ACARA PRESENTASI MENTERI PERDAGANGAN

 
bagikan berita ke :

Rabu, 13 Februari 2008
Di baca 1593 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PRESENTASI MENTERI PERDAGANGAN
DI KANTOR DEPARTEMEN PERDAGANGAN
TANGGAL 13 FEBRUARI 2008



Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarrakaatuh,


Selamat sore,


Salam sejahtera,


Saudara-saudara,


Hari ini, saya bersama Wakil Presiden dan para Menteri melaksanakan kunjungan ke Departemen Perdagangan untuk mendengarkan laporan Menteri Perdagangan tentang pelaksanaan program kerja tahun 2007, utamanya program-program strategis dan rencana kerja tahun 2008.


Sejumlah isu telah kita bahas, termasuk kebijakan dan langkah ke depan yang kita rumuskan. Saudara-saudara mengetahui bahwa pada tingkat global, yang akhirnya berdampak pada tingkat nasional, telah terjadi berbagai dinamika dan perkembangan yang akhirnya juga berpengaruh pada perdagangan internasional, pada harga-harga pangan akibat perdagangan itu, yang tentunya memerlukan solusi dan kebijakan yang tepat. Adalah kewajiban pemerintah, kewajiban saya, untuk menjelaskan kepada rakyat tentang persoalan apa saja yang kita hadapi dewasa ini, di bidang perekonomian, di bidang perdagangan, serta solusi dan kebijakan serta langkah tindakan apa yang kami tempuh. Dengan demikian, harapan saya, rakyat sungguh mengetahui keadaan yang kita hadapi, sebagian besar karena dampak dari dinamika global, serta mengetahui pula bahwa pemerintah tidak tinggal diam, terus mengatasi permasalahan yang muncul ini.


Saudara-saudara,

Pertama, mengingat kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi kita cukup tinggi, perkembangannya baik, pada tahun 2007 saja, pertumbuhan ekspor kita yang non migas 15,5 %, yang migas 4 %, dan sebetulnya dari segi component growth itu setara dengan 47,4 %, maka menjadi tugas Pemerintah sekarang ini untuk mempertahankan kontribusi itu, mengingat dunia kurang bersahabat pada tahun 2008/2009 ini, mengingat resesi di sejumlah negara dan kemudian tentunya berpengaruh pada peluang, opportunity, dari ekspor produk barang dan jasa kita di pasar global tersebut. Oleh karena itu, yang kita lakukan, ya, kita akan lebih pro aktif, lebih responsif, dan lebih adaptif, dengan tujuan agar ekspor kita tahun 2008 ini tetap aman, dan memberikan sumbangan yang tetap berarti bagi pertumbuhan ekonomi kita.


Yang kedua, Saudara-saudara, kita juga terus melakukan sinkronisasi kebijakan dan langkah tindakan, baik antara Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Departemen Pertanian, Departemen ESDM, agar barang yang kita ekspor itu betul-betul kompetitif. Ini harus disumbang secara bersama. Kita juga menyadari infrastruktur di negeri ini juga bisa mengganggu pertumbuhan perdagangan kita, pertumbuhan ekspor kita. Meskipun kita tahu, membangun infrastuktur memerlukan waktu dan biaya yang tidak kecil, tapi menjadi tekad kita agar para sentra-sentra industri yang memiliki potensi yang besar untuk mengekspor barang dan jasanya, akan diintensifkan pembangunan infrastruktur yang diperlukan.

Saudara-saudara,

Tadi Menteri Perdagangan juga melaporkan perkembangan kontribusi ekonomi kreatif terhadap ekonomi nasional kita, termasuk handycraft dan barang-barang produk budaya yang ternyata sekarang ini trendnya meningkat, baik pada tingkat global maupun pada tingkat nasional. Kita ingin ini terus ditingkatkan dengan mengajak kerjasama usaha kecil dan menengah, koperasi, swasta, perbankan agar betul-betul memberikan kemudahan, memberikan ruang bagi timbulnya ekonomi kreatif, yang tentunya bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan juga tentunya bisa menggerakkan ekonomi rakyat kita di seluruh Indonesia.


Saudara-saudara,


Kita juga menyadari bahwa perlu ada sinkronisasi antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang kondusif terhadap perdagangan, yang kondusif terhadap upaya ekspor dan impor kita. Menyangkut ekspor tentunya kita ingin nilai tukar sedemikian rupa, pas begitu, dengan demikian barang-barang kita bisa kompetetitif pada tingkat global. Sekali lagi diperlukan kelanjutan, sebagaimana yang kita lakukan sekarang ini, satu sinergi dan sinkronisasi antara otoritas moneter dan otoritas fiskal di dalam mengembangkan kebijakan, yang harapan kita terpadu. Kita juga menganalisis, masih ada di negeri kita ini, yang disebut dengan high cost economy, di sana-sini. Kita bertekad untuk terus mengefisienkan ekonomi di negeri ini, membatasi prosedur masalah mekanisme yang boros, penyimpangan-penyimpangan, baik di pusat maupun di daerah. Kita terus melakukan satu sinkronisasi agar, sekali lagi, kita tidak merugi di negeri sendiri, karena tidak kompetitif akibat biaya ekonomi yang terlalu tinggi.


Saudara-saudara,


Kita tidak bisa memisahkan perdagangan dengan investasi, meskipun trend investasi juga membaik, tetapi belum cukup untuk mendongkrak ekonomi kita secara lebih cepat lagi. Oleh karena itu diperlukan satu sinkronisasi antara kebijakan investasi, kebijakan perdagangan, yang kira-kira, kita ingin, ke depan ini investasi, baik dalam maupun luar negeri itu dapat diarahkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar lagi, dan juga untuk mendorong ekspor yang lebih tinggi lagi. Kita tentu tidak boleh pasif, apa maunya investor saja, tetapi dengan era global seperti ini, kitapun bisa meminta, mengundang, menyambut investasi dalam dan luar negeri dengan arah agar sebaik-baiknya investasi itu betul-betul bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi.


Saudara-saudara,


Kita juga menyadari bahwa, pada tingkat ASEAN, kita sepakat 2015 akan diberlakukan yang disebut dengan  ASEAN Economic Community, bahkan ada yang ingin lebih cepat lagi. Kita tidak boleh tidak siap. Oleh karena itulah, sejumlah pekerjaan rumah harus kita rampungkan. Serius. Agar pada saatnya nanti kita berinteraksi dengan tetangga-tetangga kita di ASEAN, maka kita sudah punya level playing fit yang sama, kita memiliki daya saing yang sama atau bahkan lebih tinggi. Dengan demikian tidak perlu cemas kalau sudah dibuka lagi nanti keran ekonomi bersama di kawasan ini, karena memang kita sudah siap untuk masuk ke dalam kerjasama kawasan ini.


Saudara-saudara,


Dibahas juga tadi keperluan untuk menggalakkan promosi kita di luar negeri, semacam Indonesian Promotion Center, Indonesian Promotion Office, tapi, kita juga tadi membahas, lebih bagus Indonesian Promotion Activities, yang ternyata sangat diperlukan karena kita punya banyak produk unggulan, tapi dunia tidak tahu. Harus kita bikin tahu. Maka dengan koordinasi yang baik, Departemen Luar Negeri, Perdagangan, Investasi, harapan kita, dibangunlah kegiatan promosi di kawasan-kawasan Asia, Eropa, Timur Tengah, Amerika dan lain-lain, agar lebih banyak lagi komoditas kita mengalir ke tempat-tempat itu. Kita juga menggarisbawahi, akibat Business MICE yang berkembang tahun-tahun terakhir ini, kita mendapatkan benefit yang nyata. Sekali saja dalam sepuluh tahun terakhir, tahun lalu dianggap sebagai tahun yang secara ekonomi memiliki standing yang tinggi, antara lain karena Business Mice, meeting, insentive, convention, exhibition. Kita perlu terus mempertahankan dan mengembangkan kegiatan ini, agar lebih banyak orang datang ke Indonesia, melihat exhibition, mengikuti seminar, konferensi, sehingga sekaligus kita mempromosikan tanah air kita di negeri sendiri. Ide yang dilakukan Departemen Perdagangan beserta pemerintah daerah untuk membuka alun-alun, pasar wisata, tentunya contoh, kita bisa juga mempromosikan negeri kita dari kandang sendiri.


Saudara-saudara,

Kita juga menggarisbawahi bagi pelaksanaan paket kebijakan stabilisasi harga pangan yang pemerintah keluarkan pada tanggal 1 Februari tahun 2008 yang lalu. Meskipun saya tahu, ada yang segera bisa dijalankan, ada yang memerlukan penataan kembali, APBNP, yang akan dibicarakan dengan DPR dalam waktu dekat, namun semangat kita, semua upaya kita lakukan untuk betul-betul bisa menstabilkan harga pangan pokok, yang Saudara sudah tahu, kenaikan harga pangan ini sebagian besar karena memang kenaikan harga pangan pada tingkat dunia. Kita akan terus melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan harga beras, kedelai, minyak goreng, terigu, gula, minyak tanah, termasuk raskin, yang akan kita distribusikan kepada saudara-saudara kita yang tergolong miskin atau setengah miskin untuk membantu mengatasi transisi kenaikan harga dewasa ini. Ini semua terus kita jalankan agar sekali lagi, meskipun ini dampak tetapi harus kita atasi dan kita carikan solusinya.


Saudara-saudara,


Kita juga membahas pentingnya untuk mengatur betul keberadaan pasar tradisional. Kami menyadari bahwa 120 juta pedagang kecil itu memerlukan pasar tradisional, pasar induk, dan pasar-pasar pendukungnya. Kita tahu bahwa muncul high hypermarket, yang barangkali untuk komunitas tertentu diperlukan. Oleh karena itu yang diperlukan adalah pengaturan yang baik. Pada tingkat pemerintah saya sudah mengeluarkan peraturan, Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007, tetapi yang lebih berperan adalah pemerintah daerah, para bupati, para walikota, bagaimana mengatur betul mana itu yang hypermarket, mana itu yang pasar tradisional, sehingga menjadi adil. Banyak contoh yang saya berikan pujian, beberapa bupati/walikota membangun pasar tradisional yang ternyata bersih, sehat, nyaman, dan dengan demikian bagus untuk rakyat kita karena membeli di pasar-pasar itu dengan harga barangkali sedikit lebih murah, tetapi tetap dalam keadaan bersih, aman, dan bisa dikonsumsi oleh mereka. Saya berharap melalui mimbar ini, para bupati/walikota terus dengan gigih melakukan penataan pasar-pasar ini, membangun fasilitas pasar tradisional. Kita perlu menyatukan APBN dan APBD, sekali lagi APBN dan APBD, untuk menolong mereka semua sehingga pasar tradisional tetap tumbuh dengan baik.


Saudara-saudara,


Saya kira itu yang perlu saya jelaskan. Banyak masalah-masalah teknis operasional yang kita putuskan tadi, dan sudah saya berikan arahan kepada para menteri dan lembaga-lembaga lain untuk ditindaklanjuti, sebagai elaborasi dari kebijakan dasar yang saya sampaikan tadi.

Demikian, apakah ada pertanyaan?

Wartawan :


Joko, dari Radio Smart FM. Yang ingin saya tanyakan ada dua hal, yaitu, tadi disebutkan mengenai pentingnya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kira-kira di level berapa pemerintah meng-convert terhadap stabilitas nilai tukar rupiah tersebut. Terus yang kedua mengenai peningkatan ekspor untuk mempertahankan, tadi, apakah ada upaya untuk mengalihkan dan mencari daerah-daerah lain untuk ekspor, dan barang apa saja? Terima kasih.


Presiden :


Baik. Pada level berapa, tentu, Presiden tidak elok dan tidak tepat mengatakan berapa pasnya nilai tukar kita sekarang ini. Barangkali sedikit berbeda pandangan dari eksportir dengan importir, tetapi dengan level yang pas, sekarang-sekarang ini, barangkali kurang lebih klop itu dengan upaya untuk, di satu sisi ekspor kita terjaga, demikian juga pada sisi yang lain, impor kita juga tidak mengalami hambatan. Tetapi yang jelas, yang diperlukan sinkronisasi, yang diperlukan telaahan terus menerus bagaimana nilai tukar itu pas betul untuk kita, dan itulah sinkronisasi antara Bank Indonesia, otoritas moneter, dengan jajaran pemerintah diperlukan.


Yang kedua benar. Memang tidak equal perkembangan ekonomi di dunia. Amerika barangkali mengalami resesi, meskipun Presiden Amerika Serikat mengeluarkan US$ 152 milyar untuk menstimulasi pertumbuhan yang tentunya terganggu. Seperti itu. Ada pengaruhnya tentunya bagi ekspor kita ke Amerika, tapi juga tidak menutup kemungkinan ada peluang-peluang baru di negara-negara baru. Kita dengan China terus tumbuh perdagangan kita, sebagai contoh. Ini juga perlu kita cari apakah masih ada peluang lebih lagi untuk mempertahankan ekspor kita di negara seperti RRC, maupun negara-negara yang lain. Jawabannya iya, kita akan adaptif dan proaktif untuk mensubstitusi atau pun mencari opportunity baru dari pasar tingkat global.


Wartawan :

Terima kasih, Pak. Nama saya Daniel Sautguntung, Pak. Dari media Tunas Bangsa, Pak. Pertanyaan saya, mengenai masalah hubungan harga-harga yang terus berfluktuasi ya, harga-harga kebutuhan pokok, dengan masalah proteksi atau perlindungan produk dalam negeri. Apa terobosan-terobosan ke depan menurut Pak Presiden. Gitu aja, Pak. Terima kasih.

Presiden :

Sebenarnya, policy dasar yang kita anut menyangkut kenaikan beberapa komoditas pangan, terutama yang sekarang ini kita impor, ataupun juga komoditas yang kita ekspor adalah sebuah policy, fiscal policy. Yang bisa kita lakukan, dengan demikian, harapan kita, maka harga jual dari komoditas itu bisa diturunkan, dan akhirnya stabil, kebijakan dasarnya di situ. Barangkali memang ada hitung-hitungan dengan bagaimana harga di dalam negeri, harga impor, itu yang menjadi tugas kita untuk disinkronisasikan. Jadi memang tidak bisa ada direct connection antara perlindungan harga pada tingkat domestik dengan berapa harga yang kita patok pada tingkat impor. Yang jelas, pada tingkat sekarang ini, policy dasar kita seperti itu, dan pasti ada hubungan satu kebijakan dengan kebijakan yang lain, tetapi kita fokus pada penurunan harga-harga yang kita anggap terlalu tinggi, kemudian dilanjutkan dengan stabilisasi sampai masa transisi ini kita lewati.

Wartawan :

Terima kasih Pak Presiden. Saya Hadi dari Bisnis Indonesia. Yang saya tahu bahwa beberapa tahun terakhir ini, ekspor kita sangat ditolong oleh kenaikan harga komoditi. Nah, kemungkinan tahun ini untuk mencapai target seperti yang Bapak Presiden bilang tadi sangat berat karena kenaikan harga komoditi mungkin akan melambat, bahkan mungkin akan menurun. Apakah ada stimulus dari pemerintah, Pak, untuk barangkali mempercepat proses pencarian pasar baru, atau ada kebijakan apa yang mungkin bisa merangsang kenaikan volume ekspor kita di tahun ini. Terima kasih, Pak.

Presiden:

Baik. Dua-duanya penting memang. Kenaikan nilai ekspor kita dari segi harga, yang ada di pasar global sekarang ini, tanda-tandanya memang belum cepat turun dalam waktu dekat. Sehingga dari segi harga tentunya komoditas kita tetap prospektif. Namun demikian kita juga tidak boleh menghilangkan peluang yang ada untuk meningkatkan volume dari ekspor kita. Itulah tadi kita bahas, hambatan apa, yang akhirnya volume tidak tumbuh, tidak cepat, seperti infrastructure, pelabuhan, jalan, kemudian produksi dalam negeri karena high cost economy, yang mungkin juga akhirnya mengganggu di sana sini. Dua-duanya kita tempuh, pertama memang kita akan mempertahankan, kalau bisa meningkatkan volume ekspor kita, dengan ekspektasi sebagaimana yang kita ikuti perkembangan harga di tingkat dunia ini. Dengan demikian, saya katakan tadi, ekspor kita aman. Policy-policy yang lain, langkah-langkah yang lain, tentu sepanjang masa,  along the way, akan kita lihat terus dengan, apa namanya, sikap adaptif kita, sehingga pas betul dengan kepentingan kita untuk menjaga keamanan dari ekspor ini.

Demikian Saudara-saudara,


Terima kasih,


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


 
Biro Naskah dan Penerjemahan
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan
Sekretariat Negara RI