad ke-21 ini. Melihat ke depan sebuah bangsa negara kita memerlukan visi, kita juga memerlukan grand strategy, dan kita memerlukan policy yang menjangkau menembus cakrawala waktu, dekade, bahkan abad.

 

Saya memaknai apa yang kita buat sekarang ini, proyeksi penduduk Indonesia hingga tahun 2035, apa yang kita bicarakan sekarang ini adalah, pekerjaan maha besar, sumbangan kita kepada negara kita tercinta, untuk waktu yang jauh ke depan, bukan hanya setahun, dua tahun. Barangkali tidak banyak yang mendedikasikan waktu, fikiran, dan tenaganya untuk memikirkan masa depan Indonesia  yang jauh ke depan.

 

Oleh karena itulah, saya tentu senang, mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan kepada yang menyusun buku ini, Bappenas dengan segala jajarannya, BPS dan semua yang berkontribusi untuk memikirkan Indonesia negara kita 20 tahun mendatang.

 

Mari kita hidupkan tradisi pemikiran ini, think tank universitas-universitas berpikirlah yang besar, berpikirlah yang strategis, berpikirlah yang berjangka panjang. Sehingga bangsa ini tidak kering pemikiran, tidak kering gagasan, dan tidak kering perencanaan.

 

Saudara-saudara,

 

Dan, memikirkan masa depan, bekerja untuk masa depan, tentunya bukan hanya tugas negara dan pemerintah, tetapi juga dunia usaha. Kalau dunia usaha tahu ini, mereka akan senang karena berarti kekurangan pangan, artinya kalau kita tidak tambah, ada kekurangan energi, semua. Dan, itu adalah business opportunities. Mereka tentu punya long term planning. Nah, kalau mendapatkan informasi seperti ini akan jauh lebih baik, think tank juga memerlukan seperti ini, civil society juga, dan negara-negara sahabat, mitra-mitra kita di tingkat dunia, yang sering bekerja sama dengan kita juga memerlukan data seperti ini.

 

Saudara-saudara,

 

Kebetulan ini musim pemilihan umum, sudah mulai kampanye antarpartai-partai politik, antarcalon-calon Presiden, hangat, dinamis, menarik, dan itu penting memang dalam kehidupan politik dan demokrasi yang makin mekar. Malah kalau tidak ada yang mau jadi presiden, tidak ada yang tampil untuk berkampanye, susah kita. Tapi, dengan banyaknya calon Presiden, banyaknya partai politik, iklan ada di mana-mana, spanduk, baliho, luar biasa, dengan janji-janji yang luar biasa, mudah-mudahan nanti terbukti semua. Tetapi saya hanya ingin menyampaikan, sebagai seorang yang hampir jatuh tempo, para gubernur sebentar lagi. Saya hanya ingin ketika berkampanye, ketika menyampaikan kepada rakyat gunakan data. Jangan sampai berdebat selama 2 jam, ada 10 orang berdebat, sepuluh-sepuluhnya tidak menguasai data. Jadi memang ramai, menarik, tetapi mungkin tidak tepat.

 

Oleh karena itu, saya mengajak rakyat Indonesia, ciri-ciri masyarakat yang maju, masyarakat yang berpengetahuan itu memiliki knowledge, commonsense dan kuat dalam hal data dan fakta. Contoh begini,  kalau selama 9 tahun lebih ini ekonomi kita tumbuh, dan tergolong tumbuh tinggi di tengah-tengah dunia yang pertumbuhannya rendah, dari sudut pandang mana pun, entah kuantitatif atau kualitatif yang tumbuh ekonomi itu. Kalau kemiskinan sejak 2004 sampai 2014 turun, meskipun ada tahun naik sedikit, yaitu tahun 2005 ketika bahan bakar minyak dinaikkan dulu, naik sedikit, turun lagi. 2008, ya 2013 kemarin baik kemiskinan dan pengangguran, tetapi  dalam bentangan waktu dalam 9 tahun lebih itu turun. Apakah dari segi kuantitatif, kuantitatif, ya turun.  Datanya begitu, faktanya begitu, yang mengukur BPS, yang mengukur World Bank, yang mengukur IMF, ya seperti itu. Nah, kalau ada yang berbicara, harusnya tumbuh lebih tinggi, harusnya kemiskinan dan pengangguran turun lebih rendah. Itu bisa didebatkan, bisa didiskusikan. Mendiskusikannya ya lihat bandingkan dengan negara-negara lain, bandingkan dengan kita di waktu yang lalu. tapi datanya sama dulu, angkanya sama dulu, turun-turun, naik-naik.

 

Nah, kalau misalkan kurang puas, itu boleh, haknya dan mari kita diskusikan. Kalau para gubernur  menyampaikan kepada saya; Pak SBY, inilah potret ekonomi kami tahun 2012 dan tahun 2013 yang lalu, pertumbuhan, pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, dan seluruh Indonesia, 34 provinsi lebih dari 70 persen itu tumbuh ekonominya, berkurang kemiskinan, dan penganggurannya, secara nasional pastilah sama. Tidak mungkin 34 provinsi ekonominya  tumbuh, nasional turun, ndak mungkin. Inilah yang saya sampaikan kemarin, jadi masyarakat yang berpengetahuan yang apa namanya, yang menggunakan  kekuatan data, dan juga commonsense, logika, akal sehat.

 

Bapak-Ibu sekalian, dan hadirin yang kami cintai,

 

Hanya saya sudah menyampaikan semua hal yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, dan ya ini tantangan, tapi kita sudah punya semangat Indonesia bisa, Indonesia bisa. Oleh karena itu, kalau kita anggap ini berat, tetapi kalau justru sekarang sadar, kalau kita berbuat, kalau tidak berbuat apa-apa ya berat betul, jadi masalah betul. Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, para pejabat pemerintahan pusat dan daerah, para gubernur dan terus para bupati, dan walikota,  mari kita berkolaborasi, bekerja sama, berbuat bersama untuk memastikan 2035 adalah masa yang indah, masa yang baik, bagi bangsa dan negara kita.

 

Dengan pesan, harapan dan ajakan itu, maka dengan terlebih dahulu memohon ridha Allah subhanallahu wataala, saya mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 dengan resmi saya luncurkan.

 

Terima kasih.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI