Al-Quran sebagai Napas Kita dan Pegangan Hidup yang Hakiki

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 30 Juli 2016
Di baca 1157 kali

Di awal sambutannya, Presiden berharap agar gelaran MTQ yang telah membudaya tersebut dapat terus berkembang dalam segala aspek. Selain itu, penyelenggaraan agenda rutin tersebut diharapkan mampu mewarnai wajah umat Islam dan bangsa Indonesia.

 

"Saya memiliki harapan, MTQ yang telah membudaya di tengah masyarakat kita, selain berkembang dari segi syiar dan kualitas penyelenggaraannya, juga dapat mewarnai wajah umat Islam dan bangsa Indonesia," ucap Presiden membuka sambutannya.

 

Presiden mengingatkan agar MTQ Nasional harus mampu membumikan Al-Quran sehingga lebih mudah dipahami masyarakat. “Tujuan dan makna kegiatan MTQ, prestasi adalah yang utama. Namun yang lebih utama lagi adalah syiar dan dakwah tentang bagaimana membumikan Al-Quran. Harus menjadikan Al-Quran sebagai napas kita, sebagai pegangan hidup kita yang hakiki dan sebagai kepribadian kita,” tutur Presiden.

 

Saat  ini, ucap Presiden, banyak orang yang mudah mencela, mengumpat, menjelek-jelekkan orang lain hingga sopan-santun diabaikan. Ungkapan-ungkapan yang pedas, ujaran kebencian yang asal bunyi itu bertebaran luar biasa khususnya di ranah media sosial.

 

"Ungkapan-ungkapan tersebut semakin menghebat terutama ketika terjadi kontestasi politik seperti ketika pemilihan gubernur, pemilihan bupati, pemilihan walikota dan pemilihan presiden, serta pemilihan anggota legislatif. Kandidat lain tidak lagi dilihat sebagai sahabat, sebagai partner, tetapi sebagai musuh yang harus dihabisi,” ujar Presiden.

 

Presiden berharap kepada seluruh pihak untuk memegang teguh dan mengamalkan kandungan Quran dalam kehidupan sehari-hari. “Karena ketika kita menggaungkan Al-Quran, maka sebenarnya kita sedang mengagungkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kesalehan sosial, nilai-nilai yang mengutamakan pembelaan pada yang lemah, mengutamakan pembelaan yang fakir, dan mengutamakan pembelaan yang miskin. Bukan nilai-nilai keserakahan seperti mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya," terang Presiden.

 

Di akhir sambutannya, Presiden berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga kebersamaan dan menumbuhkan optimisme dalam menghadapi persaingan dan tantangan global yang sedang dihadapi bangsa Indonesia.

 

"Seperti sejuknya hati kita setelah melafalkan Al-Quran, kita pun ingin kehidupan berbangsa dan bernegara juga sejuk, damai, dan indah," tutup Presiden.

 

Presiden juga berharap agar MTQ Nasional dan Konferensi Internasional Islam Washatiyyah sebagai stimulan untuk meningkatkan penghayatan, kecintaan dan pengamalan ajaran Islam yang rahmatan lil-alamin.

 

Usai menyampaikan sambutan, Presiden Joko Widodo langsung menabuh Gendang Beleg sebagai tanda peresmian pembukaan MTQ Tingkat Nasional ke-26. Mendampingi Presiden saat penabuhan Gendang Beleg ialah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi.

 

Tampak hadir pada acara pembukaan MTQ ke-26, Sekjen Rabithah Alam Islami, Yang Mulia Abdullah Abdul Muhsin Atturki; Wakil Ketua MPR, Hidayat Nurwahid; Wakil Ketua DPD, Farouk Muhammad; Menteri Sekretaris Negara, Pratikno; dan para Duta Besar Negara-negara sahabat. 

 

MTQ Tingkat Nasional ke-26 kali ini terbagi dalam 7 cabang dan 18 golongan musabaqah. Ketujuh cabang tersebut adalah tilawah Al-Quran, hifzh Al-Quran, tafsir Al-Quran, fahm Al-Quran, syarh Al-Quran, khath Al-Quran, dan menulis makalah ilmiah AlQuran (M2IQ). Adapun 18 golongan lomba terdiri dari: enam golongan cabang tilawah Al-Quran (dewasa, remaja, anak-anak, tartil, difabel, serta qiraah sabah); lima golongan cabang hifzh Al-Quran (1 juz, 5 juz, 10 juz, 20 juz, dan 30 juz); tiga golongan cabang tafsir Al-Quran (Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan Bahasa Inggris), serta empat golongan cabang khath Al-Quran (naskah, hiasan mushaf, dekorasi, dan kontemporer). (Humas Kemensetneg)

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0