Sambutan Presiden RI Pd Pembukaan Kompas 100 CEO Forum di JCC, Jakarta, tgl. 27 Nov 2013

 
bagikan berita ke :

Rabu, 27 November 2013
Di baca 693 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERESMIAN PEMBUKAAN KOMPAS 100 CEO FORUM

DI JAKARTA CONVENTION CENTER, JAKARTA

TANGGAL 27 NOVEMBER 2013

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Gubernur Bank Indonesia, para Menteri dan para Anggota DPR RI, Pak Jakub Oetama, dan segenap jajaran Kompas Gramedia Group.

 

Yang saya hormati para Pemimpin dan Tokoh-tokoh Partai Politik,

 

Yang saya hormati Direktur Utama BNI dan para Pemimpin Dunia Usaha, baik milik negara maupun milik swasta,

 

Saudara Ketua Komisi Pemilihan Umum, dan Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Kita bersyukur karena hari ini kita bersatu di ruangan ini untuk bersama-sama memikirkan negara kita menuju masa depan yang lebih baik.

 

Saya, oleh karena itu, menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Kompas Gramedia Group bersama-sama BNI atas prakarsanya untuk menggelar forum diskusi hari ini yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting di negeri ini, yang saya yakini akan ikut mengubah masa depan bangsa dan negara yang kita cintai.

 

Tahun depan, sebagaimana yang kita ketahui bangsa ini akan kembali melaksanakan pemilihan umum termasuk pemilihan presiden. Hampir pasti kampanye yang akan dilakukan oleh partai-partai politik dan juga calon-calon presiden adalah bagaimana membikin negeri kita ini lebih baik, termasuk kata Pak Agung tadi, bagaimana ekonomi kita terus tumbuh dan berkembang.

 

Sebenarnya kalau ingin membikin ekonomi kita terus tumbuh dan berkembang tidak harus menunggu selesainya pemilihan umum tahun depan, sekarang ini pun calon-calon presiden, calon-calon anggota parlemen kita sudah diajak untuk memikirkan yang penting ekonomi kita selamat tahun ini tetap dan tahun depan kemudian silakan dikembangkan lebih maju lagi sesuai dengan semangat yang saya yakin ada di hati Bapak-Ibu, dan Saudara-saudara sekalian.

 

Di forum ini saya yakini akan ada debat dan diskusi yang baik karena yang hadir di sini para politisi, para ekonom, para pelaku bisnis, dan juga pejabat pemerintahan. Saya berharap isu-isu ekonomi terkini bisa didiskusikan dengan baik, jangan terlalu banyak retorika, sebab retorika itu tidak bisa mengubah ekonomi kita, yang diperlukan adalah kebijakan, strategi, dan juga tindakan yang nyata dan rasional. Kalau ekonomi kita sedang mengalami gejolak, atau terkena krisis, yang diperlukan adalah crisis management, satu langkah yang cekatan dan efektif agar kita bisa meminimalkan dampak dari krisis itu.

 

Ingat Saudara-saudara kita punya pengalaman yang sangat berharga ketika Indonesia jatuh dalam krisis yang dahsyat, yaitu pada tahun 1998. Namun, setelah itu kalau kita sedikit melakukan kilas balik tahun 2005, 2008, 2009, dan bahkan tahun ini 2013, ekonomi kita juga mengalami gejolak dan tekanan-tekanan baru. Kalau pada tahun 2005, 2008, 2009 dulu, kita semua berhasil untuk meminimalkan dampak krisis global terhadap ekonomi Indonesia, ekonomi kita selamat, dan alhamdulillah masih tumbuh, saya yakin mengatasi gejolak ekonomi terkini inipun bisa kita atasi dengan baik pula.

 

Saudara-saudara,

 

Saya mendengar dengan seksama pidato CEO Kompas Gramedia Group tadi, Pak Agung Adi Prasetyo yang menggambarkan bagaimana  jalan yang ditempuh oleh sebuah bangsa untuk menjadi negara  yang maju, termasuk karakter, dan juga kerja keras yang dilakukan oleh bangsa itu, menyebut contoh Korea Selatan misalnya. Lantas pidato Pak Gatot Suwondo Pimpinan BNI, melihat dan sekaligus mengkritisi pelaksanaan pembangunan ekonomi di negeri ini, utamanya hambatan yang masih dijumpai di sana-sini, menurut saya juga berharga untuk kita jadikan reference, dan juga satu titik perangkat dari sekarang ini dengan segala plus dan minus-nya, lebih dan kurangnya, apa yang mesti kita lakukan di tahun mendatang dan tentunya di dasawarsa-dasawarsa mendatang.

 

Pada kesempatan ini Bapak-Ibu, Saudara-saudara, saya tidak hendak menyampaikan pidato yang boleh disebut komprehensif, bukan itu tujuan saya. Saya juga tidak ingin menyampaikan pidato politik yang biasanya tidak  terbebas dari retorika karena itu bumbu-bumbu dari pidato politik, atau saya juga tidak ingin menjelaskan strategi kebijakan dan semua program aksi yang dilakukan oleh pemerintah. Saya juga tidak akan  menguraikan apa saja yang sudah dicapai pemerintah, dan apa saja yang belum berhasil dilaksanakan oleh pemerintah, dan karena saya menganggap kurang tepat forum sekarang ini. Tetapi, saya hanya ingin secara sederhana membagikan pandangan, pemikiran, dan pengalaman saya dalam mengelola perokonomian nasional dewasa ini, atau sembilan tahun terakhir ini di era yang tidak mudah, dunia yang sering bergejolak dan bahkan mengalami krisis.

 

Saya berharap nanti dalam diskusi lanjutan, Bapak-Ibu, Saudara-saudara bisa menimbanya, mana yang tepat dari yang kita lakukan ini untuk dijaga barangkali, kemudian mana-mana yang ternyata harus kita sesuaikan, kita ubah, karena situasinya berubah, tantangannya pun juga berubah.

 

Dengan pengantar itu, maka saya ingin sampaikan, pertama-tama sejumlah realitas dan juga trend, termasuk tesis yang ingin saya sampaikan kalau kita berbicara mengelola perekonomian dan juga menjaga pertumbuhan ekonomi kita. Saya ingin kita semua berangkat dari cara pandang serta pemahaman yang relatif sama, saya garisbawahi relatif sama.

 

Pertama, meskipun dunia terus bergejolak alhamdulillah ekonomi kita tetap terkelola dan terus tumbuh. Tidak semua negara beruntung di era sekarang ini termasuk negara maju, negara kaya, banyak yang ekonominya tumbuh minus atau tumbuh sangat rendah. Apalagi dari sisi growth, sebab ekonomi itu tentu bukan hanya pertumbuhan, tapi juga ada stabilitas harga, ada employment, ada balance of payments, dan sebagainya.Yang mudah untuk diingat 1998 ekonomi kita runtuh, ten years after 2008, kita menjadi anggota G-20. Itu potret pertama.

 

Yang kedua, jika permasalahan mendasar di dalam negeri bisa kita atasi bersama, Pak Gatot memberi contoh total making, hambatan, urusan tata ruang, dan sebagainya, saya kira tidak sedikit. Terus terang, masalah-masalah yang menghambat, yang mengganggu, yang mengunci laju pertumbuhan ekonomi kita dan hambatan ini bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari aspek sosial, hukum, dan keamanan politik. Maka sekali lagi total making dan hambatan itu bisa kita atasi bersama-sama makin ke depan makin baik, sebenarnya ekonomi  kita bisa tumbuh lebih tinggi lagi, capaian kita bisa lebih baik dan lebih banyak lagi, ini potret yang kedua.

 

Yang ketiga, fundamental ekonomi kita dan daya saing ekonomi sebenarnya dari masa ke masa itu terus menguat. Ini kerja keras kita semua,  pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, ekonom, semua yang dengan tekun, sabar, tetapi tidak pernah putus asa mengelola perekonomian kita. Contoh, tahun lalu ketika diukur kembali global competitiveness index dari 148 negara, kita meningkat cukup tajam. Tahun sebelumnya pada peringkat 50, tahun 2012 menaik menjadi peringkat 38. Ini harus menjadikan bagian dari confidence building. Ini merupakan modal untuk pertumbuhan dan penguatan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Disebut-sebut 2030, 2030 itu saya kira paling tidak ada 2 presiden pengganti saya nanti, kalau satu sepuluh tahun, presiden kedua mungkin term yang pertama atau bisa tiga presiden. Jadi masih cukup waktu, dan beliau-beliau tidak perlu khawatir kehabisan tugas, masih banyak tantangan, permasalahan, dan tugas yang harus diemban. Oleh karenanya, saya hanya mendoakan semua bisa menjalankan dengan baik. Itu potret ketiga tentang capital, tentang modalitas, tentang potensi, dan opportunity atau peluang kita.

 

Potret yang keempat, atau yang terakhir yang bisa saya ke depankan pada forum ini adalah ekonomi kita sebagaimana ekonomi negara-negara lain, setiap saat, itu bisa mengalami gejolak, tekanan, dan bahkan krisis. Sekarang pun kita tengah merasakannya, sehingga saya mengajak rekan-rekan untuk senantiasa berwaspada dan tetaplah mengelola secara prudent. Prudent itu bisa dikatakan hati-hati, memang hati-hati konotasinya kurang dinamis, kurang cepat, saya gunakan istilah prudent saja tapi makro ekonomi itu must be managed, secara prudent tadi, kalau tidak risk-nya amat tinggi.

 

Contoh, banyak sekali yang terjadi banyak negara di dunia. Pekerja keras untuk meningkatkan ekonomi sekarang ini juga harus kita laksanakan ada atau tidak ada gejolak. Jangan begitu ada gejolak baru bingung, kita kerja siang malam, lembur, tetapi ketika keadaan normal kita kurang gigih, kurang giat untuk bekerja. Dan sekali lagi, yang kita tuju is not only growth. Kalau satu rezim pemerintahan hanya menjadikan growth menjadikan satu-satunya indikator keberhasilan, dan ketika growth itu runtuh, maka seolah-olah tidak berhasilah pemerintahan itu. Oleh karena itu, saya ingatkan berkali-kali pertumbuhan sangat-sangat penting. Tetapi yang kita tuju bukan hanya pertumbuhan. Kita juga ingin ada stabilitas harga, kita juga ingin ada employment creation, kita juga ingin ada poverty reduction yang kita jalankan secara terus-menerus, dan last but not least menghadapi ekonomi yang terus bergejolak sekarang ini, marilah kita siap dengan yang disebut contingency plan if something happens yang tidak pernah kita duga, kita tidak terdadak, lantas tidak siap, dan kemudian respon kita keliru. Tetapi contingency plan itu insya Allah, kalau ada apa-apa, paling tidak kita bisa mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah itu.

 

Saudara-saudara,

 

Itu empat hal potret saya, tapi tidak akan saya sampaikan semuanya, yang saya ingin garisbawahi hanya yang terakhir, bagaimana kita mengelola perekonomian sekarang ini, akhir tahun 2013 ini, dan tahun 2014 mendatang? Dan ini tentu cocok dengan tema yang dipilih oleh forum ini, perhelatan politik dan momentum menjaga pertumbuhan ekonomi kita.

 

Saudara-saudara,

 

Dari topik yang saya pilih ini ada empat, saya pilih yang satu saja, menjaga pertumbuhan ekonomi di tahun pemilu katakanlah begitu, saya akan ajukan untuk kita jawab bersama-sama empat pertanyaan kunci, key questions. Yang pertama ada apa dengan ekonomi kita dan ekonomi dunia sekarang ini? Saya sering mengikuti pembicaraan di media cetak, elektronik, maupun social media. Banyak yang sangat memahami, banyak yang kurang memahami bahwa ekonomi kita sekarang sedang mengalami tekanan atau gejolak, sebagian mengatakan everything is find, it is not.

 

Yang kedua seberapa besar tekanan dan gejolak ekonomi yang kita alami? Mari kita jawab nanti. Yang ketiga, lantas apa yang kita lakukan agar pertumbuhan ekonomi kita tetap terjaga? Ini penting. Dan yang terakhir, masuk ke ranah politik, pemilu. Apa yang kita harapkan bahwa meskipun politik kita akan memanas karena pemilu, agar ekonomi kita tetap tumbuh, agar pertumbuhan itu terjaga? Empat pertanyaan sederhana inilah yang secara ringkas hendak saya sampaikan ke pandangan saya ke hadapan forum yang sangat mulia ini.

 

Pertanyaan pertama, ada apa dengan ekonomi Indonesia dan ekonomi dunia sekarang ini? Saya ingin membagikan apa yang kami bicarakan di forum G-20, di Saint Petersburg beberapa bulan yang lalu, APEC beberapa saat yang lalu, East Asia Summit, dan ASEAN Summit setelah APEC yang dilaksanakan di Brunei.

 

Pertumbuhan Global melambat. IMF sudah merevisi yang tadinya diperkirakan tumbuh 3,3% itu direvisi hanya tumbuh 2,9%. Memang sejumlah negara maju utamanya Jepang dan Amerika mulai menggeliat ekonominya, tapi pertumbuhannya tetap di bawah 4%, negara maju yang lain sedang struggling untuk naik 0 koma sekian, 0 koma sekian, menjadi, apa namanya lebih tinggi lagi. Negara BRICS, Brazil, Rusia, India, China, and South Korea, itu mengalami pertumbuhan yang melambat, termasuk emerging markets, di dalamnya Indonesia.

 

Kemudian satu lagi yang saya harus sampaikan, tanpa kita harus terlalu khawatir, tetapi kalau kita tidak kelola dengan baik dampaknya akan cukup signifikan bagi perekonomian kita sebagaimana perekonomian negara-negara emerging markets. Kalau Amerika Serikat mengambil keputusan untuk menghentikan kebijakan quantitative easing yang disebut dengan tappering off, maka akan terjadi tekanan yang luar biasa, kembalikan dolar menuju ke negara Paman Sam. Rupiah akan melemah, modal juga balik kanan, sehingga menguras saham kita, dan sejumlah tekanan-tekanan yang akan kita hadapi. Itulah yang, yang terjadi pada tingkat dunia.

 

Nah, untuk Indonesia saya lebih mudah untuk menyampaikan The Strength and Good News, kekuatan kita, potensi kita, serta good news. Pertama, sungguhpun pertumbuhan kita melambat, tetapi pertumbuhan kita masih di atas 5 %. Perkiraan saya kalau tahun lalu 6%, kemarin 6,2%, kuartal pertama 6%, kuartal kedua 5,8%, kuartal ketiga baru saja diumumkan 5,6%. Andaikata, sejelek-jeleknya kuartal keempat nanti 5% begitu Menteri Keuangan, begitu Gubernur BI, maka Insya Allah pertumbuhan kita masih pada 5,7 antara 5,6-5,8 hopefully dengan kerja keras kita. Fitch masih menetapkan Invesment Grade untuk Indonesia dengan outlook yang stable. Employment kita relatif terjaga, ada kenaikan sedikit 0,3% kemarin, tetapi dibandingkan dengan negara-negara yang lain masih relatif oke.

 

Satu hal yang perlu kita syukuri konsumsi rumah tangga, Household Consumption itu tinggi, di atas 5%, ini menunjukkan daya beli masih terjaga jangan sampai terganggu. Investasi kita masih kuat, defisit APBN kita jaga, tahun lalu 2,4%, Insya Allah tahun depan kita jaga 1,6%. Debt to the GDP ratio, hutang terhadap GDP tetap pada angka yang aman dan baik, itu good news, itu our strength. Nah, sekarang apa weakness kita, kelemahan kita, dan bad news-nya rupiah melemah. Saya duga kita akan memiliki new equilibrium, normal baru, berapa? ya biar kita lihat nanti yang pas untuk keseluruhan ekonomi kita. Harga saham melemah, ini juga bad news. Defisit neraca berjalan relatif tinggi, meskipun ada sedikit pembaikan, sebelumnya sampai pada angka US$ 9,8 billion. Belum lama ini kuartal berikutnya susut menjadi US$ 8,4 billion. Sesuatu yang riil tetapi tetap belum aman, harus kita usahakan lagi.

 

Perdagangan kita juga mengalami defisit. Kita sudah keluarkan policy untuk mengurangi impor, mendorong ekspor dengan sejumlah insentif dan fiskal policy. Dan yang paling mengkhawatirkan ini bad news yang riil apabila FRD atau federal research of the United States, itu mengambil keputusan katakanlah bulan mendatang atau dua bulan lagi tappering off itu diberlakukan. Saya mengikuti, setiap malam saya mengikuti dinamika yang ada di New York dengan pimpinan FRD yang baru. Mudah-mudahan kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik sebelum keputusan itu diambil oleh yang punya kuasa terhadap dolar di seluruh dunia ini.

 

Kesimpulannya, kesimpulan dari situasi ekonomi kita dan dunia: Ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun depan tidak mudah. Saya lebih baik seperti itu dari pada suka mengalirkan angin surga, tidak mudah dan kita harus mengelolanya dengan serius. Itu jawaban pertanyaan pertama tadi. Pertanyaan kedua, seberapa besar tekanan dan gejolak ekonomi kita? Ya, saya katakan growth kita akan melambat. Sure, unemployment saya katakan tadi sedikit naik, rupiah akan menemukan equilibrium-nya yang baru. Memang kalau hukum ekonomi berjalan normal tidak ada itu quantitative easing. Nah, kita menikmati selama 4 tahun. Nah, setelah akan dihentikan baru terasa bahwa kita harus kembali kepada normal situation ketika semuanya berjalan dengan hukum-hukum ekonomi.

 

Ekspor masih tertekan, mengapa? Meskipun Jepang dan Amerika sudah menggeliat, Eropa juga, tapi tekanan yang luar biasa atas jatuhya import dari, atau oleh, import oleh India dan Tiongkok. Dua negara raksasa, importnya menurun otomatis eksport kita juga mengalami tekanan yang besar. Bunga BI dinaikkan, tentu dengan tujuan agar stabilitas keuangan dan inflasi bisa dijaga, termasuk nilai tukar tetapi tentu ada cost untuk pertumbuhan ekonomi. Inilah yang harus kita kelola dengan sebaik-baiknya. Bad news itu tadi sekali lagi, akan menjadi lebih besar apabila tappering off itu dijalankan dalam waktu dekat. Itu yang kedua seberapa besar tekanan gejolak yang kita hadapi.

 

Ketiga, pertanyaannya kemudian, ini sangat penting, apa yang harus kita lakukan akan pertumbuhan tetap terjaga? Saya juga tidak ingin berteori-teori dan tidak ingin menyampaikan panjang lebar apa yang mesti kita lakukan, Saudara sudah tahu semua, tetapi saya harus  mengatakan untuk menjaga pertumbuhan, ada pekerjaan luar biasa yang harus kita lakukan dari sisi ekonomi. Tetapi yang kedua juga ada pekerjaan rumah kita untuk menjaga di luar wilayah ekonomi yang punya dampak terhadap ekonomi kita.

 

Sekarang yang ekonomi dulu. Topiknya bagaimana menjaga pertumbuhan? Saudara tahu, melihat pertumbahan itu dari berbagai sisi. Dari sisi permintaan, demandside economy, ekonomi akan tumbuh kalau konsumsi rumah tangga terjaga. Alhamdulillah baik, tapi jangan sampai mundur, yang miskin kita bantu, yang menengah kita dorong tetap bisa membeli. Yang kedua investasi, yang alhamdulillah oke, yang ketiga Government spending sebenarnya oke, tetapi sering ada hambatan implementasinya.

 

Nah, yang keempat netto ekspor-impor ini tidak oke. Sehingga kalau kita ingin jaga antara 5,6 sampai 5,8 jaga konsumsi rumah tangga, jaga investasi, jaga government spending, untuk meng-offsite, menutup kekurangan dari netto ekspor dan impor kita. Pertumbuhan dilihat dari sektor riil. Ingat ini saya bacakan saja catatan saya, kita tuh punya sekita 9 unggulan sektor riil dan jasa. Saya sebutkan berapa konstribusinya, pertanian, peternakan kehutanan, perikanan 14,4 % harus kita jaga. Pertambangan dan penggalian 11% koma sekian, industri pengolahan tinggi 23,94, ini harus kita jaga, listrik gas dan air bersih 0,79, konstruksi 10%, perdagangan, hotel, dan restoran 13% bagus, saya lihat tidak ada tanda-tanda penurunan, pengangkutan dan komunikasi 6 koma sekian%, keuangan real estat dan jasa perusahaan 7 sekian %, jasa-jasa yang lain 10%, this is real economy, bukan hanya moneternya, tapi kalau ini bisa kita jaga di seluruh Indonesia, saya yakin sasaran menjaga antara 5,6 sampai 5,8 itu bisa kita capai.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau dilihat dari sisi penawaran supplay site economy yang kita perlukan memang situasi moneter yang baik, Pak Agus Marto Wardoyo, infrastruktur yang lebih banyak lagi saya mengundang private sectors to join us in development more infrastructures, kemudian satu lagi kalau ingin melihat ekonomi secara utuh in the long run, menuju 2030, menuju 2045 yang bisa mengangkat ekonomi itu dari segi productions, yaitu ya kalau kita punya capital yang bagus, punya labour yang produktif, punya natural resources yang dikelola dengan baik, punya technology inovation yang makin baik, dan kemudian interpreneurship. Kita sudah tahu semua, dan ini tugas setiap presiden sampai kapan pun, barangkali menuju 100 tahun Indonesia merdeka. Itulah faktor-faktor ekonomi yang bulan demi bulan harus kita jaga denga baik, for now sampai dengan akhir tahun depan.

 

Nah, yang non-ekonomi, bagaimanapun kita memerlukan political stability, stabilitas politik. Hampir pasti suhu politik akan memanas, namanya pemilu, tetapi jangan melebihi kepatutannya, dan kita bisa. Tahun 1999 bisa, tahun 2004 bisa, tahun 2009 bisa, insya Allah tahun 2014 juga bisa. Kantibmas, public order, jangan, tahun 2012 buruk sekali, luar biasa benturan dulu, konflik di mana-mana, agama, suku, daerah. Tahun ini better,  jauh membaik, mudah-mudahan tahun depan kita cegah untuk memburuk, karena kalau politik sudah tidak stabil, keadaan sosialnya carut-marut, itu tekanan akan besar.

 

Yang kita perlukan adalah yang non-pemerintah sinergi antara pemerintah dengan parlemen. Di sini banyak anggota DPR, saya kira kita satu perahu kalau sudah untuk merah putih mesti jadi partisan kita. Kemudian sinergi pemerintah pusat dan daerah, ini saling salah-menyalahkan, memang ada kekurangan di pusat, di daerah juga tidak sedikit kekurangannya, kita beresilah. Saya tinggal 11 bulan, saya serahkan kepada pengganti saya, dilanjutkan pemberesannya. Dengan demikian, pusat dengan daerah cuma menjadi bagian dari solusi. Sinergi dunia usaha baik BUMN, maupun swasta dengan pemerintah, dan jangan diabaikan kerja sama internasional, kerja sama yang saling menguntungkan, kerja sama yang membawa benefit real. Itu yang ketiga. Potret.

 

Yang keempat atau yang terakhir, ini yang penting barangkali adalah bagaimana dengan pemilu dan Pilpres 2014 mendatang, maksud saya implikasinya terhadap ekonomi kita, utamanya menjaga pertumbuhan. Nah, kalau jawaban dari ini yang paling mudah, paling mudah, silakan didiskusikan nanti. Saya tahu para top politicians dan kandidat presiden juga ada di sini, saya tidak ingin menggurui, tidak patut dan tidak pantas, dan tidak boleh, saya serahkan penuh nanti, tapi saya yakin dengan tiga hal yang saya sampaikan tadi one two three, saya kira kebuka jalanlah bagaimana kira-kira yang keempat ini dibicarakan.

 

Hanya itu yang bisa saya sampaikan, tapi saya punya keyakinan, Bapak-Ibu, negara kita ini beberapa kali diramalkan akan jatuh, bubar, collapse, dan hilang dari peta politik dunia. Dengan pertolongan Allah SWT, dengan kebersamaan kita seluruh rakyat Indonesia, setiap tantangan yang berat itu bisa kita atasi, this is our spirit, this is spirit yang harus kita jaga, I trust you all. Rekan-rekan, penerus pemerintahan ini pengganti saya dan semua yang pernah bertugas di negeri ini mulai dari Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Ibu Megawati, dan saya sendiri akan bisa mengatasi tantangan sejarahnya masing-masing. Saya  mendoakan yang terbaik bagi Rekan-rekan semuanya untuk masa depan yang lebih bagus.

 

Sekian, terima kasih.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI