Sambutan Presiden RI pd Peresmian Kongres ke-2 Diaspora Indonesia , tgl. 19 Agt 2013, di JCC

 
bagikan berita ke :

Senin, 19 Agustus 2013
Di baca 1322 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERESMIAN KONGRES KEDUA DIASPORA INDONESIA

DI JAKARTA CONVENTION CENTER

TANGGAL 19 AGUSTUS 2013

 



Sebelum saya menyampaikan sambutan, terus terang saya terharu, mendengarkan apa yang disampaikan tadi, satu demi satu, karena itu merupakan ekspresi dari hati, kecintaan, dan rasa persaudaraan di antara kita semua, terima kasih.


Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati, para Menteri dan Anggota Kabinet Indonesia Bersatu,

Yang saya hormati, para Menteri dari Negara-negara Sahabat,

Yang Mulia, para Duta Besar Negara-negara Sahabat untuk Indonesia,

Yang Mulia, para Duta Besar Indonesia untuk Negara-negara Sahabat,

Para Peserta Kongres Diaspora Indonesia Kedua yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Salam Diaspora,

 

Pertama-tama, atas nama Pemerintah dan rakyat Indonesia, saya mengucapkan selamat datang di Jakarta kepada para Peserta Kongres Diaspora Indonesia yang kedua. Kepada yang beragama Islam, saya juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan Selamat Idul Fitri, Minal Aidin wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin.

 

Tahun lalu Saudara-saudara menyalakan api sejarah dengan menyelenggarakan Kongres Diaspora Indonesia yang pertama di Los Angeles, Amerika Serikat. Kongres tersebut dihadiri lebih dari dua ribu peserta dan menghasilkan Deklarasi Diaspora Indonesia, yang tadi telah disampaikan, yang sangat inspiratif dan membangkitkan semangat kita untuk menjadi negara yang maju dan sejahtera di Abad ke-21 ini.

 

Tahun ini kongres kembali mengukir sejarah karena untuk yang pertama kalinya mengajak Diaspora Indonesia untuk mudik ke Tanah Air, dan diaspora kali ini yang hadir lebih besar lagi jumlahnya, saya mendapatkan penjelasan dari panitia, tidak kurang dari 7000 yang mendaftar untuk hadir, dan di ruangan ini sekitar 2500 diaspora bersama-sama kami semua dalam suka cita dan rasa bahagia.

 

Ini sesuatu yang luar biasa karena saya tahu banyak diaspora yang datang dari jauh sebagaimana yang disampaikan tadi. Dari Afrika, dari Amerika, dan termasuk Amerika Latin. Saya sampaikan apresiasi yang tinggi atas itikad baik dan pengabdian Saudara semua untuk menyukseskan kongres ini, dan lebih penting lagi untuk meningkatkan kontribusi Diaspora Indonesia kepada Indonesia yang sama-sama kita cintai ini.

 

Masih segar dalam ingatan saya bahwa tahun lalu saya menyatakan, "tidak boleh ada Diaspora Indonesia yang diperlakukan seperti orang asing jika pulang ke kampung halamannya". Mudah-mudahan selama di Indonesia, Saudara-saudara dapat merasakan sendiri sambutan kekeluargaan dari kami semua.

 

Prinsipnya, sepanjang di kepala, hati, dan darah Saudara ada Indonesia, maka sepanjang itu pula Saudara akan selalu menjadi bagian dari Keluarga Besar Bangsa Indonesia. Karena itulah, saya gembira bahwa dalam acara Pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus di DPR dan di DPD kemarin, untuk pertama kalinya dalam sejarah Republik, hadir delegasi Diaspora Indonesia. Saya juga senang dan bangga karena kehadiran Saudara juga disampaikan oleh Ketua Sidang dan telah diketahui oleh saudara-saudara kita di seluruh Tanah Air.

 

Ini pertanda jelas bahwa bangsa dan negara Indonesia memandang Saudara semua, para diaspora, bukan hanya sebagai sahabat, dan sekaligus keluarga besar, tetapi juga aset dan mitra untuk membangun Indonesia menuju masa depan yang lebih baik dan untuk kerja sama yang positif dan konstruktif di antara para diaspora dengan kami yang ada di Tanah Air.

 

Kongres ini merupakan kesempatan yang berharga bagi para Diaspora Indonesia dari berbagai belahan dunia untuk bertemu dan berkenalan sesama diaspora. Teorinya sebenarnya sangat sederhana, jaringan atau networking, adalah sumber kemajuan dan peluang. Semakin banyak jaringan yang terjalin, semakin banyak pula peluang yang akan kita dapatkan.

 

Karena itu, manfaatkanlah kesempatan kongres ini untuk saling mengenal dan mengembangkan jaringan yang tentu akan membawa manfaat dan keuntungan bagi kita semua.

 

Dari perhelatan besar ini, mudah-mudahan kita semua dapat memahami bahwa Indonesia bukan saja sebuah bangsa, namun juga adalah warisan budaya, Indonesia is not just a country, it is also a heritage. Warisan budaya ini tersebar di berbagai penjuru dunia.

 

Di Afrika Selatan, konon ada satu juta orang berdarah Melayu yang sebagian besar berdarah Indonesia. Di sana, pejuang asal Makassar, Syeh Yusuf, telah diakui sebagai Pahlawan Nasional Afrika Selatan karena perjuangannya, karena perjuangannya yang gigih melawan Apartheid. Bahkan, di sana ada kota kecil bernama Makassar yang pernah saya kunjungi.

 

Di Malaysia, selain dua juta lebih warga Indonesia di sana, banyak lagi, saya pikir jumlah bisa jutaan, warga Bumiputera Melayu yang merupakan keturunan Indonesia.

 

Di Madagaskar, sebagaimana kita dengar tadi, sedikitnya 60 persen dari 22 juta penduduknya berdarah Indonesia.

 

Di Suriname, di Suriname jumlahnya sekitar 15 persen.

 

Di Belanda, konon ada satu juta orang yang berdarah Indonesia.

 

Di Timor-Leste dan di Kaledonia Baru, proporsi orang keturunan Indonesia juga tinggi.

 

Saya yakin,  di semua tempat ini, Indonesian Heritage memperkaya khasanah budaya negara-negara tersebut, dan menjadi aset yang sangat menyuburkan persahabatan antarbangsa.

 

Di semua tempat itu, heritage Indonesia menjadi sinar budaya yang luhur, yang santun, yang menghargai kebhinnekaan, namun keras berjuang demi kemajuan dan keadilan. Kongres ini juga merupakan kesempatan yang langka bagi rakyat Indonesia di Tanah Air untuk menyadari dan melihat profil Diaspora Indonesia yang sebenarnya.

 

Kita menyadari profil diaspora ini masih belum sepenuhnya dipahami di Tanah Air kita. Yang saya maksudkan dengan profil diaspora adalah sebagai berikut, profil diaspora Indonesia sebagai suatu komunitas global yang besar, yang terdiri dari ratusan komunitas yang tersebar di berbagai kota, negara, dan benua yang jumlah totalnya, mungkin, sebanding dengan penduduk kota Jakarta.

 

Profil Diaspora Indonesia yang walaupun sangat beraneka ragam, namun umumnya punya ikatan batin dengan Indonesia. Profil Diasopra Indonesia sebagai suatu komunitas yang padat ilmu, padat modal, padat jaringan, padat budaya, dan padat karya. Diaspora Indonesia penuh dengan sosok-sosok yang bisa menjadi sumber insprasi bagi kita.

 

Ada sosok Sehat Sutardja, yang dengan bermodalkan ijazah listrik di Pasar Baru, berhasil meraih gelar doktor dari University of California, Barkeley, membangun perusahaan IT raksasa Marvell, di Silicon Valley, yang kemudian menguasai dua pertiga dari industri semiconductor pada tingkat dunia.

 

Ada sosok Sri Mulyani, salah satu ekonom terkemuka, yang kita pinjamkan kepada Bank Dunia untuk menjabat sebagai Managing Director. Orang Indonesia pertama yang memegang jabatan tinggi tersebut.

 

Ada juga cerita dua kakak-beradik, Iwan dan Nissin Sunito, yang satu menjadi raja properti di Sydney, dan satunya lagi raja peternakan di Perth, Australia.

 

Ada sosok Ibrahim Rasool, seorang putra dari keluarga muslim dari Slamang, yang lahir di Cape Town dan kemudian menjadi tokoh African National Congress, dan dalam era Presiden Nelson Mandela terpilih menjadi Premier dari Provinsi West Cape.

 

Dan jangan lupa, ada dua setengah juta saudara-saudara kita yang bekerja di luar negeri, yang bekerja keras, membanting tulang, dan selalu mengirim uang untuk membantu sanak-saudaranya di Tanah Air. Dengan sumbangan kolektif sekitar US$ 7,1 miliar pada tahun 2012, mereka adalah Pahlawan Devisa Indonesia yang jasanya amat besar.

 

Semua inilah yang membuat diaspora Indonesia menjadi komunitas global yang penting dan yang penuh potensi.

 

Sebenarnya potensi Diaspora Indonesia ini tidak lepas dari tampilnya kekuatan diaspora sebagai fenomena global. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, kini ada sekitar 215 juta orang yang bekerja di luar negara kelahirannya, sama besarnya dengan penduduk Brazil.

 

Setiap tahun, saya ulangi lagi, setiap tahun sekitar 2 juta orang dari dunia berkembang pindah untuk belajar, bekerja, dan berbisnis di negara lain, dan umumnya mereka terus memelihara ikatan batin dengan negara-negara asalnya.

 

Devisa yang dikirim oleh diaspora secara global mencapai US$ 500 milliar. Jumlah devisa yang diterima oleh negara-negara berkembang dari diaspora tiga kali lebih besar dari bantuan yang diberikan oleh negara-negara maju.

 

Oleh karena itulah, dalam menentukan strategi pembangunan ke depan, pemerintah Indonesia perlu memiliki strategi diaspora agar dapat memanfaatkan aset, jaringan, dan brain power yang dimiliki oleh Diaspora Indonesia.

 

Di sinilah, Saudara-saudara, arti strategis dari kongres diaspora kali ini di Jakarta. Kalau dalam kongres pertama, kongres telah berhasil mengobarkan semangat dan identitas diaspora Indonesia, maka dalam kongres kedua kali ini, kita harus bisa menjelmakan semangat menjadi sebuah sinergi, sebuah gerakan, sebuah kekuatan. Sinergi antara segala potensi dan aset diaspora dengan segala potensi dan aset yang ada di Indonesia. Sinergi antara peluang-peluang yang ada di Indonesia dengan peluang-peluang yang ada dalam jaringan Diaspora Indonesia.

Menurut saya, ada tiga bentuk sinergi yang dapat diupayakan, dirumuskan dalam kongres ini, dan untuk kita jalankan ke depan nanti.

 

Pertama, sinergi di antara komunitas-komunitas diaspora secara global. Alhamdulillah, dalam satu tahun terakhir, telah terjadi proliferasi Indonesian Diaspora Network secara global. Saya mendapatkan laporan sampai saat ini telah terbentuk 55 chapter Indonesian Diaspora Network di 26 negara. Ini adalah pertanda betapa gesit dan semangatnya mereka semua dalam merintis gerakan diaspora yang baru lahir ini.

 

Tantangannya adalah bagaimana cabang-cabang Indonesian Diaspora Network tersebut dapat merumuskan suatu mekanisme interaksi dan kerja sama yang substantif. Selain itu, gerakan diaspora juga perlu sebanyak mungkin menyerap, merangkul, dan mengajak jutaan Diaspora Indonesia yang masih belum terjangkau.

Di sini saya menghargai pembentukan database berbasis online bernama Diaspora Network Brain Bank yang kini sudah beroperasi. Saya harap Brain Bank ini dapat menjadi sumber data yang dapat menampung dan menggiatkan Brain Power Diapora Indonesia.

 

Sinergi kedua yang perlu dicapai adalah antara diaspora dengan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Baik pemerintah maupun diaspora, sama-sama mempunyai aset, modal, jaringan, dan peluang. Mudah-mudahan dalam kongres ini diaspora dapat melihat sendiri kemajuan Indonesia yang pesat sebagai emerging economy pada tingkat dunia.

 

Kalau Saudara mencari peluang bisnis, pelajarilah masterplan tentang pembangunan Indonesia yang bernama MP3EI, ini seperti plat mobil, MP3EI, yang akan membentuk, sudah bekerja bukan "akan", sudah bekerja untuk membangun enam koridor pertumbuhan Indonesia.

 

Diperkirakan investasi yang diperlukan hingga tahun 2025 sebesar Rp.4.012 triliun atau sekitar US$ 400 miliar. Saya mengundang Diaspora Indonesia yang memiliki kemapuan untuk mengambil bagian dari rencana besar kita ini. Dalam kaitan ini, terima kasih, saya senang bahwa pemerintah telah menepati apa yang saya janjikan kepada kongres di Los Angeles tahun lalu, yaitu memberikan kemudahan visa bagi diaspora yang tidak lagi menjadi WNI dan memungkinkan mereka untuk dengan mudah sudah memiliki kartu izin tinggal tetap atau permanent residence, alhamdulillah hal ini sudah terlaksana melalui pengesahan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013.

 

Saya juga telah menginstruksikan agar kapasitas kantor Desk Diaspora Indonesia terus ditingkatkan, baik dari segi personel, anggaran, dan perangkatnya agar dapat membantu melayani jutaan Diaspora Indonesia. Di sini saya meminta seluruh jajaran pemerintah, termasuk para perwakilan yang bertugas di negara sahabat untuk memiliki yang saya sebut dengan diaspora minded, dan proaktif serta responsif terhadap tawaran kerja sama dan cerdas menangkap peluang yang diulurkan oleh diaspora. Pemerintah juga perlu memiliki sikap yang sama.

 

Saya senang, Saudara-saudara, bahwa Diaspora Indonesia dari Belanda kini sedang aktif menjalin kerja sama dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk membangun inovasi kampung vertikal yang hijau dan ramah lingkungan.

 

Sedangkan sinergi ketiga adalah antara diaspora dengan masyarakat di Tanah Air. Tidak semua kerja sama harus melalui pemerintah. Dalam era globalisasi, kita sepenuhnya menyadari realitas bahwa arus interaksi antarmasyarakat justru lebih intensif dan lebih luas dibandingkan arus antarpemerintah, government to government.

 

Karena itu, saya gembira kini sudah ada Memorandum of Understanding antara KADIN dan Indonesia Diaspora Business Council yang dipimpin oleh Saudara Edward Wanandi dan HIPMI yang juga sangat aktif merangkul pengusaha diaspora.

Kita juga memberikan penghargaan yang tinggi terhadap program computer for schools yang kini sudah berjalan dan merupakan sumbangan dari diaspora yang mampu kepada sekolah-sekolah di seluruh pelosok Tanah Air.

 

Ada juga program quarter of the day, di mana anak-anak diaspora menabung 25 sen perhari untuk kelak disalurkan kepada anak-anak sekolah dari keluarga miskin. Saya berharap banyak lagi program sosial yang inovatif yang dilahirkan dalam kongres ini.

 

Kita semua juga tersentuh karena selama berada di Jakarta, banyak diaspora yang berpartisipasi dalam kelas inspirasi, bekerja sama dengan Yayasan Indonesia Mengajar, dan ada juga yang ikut program penghijauan sepanjang Kalimalang dan Muara Angke, Jakarta.

 

Pendeknya, kalau kongres ini berhasil meningkatkan ketiga sinergi tadi, maka saya yakin diaspora Indonesia akan tumbuh pesat secara global dan negara kita juga akan mendapatkan manfaat dan keuntungan sebesar-besarnya.

 

Saudara-saudara sekalian yang saya cintai, saya berharap tema Pulang Kampung kongres ini tidak hanya sekedar melepas rindu akan kampung halaman, tetapi juga dapat menghasilkan berbagai sinergi kerja sama yang bermanfaat bagi kita bersama.

 

Saya senang bahwa selama kongres ini akan dibahas oleh para pakar dari Diaspora Indonesia mengenai isu-isu penting, sebagaimana tadi dilaporkan oleh Menteri Luar Negeri, seperti inovasi-inovasi diaspora dan manfaatnya bagi Indonesia. Tentunya tidak kalah pentingnya adalah pembahasan mengenai peran pengusaha diaspora dalam menghembangkan peluang bisnis dan investasi di Indonesia.

Saya juga mencatat bahwa diaspora telah menjadi bagian atau stakeholders dalam foreign policy establishment Indonesia serta dalam dunia diplomasi Indonesia. Dalam konteks diplomasi total, diaspora dapat memainkan peran dan memberi kontribusi bagi keberhasilan misi dan engagement Indonesia di luar negeri.

 

Untuk itulah, saya mendorong agar diaspora tidak segan-segan untuk berkomunikasi dan menghubungi atau outreach ke perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri. Begitu pula, sudah menjadi keharusan bagi perwakilan-perwakilan untuk juga berkomuniasi, engaged, dengan Diaspora Indonesia di negara akreditasinya.

 

Saya juga sangat berharap agar kemampuan seorang kepala perwakilan dalam membina diaspora di negara di mana mereka bertugas, dapat menjadi salah satu ukuran keberhasilan bagi para diplomat dan perwakilan kita tersebut.

 

Saya sungguh berharap, Saudara-saudara, agar Kongres Diaspora Indonesia ini tidak berhenti di sini, tetapi dapat terus dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan. Diaspora is a remarkable community yang saya yakini dapat ikut menyumbang dan membangun a remarkable Indonesia.

 

Akhirnya, dengan terlebih dahulu memohon Ridha Allah Subhaanahu wa Ta'aala, Tuhan Yang Maha Kuasa, dan dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirraahiim, Kongres Diaspora Indonesia kedua dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Terima kasih, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

  

 

  

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI