World Water Forum ke-10 di Bali dan Peran Strategis Indonesia

 
bagikan berita ke :

Kamis, 02 Mei 2024
Di baca 279 kali

Oleh: Eddy Cahyono Sugiarto


World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan digelar di Bali pada tanggal 18-25 Mei 2024 mendatang akan menjadi momentum penting bagi Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya dalam terus meningkatkan tata kelola air. Tema WWF ke-10, yakni Water Shared for Prosperity, menunjukan perhatian serius dunia global akan manajemen isu air demi kepentingan masa depan air untuk kesejahteraan bersama.

 

Air menjadi isu penting yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan makhluk hidup pada masa kini dan mendatang, sehingga ketersediaannya harus dipastikan berkelanjutan sebagai kunci kesejahteraan dan kelestarian bumi.  Bagi Indonesia khususnya, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, sudah barang tentu isu tata kelola air memiliki tantangan tersendiri dalam manajemen air, mulai dari perlindungan sumber daya alam hingga penanggulangan bencana alam terkait air.

 

Dalam konteks ini, menjadi jelas bahwa peran strategis Indonesia di World Water Forum tidak hanya sebagai tuan rumah, tetapi juga sebagai pembelajar yang aktif dan pemimpin dalam inisiatif global dalam menjaga keberlanjutan air bagi kesejahteraan bersama.

 

Salah satu aspek kunci dari peran strategis Indonesia adalah mengembangkan kolaborasi lintas sektor dan lintas batas. Dalam pertemuan WWF mendatang, Indonesia akan memainkan peran sentral dalam memperkuat kemitraannya dengan negara-negara lain, organisasi internasional, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam mengembangkan solusi yang holistik dan inklusif dalam menghadapi masalah air.

 

Peran strategis Indonesia juga mencakup upaya dalam memperluas akses air bersih dan sanitasi bagi semua lapisan masyarakat.  Dengan populasi yang terus bertumbuh dan urbanisasi yang pesat, tantangan ini menjadi semakin mendesak, dan Indonesia telah menunjukkan komitmen dan langkah kongkrit untuk mengatasi ketimpangan akses terhadap air bersih dan sanitasi melalui kebijakan dan program yang berkelanjutan.

 

Di samping itu, Indonesia juga menggunakan forum ini sebagai platform untuk memperjuangkan isu-isu global yang berkaitan dengan air, termasuk perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan pembangunan berkelanjutan. Dengan berbagi pengalaman, pengetahuan, dan teknologi, Indonesia berperan sebagai agen perubahan dalam mempromosikan solusi inovatif dan berkelanjutan untuk tantangan air di tingkat lokal, regional, dan global.

 

Dengan demikian, World Water Forum ke-10 di Bali tidak hanya menjadi forum diskusi, tetapi juga momentum untuk Indonesia untuk menegaskan peran strategisnya dalam mendorong air untuk kesejahteraan bersama. Melalui kolaborasi lintas sektor, peningkatan akses air bersih, dan advokasi global, Indonesia terus berkomitmen untuk menjadi pemimpin dalam menjaga sumber daya air yang sangat penting bagi keberlanjutan dan kesejahteraan bersama di dunia ini.

 

Secara lebih spesifik peran tersebut terlihat dari beragam kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air. Melalui kebijakan dan regulasi yang berkelanjutan, pemerintah Indonesia telah menciptakan kerangka kerja yang memungkinkan pengelolaan air yang efisien dan berkelanjutan. Ini meliputi pengaturan izin penggunaan air, pengawasan terhadap pencemaran air, dan perlindungan ekosistem air.

 

Sebagai bentuk kolaborasi, pemerintah Indonesia telah menggandeng sektor swasta dalam pengembangan infrastruktur air, seperti pembangunan sumber air bersih, instalasi pengolahan air limbah, dan investasi dalam teknologi yang mengoptimalkan penggunaan air.

 

Dalam forum kerja sama internasional, pemerintah Indonesia akan terus mengembangkan jalinan kemitraan dengan organisasi internasional seperti PBB, Bank Dunia, dan lainnya untuk memastikan dukungan teknis, sumber daya finansial, dan akses ke best practices dalam pengelolaan air.

 

Upaya mengandeng masyarakat sipil dalam terus menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat sipil guna perbaikan tata kelola air, pemerintah Indonesia terus memastikan bahwa kepentingan dan kebutuhan masyarakat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terkait air.

 

Organisasi non-pemerintah, LSM, dan kelompok advokasi lingkungan berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan, serta memobilisasi dukungan untuk inisiatif lokal dalam perlindungan sumber daya air.

 

Bertolak belakang dengan peran vitalnya, bagi Indonesia penanganan serius terhadap masalah air menjadi suatu keniscayaan mengingat hanya 2,5% dari total air di permukaan bumi yang berupa air tawar. Sebanyak 97,5% lainnya berupa air asin atau air laut. Dari 2,5% air tawar, hanya 1/3 nya yang merupakan air permukaan yang bisa langsung dimanfaatkan, 2/3 nya berupa cadangan air tawar yang tidak bisa langsung dimanfaatkan karena masih berupa lapisan es, gletser, dan salju.

 

Disamping berbagai ancaman lainnya yang membutuhkan kolaborasi dari para pemangku kepentingan untuk mencarikan solusinya mulai dari eksploitasi berlebihan, pencemaran, dan perubahan pola curah hujan akibat perubahan iklim. Berbagai fenomena tersebut berdampak pada ketersediaan air bersih sekaligus memicu terjadinya bencana alam seperti kekeringan, banjir, dan tanah longsor.

 

Perubahan iklim yang drastis berdampak buruk bagi lingkungan termasuk air. Ketersediaan air bersih pada akhirnya semakin sulit didapatkan karena siklus hidrologi yang terganggu.

 

Ketika siklus hidrologi terganggu, maka krisis air dapat terjadi dan lebih lanjut, hal ini berpengaruh bagi kehidupan manusia termasuk organisme hidup lainnya. Bahkan Badan Pangan Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) memproyeksikan pada tahun 2050, krisis air akibat perubahan iklim akan meningkatkan kerawanan pangan. Lebih dari 500 juta petani skala kecil, yang menghasilkan 80% pangan dunia, saat ini merupakan kelompok yang paling rentan, pemenuhan kebutuhan pangan global akan terganggu.

 

Misi Khusus Indonesia dalam World Water Forum ke-10

Pemerintah Indonesia mengusung empat misi penting dalam forum air internasional terbesar di dunia World Water Forum ke-10. Keempat misi tersebut, yakni kehadiran jaringan terpusat di kawasan Asia Pasifik yang khusus ditujukan pada isu ketahanan air, perubahan iklim, dan penelitian lingkungan. 

 

Selanjutnya, menciptakan hubungan dengan institusi, akademisi, organisasi penelitian, serta lembaga internasional lainnya. Kehadiran konsorsium yang berfokus pada pusat data serta  mengoordinasikan serta mengimplementasikan berbagai upaya multipihak untuk menciptakan sebuah deklarasi atau inisiatif terkait permasalahan air dunia. Selain itu, pemerintah juga mendorong penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum ke-10 untuk menjaga keberlangsungan sumber daya air.

 

Sebagai negara kepulauan yang terletak di Kawasan rentan terhadap perubahan iklim dan bencana terkait air, Indonesia memahami betul urgensi tindakan segera dalam mengelola sumber daya air dengan bijaksana.  Upaya untuk terus meningkatkan ketahanan air akan terus diupayakan terlebih lagi, kondisi geografis Indonesia dengan peta penyebaran populasi yang terpusat di Pulau Jawa dengan cadangan air tawar yang tidak lebih dari 4,5% total cadangan nasional, yang rentan memicu terjadinya krisis air.

 

Sebagai tuan rumah, Indonesia tentunya tidak hanya berusaha memecahkan masalah air di tingkat nasional, tetapi juga berkontribusi dalam upaya global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) terkait air. Salah satunya dengan memperkenalkan inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan di bidang pengelolaan air. Termasuk pemanfaatan teknologi untuk efisiensi air dalam sector pertanian, pertambangan, industri dan pengelolaan daerah aliran sungai, serta strategi adaptasi dan mitigasi terhadap bencana hidrometeorologi.

 

Pengarusutamaan pengelolaan air terpadu di pulau-pulau kecil juga sangat penting diutarakan. Berfokus pada pengembangan solusi pengelolaan air yang tepat konteks pada daerah-daerah yang rentan terhadap krisis air dan bencana terkait air akan mengarahkan pada solusi integral jangka Panjang yang akan membantu dalam proses restorasi ekosistem air.

 

Penambahan infrastruktur baru ataupun penguatan infrastruktur yang sudah ada didukung oleh peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi krisis air ataupun bencana air akan pula membantu terwujudnya masa depan yang berkelanjutan dimana air tetap mengalir sebagai sumber kehidupan bagi semua.

 

Kita patut mengapresiasi inisiasi Indonesia dalam mendorong pembentukan Global Water Fund di ajang World Water Forum ke-10 mendatang, mengingat ide ini sangat penting dalam merespons ketimpangan anggaran. Global Water Fund yang diproyeksikan untuk kebutuhan infrastruktur air, mitigasi krisis atau bencana terkait air, adaptasi perubahan iklim, serta mekanisme pemantauan, akan menjadi langkah nyata mengatasi masalah air dunia.

 

Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah, memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga dan mengelola sumber daya air dengan bijaksana. Harapannya, setiap warga Indonesia menyadari pentingnya peran dalam menjaga keberlangsungan sumber air. Dimulai dari hal-hal sederhana seperti mengurangi penggunaan air yang tidak perlu, mengelola limbah dengan bijaksana, dan mengambil bagian dalam kegiatan konservasi lingkungan.

 

Kita tentunya berharap dukungan optimal dari para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah, terutama untuk meningkatkan kerja sama dalam merumuskan kebijakan untuk pengelolaan air. Selain itu juga diharapkan komitmen untuk investasi berkelanjutan bagi infrastruktur air dan sanitasi.

 

Semoga WWF ke-10 akan menjadi platform efektif untuk mendiskusikan ide-ide inovatif, berbagi pengalaman terbaik, dan menyepakati komitmen konkret dalam menjaga keberlangsungan sumber daya air, sehingga dapat meningkatkan kerja sama global dan mendorong tindakan nyata dalam menjaga kelestarian air.

 

Kita tentunya berharap beragam kearifan lokal dalam tatakelola air dapat menjadi best practice yang dapat diimplementasi negara lain dalam terus memperbaiki tata kelola air untuk kesejahteraan bersama, di antaranya sistem Subak di Bali yang sudah diakui UNESCO atau Taman Hutan Rakyat (Tahura) yang memperlihatkan betapa pentingnya mangrove dalam mendukung pengelolaan air.

 

Kita tentunya berharap WWF ke-10 mendatang dapat terus meningkatkan peran generasi pemuda, melalui Suara Pemuda (Voice of the Youth) yang menjadi momentum dalam meningkatkan kepedulian generasi muda menyuarakan tantangan global terkait air dan iklim dan melakukan langkah kongkrit dalam mencarikan mitigasinya melalui rumusan pemikiran generasi muda memberikan rekomendasi untuk masa depan.

 

Dan yang lebih penting melalui KTT WWF ke 10 mendatang akan menghasilkan komitmen dunia global untuk berkolaborasi menjaga air sebagai sumber kehidupan untuk kesejahteraan alam dan kelestarian bumi, yang diikuti dengan langkah nyata untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang. Semoga.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
6           0           0           0           2