Testimoni Presiden RI Atas Alm. DR. H. Muhammad Taufiq Kemas, tgl. 19 Juli 2013, di Gd. DPR Jakarta

 
bagikan berita ke :

Jumat, 19 Juli 2013
Di baca 767 kali

TESTIMONI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ATAS ALMARHUM DR. (HC) H. MUHAMMAD TAUFIQ KIEMAS

PADA ACARA

MENGENANG 40 HARI WAFATNYA DR. (HC) H. MUHAMMAD TAUFIQ KIEMAS

DI GEDUNG DPR/MPR, JAKARTA

TANGGAL 19 JULI 2013

 

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Bapak-Ibu, Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Pimpinan MPR, Mbak Puan,

 

Alhamdulillah, kita dapat bersatu dalam doa, mengenang kakak, sahabat kita, Bapak Taufiq Kiemas dengan doa dan harapan semoga beliau hidup tenang di sisi Allah SWT. Sebagai pembicara terakhir yang harus menyampaikan testimoni, tentu ini yang paling berat, karena kalau kita simak tadi, yang disampaikan oleh sahabat-sahabat kita yang juga memberikan testimoni, rasanya sudah lengkap.

 

Belum lama, Pak JK dan Pak Boed juga sudah lebih melengkapinya lagi. Dan saya masih ingat ketika almarhum wafat, dan saya selaku Kepala Negara memimpin upacara pemakaman almarhum secara militer, secara kenegaraan, saya juga sudah menyampaikan pidato saya, pidato yang saya tulis sendiri dini hari sesaat sebelum almarhum dimakamkan. Mengapa saya tulis sendiri? Karena banyak sekali kenangan indah saya bersama beliau. Oleh karena itu, kata demi kata, kalimat demi kalimat, saya pilih, dan semua keluar dari hati saya.

 

Banyak yang sudah saya sampaikan, tetapi pada kesempatan yang mulia ini saya ingin menyampaikan dua hal saja, bagian dari apa yang sudah saya sampaikan pada hari yang bangsa kita berduka waktu itu, tetapi tentu membawa kenangan yang manis. Dalam arti, ada seorang tokoh besar yang begitu besar jasanya, yang kita hantarkan kepergiannya menghadap Sang Khalik. Dan, dari apa yang saya sampaikan dalam sambutan saya, dua hal.

 

Saya kira Bapak Ibu, atau barangkali Bapak Ibu pernah mendengar ada seorang Presiden negara sahabat yang mengucapkan kata-kata demikian, "Kalau menyangkut prinsip, kokohlah seperti batu, tetapi kalau menyangkut gaya, kita harus mengikuti arus." "As matter of principles, stand like rock, as matter of taste, swim with the stream." Singkat kata, almarhum Pak Taufiq paham betul mana yang prinsip, mana yang kalau kita ingin membangun silaturahim, kita juga harus bertenggang rasa, saling menyapa, saling berbagi, saling sayang-menyayangi. Itulah almarhum.

 

Prinsipnya adalah urusan kenegaraan, urusan kebangsaan, kalau kita bicara apakah disebut empat pilar, apakah disebut fundamental consensus, itu sama. Tetapi selebihnya, kita sebagai bangsa yang majemuk, banga yang beragam, marilah kita hidup berdampingan secara damai, sayang-menyayangi, penuh persaudaraan, dan senantiasa menjaga silaturahim kita. Itulah Pak Taufiq. Itu yang pertama yang ingin saya ulangi kembali apa yang saya sampaikan.

 

Sedangkan yang kedua adalah he is a great conciliator. Beliau memang adalah seorang konsoliator yang luar biasa. Politik itu memang saling berjarak, ada posisi yang berbeda, ada kepentingan yang beragam. Tetapi politik juga tentang kompromi, tentang take and give, tentang consensus building, tentang mufakat, tentang musyawarah, tentang the common good of the people, untuk kebaikan bersama. Itulah politik.

 

Dan persahabatan saya dengan Pak Taufiq Kiemas, terutama sejak tahun 2009 yang secara intens kami sering bertemu, bertukar pikiran, dan berdiskusi, kami memasuki wilayah yang sama menyangkut politik itu. Dan kemudian, mengapa harus selalu berjarak, mengapa kita tidak bisa berkomunikasi, mengapa kita melihat ke belakang dan tidak melihat ke depan. Itulah jiwa besar Pak Taufiq Kiemas yang kami bersatu dalam pandangan, dalam pemikiran, dan juga dalam perilaku kami.

 

Dua hal itulah yang saya pikir melengkapi semua testimoni tadi. Barangkali buku yang tadi juga kita terima bahwa banyak teladan dari Pak Taufiq, marilah kita ikuti teladan baik itu, seraya sekali lagi mendoakan, semoga sekali lagi Pak Taufiq Kiemas mendapatkan tempat yang layak, hidup tenang di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.       Cita-cita beliau, pikiran-pikiran baik beliau yang belum sepenuhnya diwujudkan, marilah bersama-sama kita wujudkan.

 

Demikianlah, Saudara-saudara. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI