Sambutan Presiden RI Pd Perayaan Natal Bersama TK Nasional di JCC, tgl 27 Des 2013

 
bagikan berita ke :

Jumat, 27 Desember 2013
Di baca 843 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERAYAAN NATAL BERSAMA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2013

DI JAKARTA CONVENTION CENTER

TANGGAL 27 DESEMBER 2013

 


Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia, dan

Segenap Tamu Undangan yang saya muliakan,

Segenap umat Kristiani di seluruh Tanah Air yang berbahagia,

 

Syalom,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Marilah sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya, malam ini kita dapat kembali menghadiri Perayaan Natal Bersama Tingkat Nasional Tahun 2013. Saya ingin menggunakan kesempatan yang membahagiakan ini untuk menyampaikan selamat dan salam bahagia kepada umat Kristiani di seluruh pelosok Tanah Air dengan harapan mudah-mudahan perayaan Natal tahun ini benar-benar membawa kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan bagi umat Kristiani.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Kita bersyukur, rangkaian perayaan Natal tahun ini yang diselenggarakan di berbagai tempat di Tanah Air, dapat berlangsung dalam suasana yang aman dan damai. Untuk diketahui, sejak sembilan tahun yang lalu, menjelang dan selama perayaan Natal berlangsung di seluruh Indonesia, secara pribadi saya memantau pelaksanaannya, jam demi jam, untuk memastikan bahwa rencana pengamanan dan pelayanan Natal dapat dilaksanakan dengan baik sehingga perayaan penting itu dapat berjalan dengan aman, tertib, dan damai.

 

Kita selalu ingin makin ke depan, makin tercipta suasana kehidupan antar-umat beragama yang rukun dan damai serta saling menghormati dan saling menghargai. Kita menyadari pula bahwa bangsa kita adalah bangsa yang majemuk, bangsa yang memiliki keragaman agama, suku, etnis, daerah asal, serta bahasa dan budaya lokal. Tidak ada cara lain untuk menghadapi kemajemukan itu, kecuali kita membangun kebersamaan, saling hormat-menghormati, serta saling menghargai perbedaan masing-masing.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Melalui perayaan Natal ini, semoga Saudara-saudara umat Kristiani dapat memperbaharui semangat pengharapan di hati masing-masing, mampu merefleksikan kasih Tuhan dalam kehidupan sehari-hari serta mampu membangun semangat kebersamaan dan toleransi di antara pemeluk agama yang berbeda.

 

Natal juga harus disikapi sebagai upaya memotivasi pembaharuan iman, cinta kasih, kesederhanaan, dan solidaritas sebagai cerminan kepatuhan. Semangat ini hendaknya dapat diabdikan bukan hanya untuk umat Kristiani saja, tetapi lebih jauh, untuk bangsa Indonesia dan juga untuk umat manusia sedunia.

 

Sama dengan situasi lima tahun yang lalu, perayaan Natal kali ini kita selenggarakan di tengah gejolak perekonomian global. Ini adalah ujian baru bagi perekonomian kita dalam menyikapi gejolak ini, kita tidak perlu cemas dan takut. Kita harus tetap optimis, kita harus yakin dan percaya bahwa kita tidak akan terseret jauh dalam pusaran kirisis-krisis global jika kita sungguh-sungguh menjaga persatuan, melangkah bersama, mengembangkan segenap potensi yang kita miliki, dan bekerja lebih keras lagi.

 

Pemerintah dengan gigih, bersama komponen-komponen bangsa yang lain, telah dan terus berupaya mengatasi gejolak baru perekonomian ini. Berbagai keputusan, kebijakan, dan aksi yang cepat dan tepat telah dilaksanakan pemerintah untuk tetap menjaga pertumbuhan positif dari perekonomian kita.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Segenap umat Kristiani yang saya cintai,

 

Pada kesempatan yang baik ini, tahun kesepuluh saya menghadiri perayaan Natal Nasional, kecuali tahun 2004, karena saya menghadiri perayaan Natal di Jayapura, Papua, saya ingin mengedepankan satu topik penting yang patut kita jadikan refleksi sekaligus sebuah tekad besar untuk mengubah jalannya sejarah. Topik dan agenda besar kebangsaan yang penting ini adalah jalan menjadi bangsa yang rukun, damai, dan bersatu.

 

Secara pribadi saya kerap bertanya kepada diri sendiri, saya yakin ini menjadi pula pertanyaan banyak pihak di negeri kita. Pertanyaan yang tulus dan jujur itu adalah bisakah bangsa Indonesia hidup semakin rukun dan damai? Bisakah pula dunia, tempat kita hidup dan tinggal ini, juga makin aman, makin damai, dan makin sejahtera?

 

Tentu diperlukan dialog dan diskusi yang panjang untuk menjawab kedua pertanyaan penting itu. Oleh karena itu, izinkanlah saya, di malam yang penuh dengan sukacita ini, menyampaikan keyakinan dan kesimpulan dini saya bahwa selalu ada jalan untuk melakukan perubahan besar. Dengan syarat, perubahan itu harus diniatkan, diperjuangkan, dan dijalankan dengan sekuat tenaga. Perubahan ke arah yang lebih baik, tidak akan datang dari langit, juga bukanlah perjalanan yang lunak dan mudah.

 

Sekian abad yang lalu, Eropa terpecah dan selalu terlibat dalam peperangan satu sama lain. Boleh dikata, perdamaian tidak pernah hadir di kawasan itu. Kini, Eropa menjadi wilayah yang damai, stabil, dan maju. Bahkan beberapa saat yang lalu, Uni Eropa menerima hadiah nobel perdamaian.

 

Kawasan kita sendiri, Asia Tenggara, sekian puluh tahun yang lalu juga merupakan kawasan yang sarat dengan konflik dan peperangan. Kini kawasan kita begitu stabilnya, dengan ASEAN sebagai penyangga dan penjaganya. Asia Tenggara bukan hanya menjadi kawasan yang stabil, tertib, dan aman, tetapi juga menjadi wilayah yang maju secara ekonomi. Kini tidak ada perang antar-negara dan setiap konflik dapat diselesaikan secara damai.

 

Di negeri sendiri, dulu tidak ada yang percaya bahwa konflik bersenjata dan berdarah yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun di Aceh, akhirnya bisa kita akhiri. Demikian juga, konflik komunal yang 10 sampai 15 tahun yang lalu, berlangsung dengan sengitnya di Ambon dan di Poso, juga dapat diakhiri. Meskipun reintegrasi pascakonflik dan rekonsiliasi masih terus kita lakukan, keadaan di daerah-daerah itu, boleh dikata, hampir sepenuhnya pulih. Daerah-daerah itu telah memasuki era baru dengan penuh harapan dan cita-cita.

 

Dari semua yang saya ceritakan ini, kesimpulannya adalah Tuhan selalu memberi peluang dan kesempatan kepada umat manusia dan juga bangsa-bangsa di dunia untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Saya pribadi, saya pribadi memiliki keyakinan bahwa Indonesia dengan izin dan pertolongan tuhan, dengan tekad dan upaya besar kita semua, juga bisa berubah. Jika kita sungguh serius untuk berjuang dan bekerja keras bersama, di masa depan, Indonesia akan menjadi bangsa yang benar-benar bersatu, rukun, dan damai. Dan dengan persatuan, kerukunan, dan kebersamaan itu, di abad ke-21 ini, Indonesia akan menjadi negara yang maju, adil, dan sejahtera. Itulah cita-cita luhur kita, itulah agenda besar kita.

 

Berkaitan dengan topik yang amat penting ini, yaitu, menjadi bangsa yang rukun dan damai, saya ingin menyampaikan tiga hal besar yang harus kita pedomani, kita niatkan, dan kita kerjakan secara bersama.

 

Pertama, bangsa kita harus memperkuat kesadaran, kehendak, dan niat baik untuk benar-benar membangun kehidupan bersama yang rukun dan damai. Semuanya ini mesti kita bangun sejak anak-anak, di masa balita, berlanjut pada masa pendidikan, dan kemudian kita pelihara dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

 

Para orang tua, para guru, dan para pemuka agama memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar. Pemuka agama berkewajiban untuk menaburkan dan menyuburkan nilai dan semangat untuk hidup rukun dan damai di kalangan umatnya masing-masing. Jangan biarkan pikiran radikal dan ekstrim tumbuh dan berkembang di negeri ini. Secara moral dan sosial, semua pemimpin di seluruh Tanah Air wajib mencegah dan menolak sikap dan perilaku ekstrim dan radikal tadi. Jangan hanya menggantungkan kepada tindakan negara untuk mengatasi setiap gangguan terhadap toleransi dan kerukunan hidup masyarakat kita. Kebersamaan dan kerja sama antara negara dan rakyat serta antara pemerintah dan masyarakat, sangat penting. Pencegahan selalu lebih baik daripada penindakan.

 

Kedua, mewujudkan kerukunan dan kedamaian adalah tugas sepanjang masa, terus-menerus dengan tekun dan sabar harus terus kita upayakan, not to be taken for granted. Bangsa kita amat majemuk sehingga memperkuat toleransi dan harmoni menjadi tugas bangsa yang tidak akan pernah berakhir. Kemajemukan, bagaimanapun, senantiasa sarat dengan akar konflik dan perbedaan.

 

Oleh karena itu, bangsa yang majemuk haruslah mengembangkan sikap saling memberi dan menerima dan harus pula suka membangun konsensus dan kesepakatan. Sikap tenggang rasa dan hormat-menghormati mesti senantiasa diperkuat. Para pemuka agama mesti berada di depan untuk menjadi dan memberi contoh. Para pemimpin, utamanya pemimpin umat beragama, diharapkan terus memberi bimbingan dan edukasi, bukan hasutan dan provokasi.

 

Pemerintah dan negara tentu memberikan dukungan secara penuh. Mari kita gunakan hati dan pikiran kita, bukan emosi dan kekerasan. Dan sekali lagi, janganlah hanya menggantungkan kepada negara untuk mengatasi gangguan terhadap toleransi dan harmoni ini. Pada prinsipnya, negara akan melakukan intervensi jika tidak ada cara lain dan manakala pencegahan gagal dilaksanakan. Pemeliharaan keamanan dan penegakan hukum adalah jalan terakhir jika cara-cara yang persuasif tidak dapat kita lakukan.

 

Dan yang ketiga, marilah mulai hari ini kita gelorakan semangat dan keyakinan bahwa kita bisa, Indonesia bisa, negara kita bisa berubah dan bisa melakukan perubahan ke arah yang jauh lebih baik. Meskipun masih banyak menghadapi tantangan dan permasalahan, sembilan tahun terakhir ini, negeri kita telah pula menghasilkan banyak capaian dan prestasi; politik kita menjadi lebih stabil, ekonomi bergerak, konflik di Aceh, Poso, dan Ambon bisa kita akhiri, residu konflik dengan Timor-Leste bisa kita selesaikan, hutang IMF dapat kita lunasi, dan embargo militer dapat kita sudahi, dan peran internasional di tingkat kawasan dan global yang kita lakukan juga semakin meningkat.

 

Inilah modal kita, keyakinan kita, jika bangsa Indonesia sungguh berkehendak dan bekerja keras bersama, mimpi indah akan hadirnya kerukunan, toleransi, dan kedamaian sejati insya Allah dapat dihadirkan. Marilah tujuan mulia ini kita jadikan agenda kebangsaan kita sehingga pada tahun 2045 mendatang, 100 tahun kemerdekaan kita, bangsa Indonesia benar-benar menjadi bangsa yang maju, sejahtera, rukun, dan damai.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Umat Kristiani di seluruh Tanah Air yang berbahagia,

 

Insya Allah ini adalah perayaan Natal Nasional terakhir yang saya hadiri sebagai Presiden Republik Indonesia. Meskipun nanti saya akan menjadi warga negara biasa, tetapi komitmen saya tetap kuat untuk ikut memperjuangkan terwujudnya Indonesia yang semakin toleran, rukun, dan damai serta bebas dari diskriminasi. Saya punya keyakinan, Presiden kita yang baru nanti juga memiliki hati dan komitmen yang sama.

 

Pada saatnya, mari bersama-sama kita dukung pemimpin kita mendatang untuk mewujudkan Indonesia yang lebih damai, lebih adil, dan lebih sejahtera. Demikianlah pesan, harapan, dan ajakan saya pada kesempatan yang membahagiakan ini untuk kita laksanakan bersama.

 

Kepada umat Kristiani di seluruh pelosok Tanah Air, pada kesempatan yang baik ini, sekali lagi, saya ucapkan Selamat Natal dan selamat Menyongsong Tahun Baru 2014. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kasih sayang-Nya kepada kita semua dalam membangun hari esok yang lebih cerah dan lebih baik.

Sekian, terima kasih.

 

Syalom.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI