Sambutan Presiden RI pd Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1435 H , tgl.15 Jan 2014, di Jakarta

 
bagikan berita ke :

Rabu, 15 Januari 2014
Di baca 1534 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

TINGKAT NASIONAL TAHUN 1435 H

TANGGAL 15 JANUARI 2014

DI ISTANA NEGARA

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua.

 

Para Tamu Undangan dan Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Saudara-saudara Kaum Muslimin dan Muslimat di seluruh Tanah Air yang saya cintai.

 

Dengan penuh rasa syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, pada malam yang membahagiakan dan insya Allah penuh berkah ini kita dapat kembali memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Tingkat Nasional, Tahun 1435 Hijriyah di Istana Negara, Jakarta.

 

Salawat dan salam, semoga tercurah  kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, serta para pengikut beliau, dan insya Allah termasuk kita semua, hingga akhir zaman.

 

Kita berkumpul di tempat ini, selain untuk mengagungkan syiar Islam, juga untuk bermunajat kepada Allah SWT, Tuhan Pencipta Alam Semesta. Kita berdo'a untuk kebaikan dan kemaslahatan bangsa dan negara kita. Kita juga memohon ke hadirat Allah SWT, agar bangsa dan negara kita diberi keselamatan, kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan, serta dijauhkan dari segala bencana. Kita senantiasa memohon ke hadirat Allah SWT agar bangsa kita tetap rukun dan bersatu, dijauhkan dari pertentangan, dan permusuhan.

 

Hadirin dan hadirot yang berbahagia,

 

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang kita selenggarakan setiap tahun, baik di Istana Negara, maupun di tempat-tempat lain di seluruh Tanah Air, dimaksudkan untuk merenungkan kembali nilai-nilai keutamaan yang diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW. Teladan sebagai sumber inspirasi dalam membangun tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh moral dan etika yang luhur dan mulia.

 

Peringatan Maulid Nabi, sekaligus juga menjadi momentum yang tepat untuk menambah kecintaan kita kepada Rasulullah, pembawa misi perdamaian dan kerukunan di antara umat manusia. Jarak waktu yang begitu panjang tidaklah menyebabkan kita merasa jauh dari kehidupan beliau. Setiap kita memperingati Maulid Nabi, perikehidupan beliau seolah hadir kembali di tengah-tengah kita.

 

Lebih dari empat belas abad yang lampau,  Rasulullah SAW telah memberi keteladanan kepada kita untuk menjadi insan-insan yang beriman, dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berahlak mulia.  Rasulullah telah mengukir jalannya sejarah umat, bukan saja dalam lingkup semenanjung Arabia, tetapi ke berbagai wilayah di dunia hingga di Tanah Air kita. Al Qur'an memberi penegasan bahwa perikehidupan Nabi Muhammad SAW adalah uswatun hasanah atau contoh teladan bagi  umat manusia.

 

Saudara-saudara,

 

Sebagaimana saya kemukakan pada peringatan Maulid Nabi bersama Majelis Rasulullah di Monas, kemarin pagi, setiap kali kita memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW kita perlu mengenang dan meneladani kepribadian, akhlak, budi pekerti, kearifan, tutur kata, dan kesantunan beliau.  Kita juga mengenang Rasulullah sebagai pemimpin yang terus mendorong umatnya untuk bekerja keras, rajin menuntut ilmu, tidak mudah menyerah, dan tidak bermalas-malasan. Kita didorong untuk terus berikhtiar dan bekerja sekuat tenaga, namun tetap berserah diri, dan bertawakal kepada Allah SWT.

 

Kita juga patut mencontoh sikap kepemimpinan beliau yang agung. Beliau berhasil memimpin sebuah bangsa yang majemuk. Dalam kepemimpinannya, beliau selalu mengayomi semua pihak, tak pernah henti membangun toleransi, serta senantiasa menjaga ukhuwah, dan  kerukunan di antara semua umat yang dipimpinnya.

 

Di samping itu, beliau juga seorang pemimpin agung dalam melaksanakan transformasi besar. Beliau berhasil memimpin perubahan besar pada zamannya. Dengan bijak, beliau menunjukkan arah perubahan yang benar. Perubahan dilaksanakan secara bertahap, dengan tetap menjaga keseimbangan, semua pihak diajak dan tidak ada yang ditinggalkan, dan dilaksanakan secara terus-menerus. Dan ketika perubahan yang dilakukan menghadapi cobaan, rintangan, dan tantangan yang luar biasa, beliau selalu bersabar, dan mengajak para sahabat semua untuk bersabar, sambil terus berikhtiar.

 

Dengan cara dan pendekatan seperti itulah, beliau berhasil membangun tatanan masyarakat di atas peradaban Islam. Tatanan masyarakat yang menebarkan perdamaian, keadilan, toleransi, dan persamaan. Suatu tatanan sosial yang bertumpu pada tuntunan Islam sebagai rahmatan lil alamin,  Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam.  

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Baru saja kita menyimak dengan seksama uraian hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW yang bertema, Perspektif Piagam Madinah dalam Konteks Kerukunan Nasional,  yang telah disampaikan  dengan jelas dan runtut oleh Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dari uraian beliau, kita dapat memetik nilai-nilai penting dari Piagam Madinah yang sangat monumental dalam sejarah kenabian Rasulullah SAW. Kita dapat meneladani sikap Nabi Muhammad yang senantiasa mengedepankan harkat kemanusiaan untuk mencapai kebaikan utama. Kesetaraan, toleransi, dan sikap menghargai kemajemukan, merupakan jiwa dan nilai utama yang termaktub dalam Piagam Madinah.

 

Piagam Madinah berhasil mengubah tatanan masyarakat, yang semula saling berseteru, tampil menjadi tatanan masyarakat yang kuat, tangguh, makmur dan bersatu. Tatanan masyarakat yang pada mulanya penuh dengan perilaku yang tidak terpuji, berubah menjadi tatanan masyarakat yang sarat dengan nilai-nilai panutan, dan keunggulan. Sejarah mencatat pula, masyarakat  Madinah tampil menjadi cahaya peradaban yang menerangi kegelapan dunia Arab di masa itu. Masyarakat Madinah di zaman Nabi, merupakan gambaran ideal dari sebuah masyarakat yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Masyarakat yang dibangun atas fondasi tauhid, dan dijalankan dengan aturan hukum yang adil sebagai landasan dan jalan menuju negara yang  baldatun thayibatun wa robbun ghofur.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan.

 

Tatanan kehidupan kenegaraan yang dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah, menjadi inspirasi  bagi kita untuk membangun kehidupan yang serupa di negeri tercinta ini. Masyarakat yang pluralis, tetapi dapat hidup damai dan harmonis. Masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, namun bersikap santun dan beretika.

 

Saya sungguh menyimak apa yang dikemukakan oleh Prof. Komaruddin Hidayat tadi, bahwa Piagam Madinah dalam konteks ke-Indonesiaan esensinya dapat kita temukan dalam Pancasila. Nilai-nilai universal ajaran Islam yang juga tertuang dalam Pancasila, seperti toleransi, keadilan, dan kesalehan sosial tentu tidak boleh hanya sebatas cita-cita, tetapi harus diimplementasikan, dan diteladankan secara nyata.

 

Saat ini, kita memiliki tugas sejarah untuk mencontoh tatanan masyarakat ideal sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah. Sebagai sebuah bangsa yang multibudaya, dengan penduduk muslim terbesar di dunia, kita harus mampu membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil, teduh, dan mengayomi.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Mengakhiri sambutan ini, saya mengajak kaum Muslimin, dan Muslimat di seluruh Tanah Air untuk menanamkan nilai-nilai ajaran Islam yang penuh kedamaian. Jauhkan saudara-saudara kita dari  ajaran Islam yang menyimpang, sesat, dan menyesatkan. Cegah saudara-saudara kita melakukan tindakan radikalisme, terorisme, dan pemahaman jihad yang tidak pada tempatnya yang mengatasnamakan ajaran Islam.

 

Cegah berbagai potensi konflik antarpemahaman agama yang berbeda. Hindarkan provokasi yang dapat meruntuhkan kerukunan. Sebaliknya, mari kita  tumbuhkembangkan kebersamaan, toleransi, dan  kerukunan antar-umat beragama.

 

Di tengah bencana alam yang menimpa saudara-saudara kita, baik di Gunung Sinabung Sumatera Utara, banjir di Ibukota Jakarta, dan di tempat-tempat  lain di Tanah Air, saya mengajak kaum Muslimin untuk meningkatkan solidaritas dan  kesetiakawanan sosial. Mari kita ulurkan bantuan, dan santunan, serta kirimkan do'a agar saudara-saudara kita tetap tabah dan tegar menghadapi bencana.

 

Memasuki tahun 2014 sebagai tahun politik, sekali lagi, saya mengajak saudara-saudara kaum Muslimin di seluruh Tanah Air untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum mendatang. Mari kita bangun demokrasi yang damai, tertib, dan beretika. Mari kita tunjukkan kepada dunia, bahwa umat Islam Indonesia sungguh makin matang dalam berdemokrasi.

 

Di malam yang khidmat ini, marilah kita berdo'a ke hadirat Allah SWT semoga bangsa dan negara kita dapat melalui tahun politik ini dengan baik. Semoga pula bangsa dan negara kita dijauhkan dari segala bencana, sebaliknya diberi keselamatan, ketenteraman, dan kesejahteraan.

 

Terima kasih.

 

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI