Sambutan Presiden RI Pd Rakornas Kementerian Kelautan dan Perikanan, tgl 30 Jan 2014, di Jkt

 
bagikan berita ke :

Kamis, 30 Januari 2014
Di baca 830 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

MENERIMA PESERTA RAPAT KOORDINASI NASIONAL

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

TANGGAL 30 JANUARI 2014

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri dan Wakil Menteri, para Anggota Dewan Kelautan Indonesia, para Pejuang Sektor Kelautan dan Perikanan, baik yang berada di jajaran pemerintah baik pusat maupun daerah, maupun yang berada di dunia usaha, dan civil society,

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Alhamdulillah, hari ini kita dapat bertemu di tempat ini untuk bersama-sama memikirkan masa depan negara kita, memikirkan apa yang bisa kita lakukan bersama untuk meningkatkan kemakmuran bangsa, utamanya yang dapat dikontribusikan dari sektor kelautan dan perikanan.

 

Tadi kita sudah menyimak apa yang disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Itulah visi kita, kebijakan kita, program kita, dan sekaligus aksi yang kita laksanakan dari tahun ke tahun untuk meningkatkan sektor kelautan dan perikanan, dalam upaya kita meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

 

Bapak-Ibu, Saudara-saudara yang saya cintai,

 

Saya ingin menggunakan kesempatan yang amat baik ini, untuk menyatukan pikiran bersama kita tentang sesuatu yang mestinya manjadi bagian penting bagi kehidupan bangsa ini di masa depan. Yaitu sekali lagi sektor kelautan dan perikanan.

 

Kemarin di ruangan ini, kita mendengarkan presentasi tentang proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035, atau perkiraan pertambahan penduduk Indonesia 20 tahun mendatang. Menurut perkiraan, pada tahun 2035 penduduk kita akan mencapai jumlah 305 juta manusia. Pertambahan sekitar 65 juta dibandingkan sensus tahun 2010.

 

Ketika Prof. Armida mempresentasikan kandungan dari proyeksi penduduk Indonesia 20 tahun mendatang itu, saya duduk di sini beripikir, membayangkan kewajiban negara, kewajiban kita untuk mendukung kehidupan manusia Indonesia yang akan mencapai jumlah 305 juta itu, makanannya, energinya, pendidikannya, kesehatannya, rumahnya dan sebagainya.

 

Tentu penduduk yang besar di satu sisi adalah berkah, di satu sisi kekuatan, di satu sisi aset, tetapi kalau penduduk yang besar itu tidak produktif maka bukanlah sebuah aset tapi liability, bukanlah sebuah kekuatan tapi kelemahan, bukan berkah tapi bisa mendatangkan musibah. Oleh karena itulah, kalau kita berpikir jauh ke depan sebagai orang yang cinta negara, sering disebut negarawan, negarawan itu kita semua, semua, siapa pun, tetapi memikirkan negaranya pada masa yang jauh ke depan melebihi kepentingan-kepentingan lain, termasuk kepentingan politik. Nah, kalau kita memikirkan masa depan negara kita beserta human need manusia yang berjumlah 305 juta nanti maka kita teringat geografi Indonesia.

 

Saya berikan perbandingan kemarin, penduduk kita sekarang sekitar 250 juta, penduduk Amerika berjumlah 310 juta, masih banyak Amerika. Tapi jangan lupa, luas daratan Indonesia 2 juta kilometer persegi yang 6 juta lautan, Amerika Serikat 8 juta semuanya adalah daratan yang dikelilingi oleh lautan. Artinya apa? Kalau sumber kehidupan Amerika Serikat dari daratan, apakah industrinya, tambangnya, minyaknya, gasnya, everything, ada disitu. Dan, kemudian kalau kita hanya mengandalkan yang ada di daratan, land based development saja maka kita akan menghadapi persoalan serius untuk 20. 30, 50 tahun mendatang. Oleh karena, itu paradigma pembangunan bangsa memang harus kita ubah mulai sekarang.

 

Boleh saya katakan, barangkali konsep pembangunan nasional akhirnya mau tidak mau bisa kita sebut combined land-maritime based development. Kalau itu yang kita jadikan grand strategy untuk pembangunan jangka panjang, masa yang jauh mendatang, maka kita tidak perlu cemas bahwa demands yang meningkat tajam di negeri ini bisa kita penuhi.

 

Kalau kita lihat misalkan 65 juta, berarti tambahannya 25%, tapi tidak linier, karena consumer class, middle class itu juga berkembang very significantly. Tahun lalu consumer class kita sekitar 50 juta, sebelum tahun 2030 akan menjadi 135 juta, sehingga kalau penduduknya naik 25% kebutuhan pangan tambahan, kebutuhan energi tambahan bisa mencapai 40%, bisa mencapai 50% sebagaimana global need untuk energy and food itu bisa meningkat 60% to 70% dari global output yang ada pada tahun-tahun sekarang ini.

 

Saudara-saudara,

 

Dari proyeksi penduduk yang kemarin didiskusikan, dipresentasikan di ruangan ini maka saya ingin mengajak semuanya untuk memikirkan kembali, bagaimana kita bangsa Indonesia ini secara cerdas dan arif mengembangkan suatu potensi besar, yang sekarang terus terang belum kita optimalkan untuk kepentingan bangsa kita utamanya perekonomian dan kesejahteraan. Oleh karena itu, kalau disampaikan oleh Pak Cicip Sutarjo tadi semua yang sudah, tengah dan akan kita lakukan saya mengucapkan terima kasih kepada jajaran Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan semua ke pemangku kepentingan atas prakarsa dan kerja kerasnya, terima kasih dan penghargaan kepada Dewan Kelautan Indonesia atas pemikiran, kontribusinya, gagasan-gagasannya, dan nanti akan saya baca apa rekomendasinya. Yang jelas kalau kita bersama-sama memikirkan, bagaimana sektor kelautan dan perikanan ini bisa digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia berarti arah pembangunan ini sudah benar.

Hadirin yang saya hormati,

 

Kita melihat sebetulnya ada dua dimensi, ada dua aspek, dan ada dua konteks kalau kita bicara kelautan, bicara maritim. Pertama adalah konteks keamanan, security dimension yang kedua ya kesejahteraan, prosperity dimension.

 

Kita tahu geografi kita, negara ini harus bisa mempertahankan Tanah Air nya untuk kedaulatannya, dan sekaligus integritas wilayahnya yang ¾ adalah lautan. Di sini faktor keamanan menjadi sangat penting, bagaimana kita memastikan wilayah sampai zona ekonomi ekslusif itu secure, kemudian wilayah lautan di antara pulau-pulau ada see lines of communication, ada aspek kedaulatan lautan kita yang bisa saja dilanggar setiap saat oleh negara-negara lain.

 

Kemudian barangkali ada isu not traditional security trade seperti policy, gangguan-gangguan di laut, dan banyak sekali yang sebenarnya bagian dari security. Oleh karena itu, kalau KSAL ada di sini saya suka, saya senang karena kita pastikan dulu bahwa wilayah lautan kita ini aman. Aman dari ancaman lawan yang mengganggu kedaulatan dan teritori kita, aman juga dari kejahatan, kejahatan yang ada di lautan. Apakah pencurian ikan. ilegal fishing. ilegal trading, ilegal loging lewat laut juga membawa kayu-kayu dan sebagainya. Itu faktor penting sebelum kita bicara yang kedua prosperity, ekonomi.

 

Saudara-saudara,

 

Tentu tidak selalu menjadi domain Kementerian Kelautan dan Perikanan, tapi pahamilah bahwa aspek keamanan sangat penting untuk kita jaga dan kita tegakkan. Oleh karena itu, sedikit kembali ke pembangunan kekuatan pertahanan, alhamdulillah, karena ekonomi kita meningkat cukup signifikan pada tahun-tahun terakhir ini sehingga saya putuskan untuk menambah alutsista darat, laut, udara dan laut juga cukup signifikan. Kita ingin menambah tiga kapal selam dan berbagai kapal perang, karena bagaimanapun negara kita harus aman dari siapa pun. Dan, kalau itu bisa kita lindungi, amankan, kita jaga, maka semua prakarsa dan upaya untuk menggali sumber kemakmuran dari lautan dapat kita lakukan. Itu yang pertama, security dimensions.

 

Yang kedua, sekarang mari kita bicara prosperity. Saya kira 305 juta nanti pada tahun 2035 kita memerlukan sumber pangan yang jauh lebih besar dengan sekarang ini. Oleh karena itu, rasanya sulit diterima akal sehat kalau kita kekurangan sumber daya ikan yang ada di lautan kita. Nah, mari kita kembangkan strategi, kebijakan bagaimana kita bisa mendayagunakan sumber perikanan dari lautan kita.

 

Sering ada konflik, ada sengketa kita dengan Thailand, kita dengan Vietnam, dan lain-lain ubahlah menjadi kolaborasi, menjadi kemitraan, menjadi kerja sama tentu tanpa merugikan kepentingan nasional kita. Jadi kalau itu bisa kita capai, cara berpikir kita begitu, maka tidak habis waktu kita untuk mengejar-ngejar pencuri sumber daya kelautan kita, tapi kita ubah menjadi kerja sama yang konkrit, yang sangat menguntungkan negara kita tapi jalan.

 

Kemudian, tentu ada sumber daya lain meskipun bukan masuk wilayah kelautan dan perikanan, minyak dan gas di Indonesia Bagian Timur makin banyak diketemukan offshore exploration and production dan itu penting bagi sumbangan perekonomian kita juga di sana.

 

Bicara ekonomi transportasi laut, saya kira Bapak-Ibu mengetahui kita sedang menjalankan perluasan dan pengembangan ekonomi seluruh Tanah Air berdasarkan konsep MP3EI, Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia, dan kalau pulau-pulau mekar investasinya akan mencapai 4, saya ulangi, 400 billion. Itu berapa rupiah? 400 billion berarti 4.000 triliun sampi 2025. Sekarang sudah per alokasi sekitar 800 triliun sejak tahun 2011. Dan akan terus kita lakukan investasi besar-besaran di pulau-pulau besar, koridor satu sampai koridor enam. Lantas apakah itu pertambangannya, perindustriannya, infrastrukturnya sehingga konektivitas makin kuat.

 

Poin saya adalah ketika Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berkembang, lini sea transportation, hanya dengan itu akan menjadi kekuatan ekonomi yang terintegrasi dan dinamis. Nah, di situ transportasi laut juga bagian dari ekonomi di lautan. Pendek kata, perlu satu pengembangan terpadu untuk mendayagunakan sumber yang ada di lautan kita, utamanya pangan, nomor dua energi dan kemudian jasa di bidang ekonomi. Tadi Pak Cicip juga mengatakan perhatian kita terhadap masyarakat pesisir.

 

Bapak-Ibu, Hadirin sekalian,

 

Ini tahun ke sepuluh, sembilan bulan lagi saya jatuh tempo, dan saya ingin berbagi pengalaman. Ratusan kali selama sembilan tahun saya berkunjung ke seluruh Indonesia, desa, kampung, kabupaten, semua, kesimpulan saya adalah kehidupan yang keras adalah kehidupan para nelayan. Petani juga keras tapi petani itu, kecuali ada banjir besar, panen bulanan, menanam sekarang enam bulan panen, ada certainty tapi kalau nelayan, ketika terjadi perubahan cuaca yang luar biasa dan kesalahan fishing, overfishing misalnya itu bisa sepi.

 

Saya lahir di Pacitan Bapak-Ibu, komunitasnya komunitas miskin, saya dari kalangan itu, saya tahu, kadang-kadang tiga minggu tidak makan, ombak tinggi sekali, makan apa adanya. Itulah kerasnya kehidupan nelayan. Oleh karena itu, kita terus, saya kira mulai dari Pak Sarwono juga melakukan untuk memberikan atensi, program riil dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir, masyarakat nelayan, dan itu salah satu agenda program-program prorakyat klaster keempat yang kita bangun termasuk pendidikan untuk masyarakat lokal, kesehatan, Kredit Usaha Rakyat, dan sebagainya.

 

Saya titip kepada Pak Cicip dan teman-teman semua, mari kita berikan perhatian yang luar biasa. Dan, ketika cuaca begitu buruknya komunitas pesisir sulit untuk mendapatkan kehidupan sehari-harinya. Policy kita adalah sama dengan kalau sawahnya puso, gagal panen maka kita berikan juga kepada keluarga-keluarga masyarakat pesisir yang mengalami gangguan iklim atau cuaca seperti itu.

 

Saya ingin, kita memberikan perhatian yang lebih sehingga apa pun untuk meringankan nelayan, apakah solarnya, pom solarnya ada di situ, kemudian yang lain kapal-kapal tangkap dengan kredit yang lunak, dan perlindungan dari negara, dari pemerintah itu juga perlu kita berikan.

 

Kalau itu kita lakukan insya Allah untuk memberikan, atau untuk kita kontribusikan pada ekonomi nasional, apakah tadi sumber daya kelautan, ikan-ikan dalam jumlah yang besar, industrinya, trade-nya, investasinya, kemudian juga minyak dan gas tadi, lantas juga transportasi, itu yang memberikan big post-bonus kepada pemerintah, tapi jangan dilupakan adalah apa yang mesti kita lakukan untuk masyarakat di pesisir. Dan itu berbanding langsung dengan poverty reduction, berbanding langsung dengan a job creation untuk masyarakat pesisir itu, dan tentunya langsung berkaitan dengan justice, fairness bagi saudara-saudara kita.

 

Bapak-Ibu, Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Kalau kita sudah memikirkan secara utuh dimensi security dan dimensi prosperity dengan, bukan hanya visi, bukan hanya strategi, tapi sampai program aksi dan aksi berarti sudah benar, apa yang kita lakukan sudah benar. Nah, ketika di sana-sini ada kekurangan could be policy, could be action plan, could be apa yang dilaksanakan oleh kita semua, deking Dewan Kelautan Indonesia saya harapkan bisa berkontribusi ikut memikirkan bagaimana baiknya, dan tentunya teman-teman dunia usaha juga harus bersama-sama kita, karena kalau kolaborasi itu bagus the government, the business community, the academia dan kemudian the society, maka semua policy itu akan benar. Dan, kemudian kalau benar pasti bisa dijalankan dengan baik.

 

Itulah yang ingin saya sampaikan, saya mengajak kembali ke yang basic, kalau yang apa tadi? Kebijakan, program, angka sudah dijelaskan semua oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, tetapi yang jelas tugas masih banyak, pekerjaan rumah juga tidak sedikit, 9 tahun ini, alhamdulillah, kita mencapai banyak hal yang juga di-regognize oleh dunia, tetapi kita juga menyadari masih banyak pekerjaan rumah kita, masih ada yang belum benar-benar bisa kita capai dan wujudkan, tetapi itulah pembangunan, a process. Bukan development is not an event tapi long term process. Kalau kita semua tekun akan sampai dari yang kita harapkan dan kita tuju.

 

Begitu yang ingin saya sampaikan, ini tahun pemilu, sebentar lagi partai-partai politik akan berkampanye, para capres juga begitu tolong jangan lupa kalau debat tanyakan konsepnya, solusinya, kebijakannya untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Dengan demikian rakyat akan tahu mana yang peduli, mana yang punya konsep untuk mengembangkan sesuatu yang mestinya menjadi andalan kehidupan bangsa ini di masa depan.

 

Itulah Saudara-saudara yang dapat saya sampaikan.

 

Sekali lagi, terima kasih.

 

Selamat bekerja, sukses selalu

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI