Silaturahmi Presiden RI dengan Paskibraka dan Para Teladan Nasional, Jakarta, 18 Agustus 2013

 
bagikan berita ke :

Minggu, 18 Agustus 2013
Di baca 747 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

SILATURAHMI PRESIDEN RI DENGAN PASKIBRAKA,

PASUKAN KEHORMATAN TARUNA AKADEMI TNI DAN AKPOL,

PADUAN SUARA DAN ORKESTRA GITA BAHANA NUSANTARA,

PARA TELADAN NASIONAL, SERTA PESERTA LOMBA DAN

PAMERAN FOTO INDONESIA TAHUN 2013

DI JI EXPO KEMAYORAN, JAKARTA

TANGGAL 18 AGUSTUS 2013

 

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Salom,

Om swastiastu,

 

Yang saya cintai Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Herawati Boediono, Ibu Negara, para Menteri, Panglima TNI, dan para Kepala Staf Angkatan, Kapolri, Kadin, dan para Pejabat Teras jajaran pemerintahan, para Teladan yang berprestasi, dan Saudara-saudara yang mendapatkan kesempatan sejarah dan kehormatan untuk merayakan Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan pada tahun ini, tahun 2013 yang datang dari seluruh penjuru tanah air yang saya cintai dan saya banggakan.

 

Alhamdulillaah, malam hari ini, kita dapat bertemu di tempat ini, semoga pertemuan kita mendapatkan berkah dan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, dan membawa kebaikan bagi kita semua, bagi masyarakat, bangsa, dan negara yang sama-sama kita cintai.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi di ruang tunggu, saya beserta Ibu Negara, kemudian Wapres beserta Ibu Boediono, dan para Menteri berbincang-bincang. Begini perbincangannya. Kalau untuk teladan yang lain, mereka-mereka yang berprestasi itu menilainya tidak terlalu sulit, ada kriterianya. Nah, yang kita diskusikan, bagaimana cara menilai keluarga sakinah teladan? Menteri Agama, Pak Suryadarma Ali menjelaskan panjang lebar. Kami percaya bahwa ada kriteria khusus untuk menentukan pasangan suami-istri yang memimpin keluarga berkategori keluarga sakinah teladan.

 

Tetapi katanya ini harus dicek kebenarannya, yang masuk kategori untuk diseleksi menjadi keluarga sakinah teladan itu katanya sejak kawin suami-istri tidak pernah cekcok, tidak pernah berselisih, tidak pernah berantem lah gitu. Bu Boediono menanyakan, apa iya ngga pernah berantem? Kalau berselisih, Bapak-Ibu pastilah berselisih hanya untuk yang konstruktif, positif, damai, dan akhirnya membawa berkah. Kira-kira begitu Bapak-Ibu yah. Alhamdulillaah.

 

Kemudian tanggal 15 Agustus, waktu itu, dilaksanakan gladi bersih, di halaman Istana Merdeka. Saya kira semua masih ingat. Waktu itu saya hadir dan menunggui. Karena dulu 1009, ulangi, betul ya, iya, 1994, jadi empat tahun sebelum reformasi. Saya masih berada di TNI berpangkat Kolonel, juga menjadi Komandan Upacara dalam detik-detik peringatan proklamasi. Oleh karena itu, kemarin saya datang untuk memastikan bahwa kita menjadi tuan rumah yang baik, menyelenggarakan upacara yang terbaik, karena disaksikan oleh jutaan saudara-saudara kita di seluruh Indonesia melalui televisi, dan juga disaksikan oleh tamu-tamu negara dari seluruh dunia. Alhamdulillaah, tolong berikan tepuk tangan, upacaranya, upacaranya berlangsung dengan hidmat dan baik.

 

Saya masih ingat waktu itu, saya bertemu dengan komposer dan dirigen dari Gita Bahana dan juga dari Korpri. Saya dengarkan lagunya bagus, tapi ada satu lagu, kebetulan lagu itu saya ciptakan sendiri, Bangga Jadi Anak Indonesia. Waktu latihan ada kurang sedikit. Tolong dibikin lebih bersemangat, lebih hidup, lebih kompak, kemudian apa namanya, membahana gitu. Alhamdulillaah begitu dikoreksi, mainnya bagus sekali. Artinya apa? Kalau kita berlatih dengan baik, pasti hasilnya baik. Para teladan menjalankan tugas dengan baik di profesinya masing-masing di seluruh Indonesia, karena menjalankan tugas dengan baik, ikhlas, tulus, bersemangat, terpilih Saudara-saudara menjadi teladan tahun ini.

 

Jadi kalau sebuah bangsa ingin maju, ya bekerja, bekerja keras. Seseorang ingin berhasil, ya berikhtiar. Ingin sukses, berlatih. Ingin bagus sekolahnya, ya belajar, begitu. Dan Saudara-saudara yang hadir di ruangan ini membuktikan bisa berhasil, bisa sukses, bisa maju. Oleh karena itu, kami yang duduk di atas ini bangga, terima kasih kepada Saudara-saudara. Kami berikan penghargaan yang tinggi, dan kami semua bangga atas prestasi yang telah diraih oleh Saudara-saudara semua.

 

Negara kita ini besar, luas lautan dan daratan kita itu sekitar 8 juta KM2, hampir sama dengan luas Amerika Serikat, hampir sama dengan luas Eropa Barat. Besar, penduduknya lebih dari 245 juta. Kita memiliki kekayaan alam yang juga tidak sedikit. Punya sejarah yang gemilang. Berkali-kali negara kita mendapatkan ujian sejarah, tantangan, cobaan, tetapi negara kita masih tegak berdiri dan tidak runtuh. Artinya apa? Negara yang besar, yang luas, penduduknya juga banyak ini, kalau bersama-sama kita bangun, insya Allah Indonesia akan jaya pada saatnya nanti.

 

Sekarang tahun 2013, negara kita sudah merdeka 68 tahun. Untuk usia suatu negara 68 tahun sebetulnya belum terlalu tua. Banyak negara di dunia yang lebih maju usianya ratusan tahun. Oleh karena itu, kita bersyukur kepada Allah SWT, meskipun baru 68 tahun telah banyak kemajuan yang  kita capai. Tetapi, kita ingin tahun 2045 nanti, 100 tahun setelah Indonesia merdeka, kita ingin negeri kita makin aman, makin maju, makin adil, dan makin sejahtera.

 

Indonesia seperti itu, Indonesia yang maju, aman, adil, dan sejahtera tidak akan datang dengan sendirinya. Kita yang membikin negara kita makin maju, kita yang berpikir dan bekerja keras, kita yang rukun satu sama lain. Apa pun perbedaan kita, mungkin berbeda dari segi agama, berbeda dari segi suku, berbeda dari segi etnis, berbeda dari segi daerah, tetapi bangsa Indonesia satu, harus kompak, harus bersatu. Kemudian melangkah bersama menuju hari esok yang lebih baik.

 

Inilah indahnya Indonesia, inilah besarnya Indonesia, negara yang amat majemuk, berbeda-beda tapi satu, Bhinneka Tunggal Ika. Para Pendiri Republik, para pahlawan kusuma bangsa, para pendahulu kita telah mewariskan pilar-pilar kehidupan yang penting. Kesepakatan beliau semua, agar Indonesia tetap tegak berdiri dan makin maju yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar Tahun 1945, NKRI, dan sekali lagi, kita harus bisa hidup rukun dan damai dalam kemajemukan atau Bhinneka Tunggal Ika.

 

Kalau bangsa kita tidak rukun, mudah berselisih, apalagi kerap terjadi benturan, negara kita tidak akan segera maju, merugi, dan bukan itu yang diharapkan para pendiri republik, bukan itu yang kita harapkan, dan bukan itu pula yang diharapkan oleh anak cucu kita. Mari kita camkan, rukun, kompak, saling sayang-menyayangi, saling hormat-menghormati, memiliki toleransi yang tinggi, demikian bangsa kita benar-benar bangsa yang besar, dengan kebesaran itu insya Allah tidak lama lagi Indonesia akan menuju kejayaannya.

 

Yang terakhir, negara kita terus membangun, tidak pernah berhenti membangun. Kita ingin pembangunan ini untuk semua. Maju, maju semua. Adil bagi siapa pun, seluruh rakyat Indonesia, seluruh wilayah Indonesia tidak pernah terpikir bagi kita membeda-bedakan di antara kita. Kita semua sama, ingin maju bersama-sama, suatu saat makmur bersama-sama, mendapatkan keadilan secara bersama. Tetapi membangun sebuah bangsa tidak seperti membalik telapak tangan, pembangunan proses yang berlanjut. Oleh karena itulah, kita akan terus membangun di berbagai bidang agar rakyat kita makin sejahtera. Tapi sekali lagi, pembangunan bukan proses sekali jadi, harus kita laksanakan terus-menerus di seluruh Indonesia, dan manakala manusia Indonesia yang akan membangun dirinya seperti Saudara semuanya ini, maka tidak akan terlalu lama negara kita akan maju menuju masa depan yang baik.

 

Itulah yang ingin saya sampaikan. Di sini hadir Anak-anak kita, kita bekerja keras untuk mereka semua. Negeri ini dengan segala kekayaannya jangan hanya dianggap sebagai warisan nenek moyang kita, tapi harus kita anggap sesuatu yang kita pinjam dari milik anak cucu kita. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama, sekali lagi, berbuat yang terbaik untuk negeri ini, teruslah menjadi teladan, teruslah berprestasi, ajak saudara-saudara kita yang lain untuk bersama-sama membangun dan memajukan Tanah Air yang kita cintai ini.

 

Itulah yang ingin saya sampaikan. Sekali lagi terima kasih, sampaikan salam sayang saya kepada seluruh keluarga di rumah, dan juga saudara-saudara kami di seluruh Indonesia. Jayalah Indonesia, Tuhan beserta kita.

 

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI