Sambutan Presiden RI Pd Peninjauan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, tgl 29 Okt 2013, Sumbar

 
bagikan berita ke :

Selasa, 29 Oktober 2013
Di baca 688 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PENINJAUAN KE PERPUSTAKAAN PROKLAMATOR BUNG HATTA

BUKITTINGGI, SUMATERA BARAT

TANGGAL 29 OKTOBER 2013

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua.

 

Yang saya hormati Ibu Meutia Hatta beserta Keluarga Besar Proklamator yang sangat kita cintai, Bung Hatta,

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Alhamdulillaah kita dapat kembali berkunjung ke rumah yang teduh ini, Perpustakaan Proklamator Bung Hatta. Semoga kehadiran kita di tempat ini membawa berkah seraya mengenang jasa, pengabdian, dan pengorbanan putra terbaik bangsa kita, Bung Hatta.

 

Di berbagai kesempatan sering saya sampaikan, kalau ingin mengenang perjuangan di negeri tercinta ini, dari segi yang banyak tokoh yang jasanya luar biasa memerdekakan negeri ini, dan setelah negeri kita merdeka, menjaga kelangsungan hidupnya, ada tiga paling tidak, pertama adalah Bung Karno, kedua Bung Hatta, dan yang ketiga Panglima Besar Soedirman.

 

Perihal idealisme, pengorbanan, dan perjuangan yang luar biasa dari Bung Karno dan Bung Hatta, kita telah mengetahuinya. Yang barangkali sering dilupakan bahwa ketika Bung Karno dan Bung Hatta berjuang dengan sangat keras untuk memerdekakan negeri ini, perjuangan politik yang tiada tara di tingkat dunia dan di tingkat nasional. Panglima Soedirman mengimbangi dengan pergerakan militer, melakukan perjuangan, dan ketika Indonesia dalam keadaan yang sangat kritis waktu itu, dunia mengatakan, Indonesia sudah selesai, finish, maka gerilya yang dilaksanakan oleh TNI pada zamannya dulu, dipimpin oleh Panglima Soedirman, akhirnya membukakan mata dan telinga bangsa-bangsa sedunia bahwa bangsa Indonesia masih eksis.

 

Dengan demikian secara pribadi, saya harus menyebut tiga nama besar, Bung Karno, Bung Hatta, dan Panglima Soedirman. Oleh karena itu, untuk mengucapkan terima kasih untuk memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya, dan mengenang ketika keputusan ini sepatutnya kita bukan hanya pendidikan dan mengembangkan center ini sebagai perpustakaan, tapi tentu lebih dari itu agar idealisme dan nilai-nilai perjuangan dari Bung Karno, Bung Hatta, dan Panglima Soedirman terus kita kembangkan.

 

Saya sudah berkungjung ke Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Saya sudah berkunjung dan ikut mendirikan monumen perjuangan Panglima Soedirman, di Desa Nawangan, Pakis, Pacitan. Dan alhamdulillaah di samping meresmikan perpustakaan ini, saya bisa berkunjung kembali ke tempat yang paling bersejarah di Kota Bukittinggi yang indah ini.

 

Bapak-Ibu, Hadirin yang saya hormati,

 

Kalau kita rajin membaca pandangan para pendahulu dan pendiri republik, para founding fathers, bacalah misalnya sidang-sidang yang menentukan pada bulan Juni, Juli, dan Agustus sebelum Indonesia merdeka. Bacalah pandangan Bung Karno, pandangan Bung Hatta, pandangan Profesor Yamin, pandangan Sutomo, pandangan para tokoh waktu itu, pasti kita menemukan pikiran emas dari para founding fathers itu. Kalau saya melihat secara khusus, pikiran besar Bung Karno dan Bung Hatta itu saling melengkapi.

 

Bung Karno memiliki pikiran Indonesia yang diperjuangkan dengan susah payah ini, yang majemuk, yang beragam, dan syarat dengan konflik-konflik kedaerahan, maka negara itu harus kuat. Bung Karno menggarisbawahi pentingnya kebangsaan, nasionalisme. Tetapi, Bung Hatta kuat dengan pemikirannya, negara memang kuat tapi rakyat juga harus berdaulat. Itulah cikal-bakal demokrasi, itulah cikal-bakal munculnya filosof tentang hak-hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar kita. Tolong dibaca naskah yang dikeluarkan Sekretariat Negara, sidang-sidang BPUPKI, baca, kaitkan dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah empat kali mengalami perubahan.

 

Kita bersyukur pikiran besar paling tidak pendahulu kita Bung Karno dan Bung Hatta terwadahi dalam satu harmoni, dalam satu keutuhan, karena saya yang sekarang mengemban tugas masuk tahun ke-10, tahun terakhir dari masa bhakti saya dua-duanya kita perlukan. Negara yang kuat tetapi juga rakyat yang berdaulat. Pentingnya politik, politik kebangsaan, tapi juga pentingnya demokrasi dan ekonomi yang menunjukkan kedaulatan rakyat. Ini mutiara, ini kekuatan yang luar biasa. Oleh karena itu, wajib hukumnya bagi kita semua untuk terus melestarikan, mengembangkan, memedomani, menjadikannya inspirasi pikiran-pikiran besar dari pendiri republik, utamanya yang saya sampaikan tadi, Bung Karno dan Bung Hatta.

 

Bapak-ibu sekalian yang saya hormati,

 

Saya hanya ingin menyampaikan bahwa buku itu tetap penting, perpustakaan sebagai rumahnya buku juga penting. Sekarang memang kita hidup dalam era digital, dalam era informasi, dalam era media sosial, internet, facebook, twitter, youtube, dan sebagainya. Tapi ada bedanya, kalau kita masuk dalam dunia sosial media sekarang ini, itu sama dengan kita memerlukan daily information, ibaratnya facebook. Kita ingin santapan yang cocok dengan era globalisasi. Itulah, kita bisa mengakses kapan pun teknologi informasi baru ini. Tetapi, dalam dirinya karena cepat berputar menjadi bagian dari keseharian kita, kita tidak bisa mendapatkan inspirasi dari news, dari information yang bergerak dengan cepat setiap harinya. Tapi membaca buku, kita baca, kita camkan, kita dapatkan jiwa, semangat, dan pesan-pesan yang dimunculkan dalam buku itu, maka kita mendapatkan inspirasi.

Buku akan melahirkan buku, kalau information itu sebutlah, ya information, paling-paling masuk ke knowledge. Tapi kalau buku, itu bisa melahirkan pikiran besar, menginspirasi. Saya terlahir di kota kecil, Pacitan. Kota yang terisolasi, kota yang terbelakang, yang tandus, yang kering kerontang, dan sebagainya. Apalagi era saya, tapi sejak SD saya membaca buku, SMP apalagi, saya menulis baik puisi ataupun tulisan-tulisan yang lain, maka sejak awal saya sudah menjadi bagian dari reading society.

 

Kalau kita mulai, kita mengintegrasikan diri kita menjadi reading society dalam arti yang luas, kita akan masuk tahap berikutnya lagi, learning society. Kalau kita lurus dan kita mendapatkan banyak hal dari learning society, maka kita akan menjadi bagian dari advance society, masyarakat yang maju, manusia yang maju. Oleh karena itu, pesan saya kepada anak bangsa, generasi muda, silakan hidup dalam dunia yang baru, digital world, world. Tapi ingat bahwa itu sendiri belum cukup, dan tetaplah kemajuan teknologi digunakan dengan penuh keadaban. Bukan untuk merusak, tapi untuk membangun. Bukan untuk mengadu domba, membangun permusuhan, tapi untuk membangun kasih sayang, kebanggaan, dan tindakan-tindakan yang konstruktif, itu harapan saya. Tapi sekali lagi, buku itu sangat-sangat penting. Saya yang masih aktif sekarang ini juga terus mengembangkan kepustakaan, sehingga suatu saat jika bisa ikut berkontribusi bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

Saya merespons apa yang disampaikan oleh Ibu Ketua Perpustakaan Nasional tadi, dan saya setujui. Mensesneg segera disampaikan ke Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi agar pimpinan dari perpustakaan ini memiliki eselon II/b sama dengan yang, apa namanya, ditentukan untuk perpustakaan Proklamator Bung Karno. Pegawai tentu harus cukup. Saya kira meskipun tentu ada planning, ada tahapan. Khusus untuk perpustakaan Bung Karno dan Bung Hatta tentu harus dipenuhi, karena itu juga untuk mampu menggerakkan ini semua.

 

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,

 

Eranya sudah tiba sekarang ini, bangsa ini harus bergerak ke depan, semakin maju untuk menjadi bangsa yang tentu makin adil, makin sejahtera dalam kedamaian, dalam keamanan, dalam persatuan, tapi jangan kita juga meninggalkan pikiran-pikiran besar yang muncul di bumi Indonesia ini. Tentu saya harus secara khusus menyebut bahwa pikiran-pikiran Bung Hatta masih tetap hidup, masih relevan, dan bisa kita jadikan sumber inspirasi dan pengembangan banyak hal di negeri tercinta ini.

 

Itu yang ingin saya sampaikan. Dengan saya nanti beserta Ibu Negara, beserta istri ingin membawa oleh-oleh, juga menyumbangkan buku. Nanti akan saya jelaskan, tapi saya dapat informasi, telepon intelijen, katanya saya mau dikasih Kartu Tanda Anggota, sehingga setiap saat bisa datang meninjau perpustakaan ini. Istri bisa mendampingi.

(Presiden menerima Kartu Tanda Keanggotaan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta).

 

Sebagai respect, rasa hormat kami kepada Bung Hatta, proklamator, kami juga menyumbangkan buku-buku yang saya bawa hari ini 135 buku. 35 judul di antaranya secara simbolis tertutup. Saya serahkan buku yang berjudul "Energi Positif". Saya kira cocok dengan pikiran Bung Hatta, bangsa ini harus punya energi yang positif, dan bukan energi negatif. Virusnya harus positif, tentu juga bukan virus yang merusak. Kemudian satu lagi simbolis adalah "Transforming Indonesia", ini kumpulan pidato saya di berbagai forum di luar negeri, Indonesia is a nation in transition, a big reformation. Mudah-mudahan bisa melengkapi, tentu ini tetap memiliki benang merah dengan pikiran para pendahulu, saya harus bisa serahkan.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI