Sambutan Presiden RI Pd Peringatan HUT ke-76 LKBN Antara di Jakarta, tgl 18 Desember2013

 
bagikan berita ke :

Rabu, 18 Desember 2013
Di baca 837 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PUNCAK PERINGATAN HUT KE-76 LKBN ANTARA DAN

PENGANUGERAHAN ANTARA ACHIEVEMENT AWARD 2013

DI AUDITORIUM ADHIYANA, WISMA ANTARA, JAKARTA

TANGGAL 18 DESEMBER 2013

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Para Tamu Undangan yang saya muliakan,

 

Pimpinan dan Keluarga Besar LKBN Antara yang saya cintai dan saya banggakan,

Alhamdulillah, pada sore yang membahagiakan ini kita dapat hadir untuk berbagi rasa syukur dan bahagia, keluarga besar LKBN Antara yang merayakan hari jadinya yang ke-76.

 

Atas nama negara dan pemerintah dan selaku pribadi, izinkanlah saya untuk mengucapkan selamat kepada LKBN Antara, disertai ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas semua perjuangan, upaya, dan semua yang dilakukan untuk kepentingan bangsa dan negara yang kita cintai.

 

Kepada LKBN Antara, teruslah untuk melakukan transformasi dan modernisasi menjadi kantor berita yang insya Allah akan betul-betul bertaraf internasional.

 

Silakan mengembangkan dunia usahanya, karena saya yakin kalau ideologi dan idealisme LKBN Antara lurus, terang, dan benar menjadi kantor berita yang kontributif terhadap rakyat Indonesia, dan bahkan dunia, maka peluang bisnis itu terbuka. Dan mudah-mudahan berhasil menjadi entity dunia usaha yang juga terus tumbuh dan berkembang.

 

Saudara-saudara,

 

Pemerintah tentu akan membantu, mendorong seraya mengeluarkan kebijakan, dan regulasi yang tepat, paling tidak PSO akan tetap kita berikan karena itu penting bagi, bagi kemajuan LKBN Antara yang punya jasa sejarah yang luar biasa, dan penting untuk keberlanjutan institusi ini.

Saudara-saudara,

 

Ini kesempatan yang baik, saya nanti tentu belakangan saja merespons apa yang disampaikan oleh Bung Saiful Hadi dan Bung Ahmad Khusaini tadi, antara lain; mengapa saya bisa bertahan hingga sekarang ini, survive, sembilan tahun diberondong dengan berbagai serangan, nanti ada rahasianya, mudah-mudahan para capres mendengar supaya beliau-beliau juga sukses suatu saat. Tapi nanti dulu.

 

Saya ingin bicara tentang hubungan pers dengan demokrasi. Semua sudah tahu. Tapi kewajiban saya sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, yang diberikan mandat oleh rakyat Indonesia tahun 2004 dan tahun 2009, wajib bagi saya untuk selalu menyegarkan ingatan kita, betapa pentingnya peran pers dalam kehidupan demokrasi, betapa ada tautan yang erat antara, sekali lagi, kehidupan pers dan kehidupan demokrasi.

 

Pers adalah pilar penting demokrasi, pers berkewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan itu amanah konstitusi. Lantas pers juga amat penting untuk mengontrol kekuasaan, mengontrol pemerintahan, mengontrol jalannya kehidupan bernegara. Semuanya itu tentu oleh pers dan media massa dilakukan dengan memedomani nilai-nilai dan norma yang berlaku, yang oleh negara kita sendiri telah dituangkan dalam Kode Etik Jurnalistik.

 

Saudara-saudara,

 

Saya SBY, bukan capres, kalau bukan capres berbicara lebih leluasa sekarang. Kalau capres harus dipersiapkan segalanya. Saya sejak dulu adalah pendukung kemerdekaan pers, Saudara masih ingat, reformasi 1998 di samping saya dan teman-teman mejalankan reformasi internal TNI, dalam kapasitas saya sebagai Ketua Fraksi ABRI MPR-RI, juga ikut bersama teman-teman yang lain untuk melakukan perubahan di negeri tercinta ini, salah satunya adalah perlu dihadirkannya freedom of the press, kemerdekaan pers. Setelah saya mengemban amanah untuk memimpin negeri ini, sebagai presiden, penghormatan saya kepada kemerdekaan pers tidak berubah, dan ini tentu akan saya jaga sepanjang masa.

 

Sebagai pendukung setia freedom of the press, tentu saya ikut peduli terhadap dinamika dan perkembangan dunia pers. Kalau berjalan dengan baik saya akan mengatakan alhamdulillah, saya ikut bangga karena mimpi-mimpi indah kita di waktu yang lalu ketika kemerdekaan pers belum hadir sekarang telah hadir. Sebaliknya kalau ada perilaku pers dan media massa yang menurut saya bertentangan dengan nilai-nilai, dan Kode Etik Jurnalistik, saya pun wajib untuk menyampaikan pandangan-pandangan saya. Dengan demikian, saya ikut bertanggung jawab, ikut mengawal, dan mengamankan digunakannya kemerdekaan pers di negeri tercinta ini.

 

Semua tahu, bahwa pemberitaan pers itu harus akurat, harus berimbang, tidak memiliki itikad yang buruk, dan kemudian diuji kebenarannya, meminta pandangan dari kedua belah pihak, bukan berupa fitnah maupun berita bohong. Semua sudah tahu dan itu telah menjadi bagian dari kehidupan pers kita yang oleh Undang-undang Pers diamanahkan untuk dipedomani dan dijalankan. Oleh karena itu, di hari yang penting ini, saya mengajak agar dunia pers dan media massa sungguh menjalankan itu semua.

 

Kalau mendengar apa yang disampaikan oleh Bung Saiful Hadi dan Bung Ahmad Kusaini tadi, LKBN Antara akan berada di depan untuk menjadi pers yang sungguh mencerdaskan kehidupan bangsa, yang kontributif untuk pembangunan bangsanya, dan benar-benar menjalankan Kode Etik Jurnalistik, boleh tepuk tangan untuk LKBN Antara. Pengalaman menunjukkan bukan hanya di Indonesia, di negara mana pun sekalipun negara demokrasi yang sudah lebih ratusan tahun merdeka dibandingkan kita.

 

Ada faktor dan elemen yang merusak kehidupan pers seperti itu, pers yang medeka, sekaligus pers yang sungguh menjalankan Kode Etik Jurnalistiknya.

 

Yang pertama, adalah kekuasaan politik. Manakala yang berlaku adalah sistem otoritarian demokrasi dan kebebasan tidak mekar, pers dikontrol, bisa dibubarkan, bisa dibredel, bisa dilarang, maka pers tidak menjadi pilar dalam demokrasi. Ketika kekuasaan politik, kekuasaan negara bekerja seperti itu, maka nilai-nilai indah dari Kode Etik Jurnalistik dan kontribusi pers yang positif itu terganggu atau rusak karenanya. Alhamdulillah sebenarnya negara kita sekarang ini tidak berada pada posisi seperti itu. Ini hasil dan buah dari reformasi. Perjuangan kita semua termasuk insan pers, mahasiswa, dan semua pencipta reformasi di waktu yang lalu.

 

Yang kedua, yang juga bisa merusak peran pers yang konstruktif, pers yang sungguh menjalankan Kode Etik Jurnalistiknya manakala pemilik modal melakukan intervensi yang tidak sehat, sehingga pers kehilangan kemerdekaannya, kehilangan apa yang harus dilakukan untuk menjalankan misinya. Yang kedua ini kerap terjadi di banyak negara demokrasi, termasuk di negara barat. Mari ketika kita tengah mematangkan kehidupan demokrasi kita, kita jauhkan dua campur tangan yang tidak semestinya terjadi dalam kehidupan media dan pers kita. Insya Allah makin ke depan demokrasi kita makin berkualitas, makin matang, dan kedua ancaman terhadap peran pers yang konstruktif tadi bisa kita cegah dan hindarkan.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah, yang ingin saya ingatkan secara formal sebagai tanggung jawab moral saya memimpin negeri ini pada kesempatan yang baik ini.

 

Kemudian saya ingin merespons secara singkat apa yang disampaikan oleh para petinggi LKBN Antara tadi.

 

Begini Saudara-saudara, yang pertama, tentu saya senang, ya, LKBN Antara ikut membangun kultur dan tradisi yang baik, tradisi dan budaya yang baik. Bangsa Indonesia itu dikenal pelit untuk berterima kasih, dikenal sulit untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang patut diucapkan terima kasih, dan patut diberikan penghargaan, siapa pun diseluruh Tanah Air, apa pun profesinya, apa pun statusnya, mari kita menjadi bangsa yang generous untuk pandai mengucapkan terima kasih, dan memberikan penghargaan. Kalau ini menjadi budaya kita, insya Allah silaturahim di antara anak bangsa akan berjalan makin baik, hormat-menghormati, sayang-menyayangi, yang berprestasi tentu diberikan apresiasi, yang lalai diberikan sangsi. Kita mudah, senang, dan suka memberikan sangsi, tetapi lupa dan kadang-kadang tidak tergerak hati kita untuk mengucapkan terima kasih dan apresiasi. Lagi-lagi saya salut kepada LKBN Antara yang ikut, yang ikut membangun tradisi dan budaya yang baik ini.

 

Berikutnya, ada dua tipe manusia. Setelah saya bicara silakan dianalisis termasuk golongan mana yang ada di sini? Tipe A atau tipe B?. Tipe A adalah mereka yang berpikirnya selalu negatif, sikapnya selalu pesimis, dan skeptis, melihat negeri ini gelap, masa depan suram, dan tidak ke mana-mana. Dia tidak akan menjadi siapa-siapa, dan tidak bisa melakukan apa-apa karena konstruksi jiwa, pikiran, dan hatinya seperti itu.

 

Sedangkan tipe yang kedua, insya Allah semua ada di ruangan ini, adalah mereka yang berfikir positif, bersikap optimis, kemudian ada masalah, pasti, tetapi mesti ada solusi. Saya tahu masih banyak persoalan di negeri ini, tetapi kalau kita kerja keras bersama-sama mesti ada perbaikannya dan seterusnya. Maka, kita bermohon kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, agar lebih banyak lagi barisan manusia Indonesia yang golongan kedua ini.

 

Sikap bathin, state of mind seperti itu adalah prakondisi, adalah capital bagi Indonesia yang lebih maju 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, 30 tahun lagi, 2045, setelah 100 tahun kita merdeka. Hanya di tangan manusia-manusia Indonesia yang memiliki karakter, sikap mental seperti itulah yang bisa membawa kita semua menuju masa depan yang gemilang.

 

Nah, yang terakhir adalah soal kritik tadi. Begini Saudara-saudara, saya harus mengatakan, dan ini  tahun terakhir saya memimpin negeri ini, sebelum jatuh tempo saya akan menyampaikan apa yang ada dalam isi hati saya.

 

Kritik yes, ribuan kritik yang saya terima sejak 20 Oktober 2004, thousands, not only, puluhan, ratusan, thousands, kalau satu hari saya dapat sepuluh kritik, satu tahun berapa? Sembilan tahun berapa? Kritik yes, kritik itu setelah saya analisis kadang-kadang membawa manfaat, benar, ya tidak terpikir oleh saya.

 

Kecaman, hujatan, cemooh itu hak setiap orang. Saya menyadari sebagai pemimpin dibenci dan dipuji, saya menyadari kalau ada apa-apa SBY yang salah, SBY nggak benar, dikecam, disalahkan, segala macam, saya harus menerima keadaan seperti itu. Hanya satu yang saya sulit menerima, fitnah. Kalau Saudara difitnah, Bapak sendiri, Ibu sendiri, keluarga semua fitnah, tentu sulit secara bathiniah untuk menerimanya. Oleh karena itu, marilah kita jauhkan negeri kita ini dari fitnah. Jangan menjadi lautan fitnah tapi jadilah lautan kebenaran. Oleh karena itu, misalnya saya mengambil keputusan, saya menetapkan kebijakan, saya melakukan tindakan tanggapannya beragam ada yang setuju, nggak setuju, ada yang menyalahkan dan membenarkan, ada yang menolak, yang menerima, itulah demokrasi, itulah rakyat kita.

 

Karena ada barangnya, ada keputusan saya yang barangkali ditolak oleh sebagian orang, ada tindakan saya, ada regulasi pemerintah, begitu. Ucapan saya, ucapannya ada, ditanggapi, diserang nggak apa-apa karena barangnya ada, yang tidak tepat saya tidak berbicara apa-apa, saya tidak berbuat apa-apa, tiba-tiba diisukan SBY melaksanakan A, dan A itu diserang berhari-hari, berminggu-minggu. Ini yang tidak mendidik. Karena tidak ada faktanya, tidak ada keputusan saya, tidak ada kebijakan saya, dan tidak ada perbuatan saya.

 

Nah, dengan segala yang saya sampaikan itu kalau soal kritik, soal kecaman, soal cemooh, soal hujatan saya sudah bisa, apa namanya, mengatasinya. I have to go through selama sembilan tahun lebih ini. Saya masih bisa berdiri di tempat ini, isteri saya juga masih bisa duduk di situ. Artinya, insya Allah saya kuat, insya Allah saya tegar untuk semuanya itu. Hanya permohonan saya sebagai seseorang yang sebentar lagi juga kembali ke masyarakat, janganlah kita berikan toleransi kalau itu berupa fitnah, karena fitnah itu lebih kejam dibandingkan pembunuhan.

 

Nah, kalau saya ditanya resepnya apa? Ya mungkin udah ada resep yang ajaib, ya. Mungkin berlaku bagi saya belum tentu berlaku bagi Bapak-Ibu sekalian. Saya kalau sudah di, mengikuti berita, media sosial, media cetak, media elektronik dihantam, diserang segala macam itu, ya barangkali karena saya presiden, karena saya pemimpin, ya sudah menjadi, apa, takdir saya, nasib saya begitu. Ada falsafah; tidak ada orang yang menyepak anjing mati, jadi kalau saya disepak berarti saya masih hidup.

 

Ada yang mengatakan, kalau anda tidak mau diserang, dikritik, dikecam please say nothing, do nothing, be nothing. Jadi kalau Bapak mau aman nggak usah bicara apa-apa, nggak usah berbuat apa-apa, dan tidak menjadi apa-apa. Kalau manusia hidup tidak mungkin, manusia hidup say nothing, do nothing, be nothing, artinya berarti saya masih hidup, kalau diserang, dihantam, dicemooh, dihina seperti itu. Itulah yang mengontrol saya, hati saya, pikiran saya my rational must control my emotion, omong kosong kalau di antara Saudara diserang, dihantam terus tidak merasa. Mesti adalah. Tapi kalau saya pikir-pikir ya memang saya presiden, saya sedang memimpin, saya menjadi pusat segalanya jadi tembakan kiri-kanan, atas-bawah bertahun-tahun itu saya rasakan it is fine. Sekali lagi, yang penting jangan fitnah, karena fitnah itu tentu siapa pun tidak akan pernah bisa melupakan. Dan mudah-mudahan politik kita, demokrasi kita terbebas dari itu semua.

 

Sebentar lagi pilpres, sebentar lagi pemilu legislatif, berkompetisilah secara sehat, jangan black campaign, jangan fitnah. Seseorang yang ingin mendapatkan kekuasaan untuk memimpin rakyat, tapi jalannya tidak terang, jalannya buruk, kemudian penuh dengan yang tadi-tadi itu, saya kira  Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan memberikan blessing-Nya untuk memimpin negara ini.

 

Itu saja Saudara-saudara, sebagai tambahan pandangan pribadi saya pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, selamat untuk LKBN Antara, mewakili teman-teman yang dapat piala A tadi, hurufnya A itu ya. Saya mengucapkan terima kasih semoga kami bisa berbuat lebih baik lagi untuk negeri kita.

 

Sekian, sekian.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI