Arahan Presiden RI pada Penutupan Rapat Kerja dengan Para Menteri dan Gubernur, 21 April 2010

 
bagikan berita ke :

Rabu, 21 April 2010
Di baca 876 kali

ARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA PENUTUPAN RAPAT KERJA

BIDANG PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN

 DENGAN PARA MENTERI DAN GUBERNUR SELURUH INDONESIA
TANGGAL 21 APRIL 2010, DI ISTANA TAMPAK SIRING, BALI

 

 

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,
Asalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Saudara Wakil Presiden dan peserta Rapat Kerja yang saya hormati,


Alhamdulillah, kita telah menyelesaikan fase yang amat penting dalam rapat kerja kita di Tampak Siring ini kemarin lusa dan kemarin. Pembahasan secara mendalam terhadap sejumlah isu pembangunan baik di bidang perekonomian, bidang hukum, dan bidang kesejahteraan rakyat untuk menemukan solusi dan perbaikan serta pengembangan kebijakan, strategi, dan program-program aksi yang akan dijalankan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Saya menilai dari apa yang saya dengar langsung dari berbagai diskusi yang Saudara lakukan, Saudara semua telah dapat berkontribusi untuk memenuhi tujuan dari rapat kerja atau retreat ini, yang Saudara sampaikan pada hidmatnya cukup obyektif, terbuka, kritis, candid, atau tulus guna benar-benar menemukan solusi dan langkah-langkah perbaikan, dan itulah makna yang paling penting dari rapat kerja ini.

 

Saya memang merasakan pula sebagaimana yang saya ikuti dalam diskusi Saudara, nampak bahwa semua ingin  menyampaikan unek-uneknya, curhat, hampir semua masalah dikemukakan di Tampak Siring ini, baik-baik saja meskipun tentu tidak cukup waktu, ruang dan juga konklusi-konklusi atas semua isu yang ditampilkan tadi. Ini menandakan bahwa persoalan pembangunan adalah persoalan yang kompleks, yang dinamis, yang terus menerus memerlukan perbaikan, penyempurnaan dan pengembangan. Itulah hakekat pembangunan. Oleh karena itu, tidak perlu kita mengembangkan sikap untuk saling menyalahkan, saling menuding, tetapi ada persoalan, kita semua mengemban amanah untuk rakyat kita, mari kita duduk bersama merumuskan agar bisa kita capai solusi yang tepat untuk itu. Dan forum ini memang berbeda dengan forum-forum yang lain, sidang kabinet misalnya, Rapat Koordinasi Gubernur dengan para Menteri, musyawarah pembangunan yang sering diselenggarakan oleh Bappennas dan sejumlah forum yang sering lebih direct kita bicara program, kita bicara anggaran, kemudian sudah dibatasi lingkup dari pertemuan itu. Tapi ini adalah retreat, rapat kerja, yang diharapkan dapat kita gali semua pemikiran, semua pandangan termasuk kritik terhadap apa yang kita lakukan.

 

Contoh pada kelompok kerja ekonomi, dari sepuluh butir yang menjadi direktif saya meskipun sudah kita ikat dalam topik-topik yang memang sangat diperlukan untuk meningkatkan perekonomian kita lima tahun mendatang, banyak sekali aspek yang mesti didiskusikan, aspek pusat - daerah, sektoral - regional, dalam negeri - luar negeri, jangka pendek - jangka menengah, pertautan antara ekonomi dan sosial, dengan politik, dengan keamanan, dengan lingkungan, dan sebagainya. Oleh karena itu saya berbesar hati bagaimanapun Saudara telah menyampaikan semuanya secara terbuka, sehingga kita saling mendengar. Pusat harus mendengar daerah, daerah juga harus mendengar pusat. Provinsi  mendengar kabupaten dan kota, tapi kabupaten dan kota juga tidak boleh tidak mendengar provinsi-nya. Inilah sistem pemerintahan disentralisasi yang telah kita lakukan dengan mengedepankan otonomi daerah. Bahwa dalam implementasinya masih ada ekses, masih ada yang belum pas disana-sini, kita perbaiki, kita tata kembali. Tapi reformasi kita sudah benar, kita meninggalkan sistem yang sentralistik, yang konsentrik, menjadi lebih disentralistik dan mengedepankan otonomi daerah. Pilihannya sudah benar, oleh karena itu mari kita kawal, kita sukseskan sistem dan berbagai pilihan strategis yang lahir dalam reformasi di negeri kita ini. Ini pengantar saya, dan setelah ini saya mempersilahkan para Menteri Koordinator untuk melaporkan dan mempresentasikan hasil kerjanya pada forum pleno ini. Setelah itu nanti Wakil Presiden saya berikan kesempatan untuk memberikan pandangan, rekomendasi, dan juga pengarahan kepada Saudara semua, terus kita break 15 menit kemudian saya akan berikan direktif dan sekaligus kita tutup acara rapat kerja yang berlangsung alhamdulillah tiga hari dua malam ini.

 

Saudara-saudara, demikian pengantar saya, dan saya persilakan kepada Saudara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk melaporkan terlebih dahulu, kemudian nanti disusul oleh Saudara Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, dan kemudian Wakil Presiden. Saya persilakan pak Hatta.

 

 

(Laporan dan presentasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian).

 

 

Terima kasih Menko Perekonomian atas laporan dan presentasinya, terima kasih kepada Saudara-saudara yang ikut merumuskan hasil akhir yang tadi disampaikan Menko Perekonomian. Saudara-saudara, kita lanjutkan acara kita untuk mendengarkan laporan dan presentasi dari Menko Kesra, saya persilakan.

 

 

(Laporan dan presentasi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat).

Terima kasih Menko Kesra, silakan Saudara-saudara untuk mengambil nafas panjang. Itulah pembangunan yang berbasis pada manusia, human center development, human base development. Sejak dua hari yang lalu saya minta atensi kita semua untuk benar-benar memahami kondisi masyarakat kita sampai soal-soal seperti itu. Kalau itu bisa dikelola di  tahun-tahun mendatang, maka pembangunan untuk semua bahkan sila kelima dari Pancasila yang pertama kali resmi menjadi dokumen negara pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia bukan hanya retorika, bukan hanya visi, bukan hanya dream tapi betul-betul  menjadi realitas. Saya berharap kita semua, bukan hanya Gubernur, kita semua betul-betul peduli dan kita jalankan misi kemanusiaan ini. Banyak memang dan saya berharap, mungkin para Gubernur, para Menteri tidak selalu membaca karena kesibukan dan kegiatan yang lain, tapi pastikan staf kita, pimpinan lembaga di bawah Saudara, juga memahami dan menjalankan ini semua.

 

Kita ini sering mengalami malas membaca, malas mendengar, malas berfikir, malas turun lapangan seolah semuanya sudah oke, mari kita lawan bersama-sama. Memang capek, memang ruwet, belum unjuk rasa, belum ada kecaman melalui media massa. Tapi itulah, that is life, kita semua merasakan jangan kecil hati para Gubernur, para Menteri. Mengapa kita dibegitukan, kita mengemban amanah, satu saat kalau Pak Made Mangku Pastika kalau sudah jadi dubes di Malaysia, Pak Odit di Tiongkok, Pak Rusli Zaenal di Malaysia, Pak Sahrul Dayan dubes di Manila mungkin sudah tidak lagi menghadapi kritik, kecaman, unjuk rasa, tapi kita sedang menjalankan tugas. Mari kita terima dengan ikhlas, dengan, ya begitulah. Dan Insya Allah kalau kita tegar, sabar, tabah sambil terus bekerja suatu saat ketika kita mengakhiri masa bakti kita itu indah. Saya ingin mengingatkan begitu, kompleks, tidak mudah, banyak tantangan, selalu kurang, selalu dikritik, tapi marilah kita jalan terus bersama-sama.

 

Baik, sebelum kita break saya mempersilakan Saudara Wakil Presiden untuk memberikan pandangan dan arahan beliau kepada jajaran pemerintah. Saya persilakan.

 

 

(Pandangan dan arahan Wakil Presiden).

 

 

Terima kasih Wakil Presiden atas pandangan, rekomendasi, inisiatif dan juga arahan kepada jajaran pemerintahan. Saudara-saudara, saya mempersilakan Saudara untuk mengambil istirahat pendek, break selama 15 menit, dan kemudian saya akan memberikan arahan atau direction dan kemudian kita akhiri rapat kerja kita. Saya persilakan.

 

Saudara-saudara, kita mulai kembali acara kita. Saya akan segera menyampaikan arahan, utamanya kepada jajaran pemerintah dan ajakan kepada Saudara-saudara yang tidak berada dalam jajaran pemerintahan untuk menyukseskan langkah bersama kita meningkatkan pembangunan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kita.

 

Sebelum arahan atau directions saya sampaikan, ada sejumlah administrasi yang akan saya sampaikan. Pertama; kepada Sekretaris Kabinet agar seluruh dokumen resmi dari Rapat Kerja dan retreat ini dibagikan kepada peserta, utamanya kepada para Gubernur, yang resmi. Mulai dari directives Presiden, sampai dengan hasil dari masing-masing kelompok kerja dan sampai dengan nantinya Instruksi Presiden.

 

Inpres yang dalam waktu dekat akan segera saya tanda tangani dan saya keluarkan itu pun harus kita pastikan sampai kepada jajaran pemerintah, para Menteri, para Gubernur, diteruskan kepada eselon Saudara untuk dilaksanakan dan ditindaklanjuti.

 

Setelah ini, disertai ucapan terima kasih dan penghargaan saya, bisa kembali ke daerah tugas Saudara masing-masing. Dan juga yang non-pemerintah bisa kembali berkarya di profesi Saudara masing-masing. Saya masih akan tinggal di Tampak Siring sampai besok pagi karena sebentar lagi saya akan membuka pameran Inacraft, pada tahun 2010 melalui teleconference. Inacraft ini penting karena semua pengrajin ekonomi kreatif itu mengikuti pameran. Pameran itu dihadiri oleh para pembeli, para mitra, baik dalam maupun luar negeri. Dan biasanya selalu berhasil dalam arti putaran uang yang dibelanjakan, ataupun kontrak untuk kerja sama ke depan itu besar. Setiap tahun saya membuka, dan karena saya berada di tempat ini bersama Saudara, saya akan membuka nanti melalui teleconference.

 

Dan kemudian, saya juga masih menjawab pertanyaan. Ini bukan sekedar pertanyaan. Ada satu majalah yang sangat populer di dunia yang disebut dengan "Institutional Investor," sebagai rujukan bagi para investor global manakala dia ingin melakukan investasi di negara-negara tertentu. Kalau melihat pertanyaannya cukup banyak, antara lain; "Sebagai Presiden Indonesia, apa yang Saudara tawarkan kepada investor dunia, bahwa berinvestasi di Indonesia itu baik, mendapatkan return yang baik, memiliki kepastian hukum yang baik, dan sisi-sisi lain yang mereka inginkan." Seperti itu contohnya. Kemudian, reformasi yang telah Saudara lakukan di seluruh Indonesia apa saja, hasilnya seperti apa, sehingga para investor yakin bahwa reformasi itu mengubah keadaan dari segi investasi dan kemudian mereka lebih memilih Indonesia dibandingkan negara lain, misalnya Tiongkok, India, Vietnam, dan negara-negara yang sedang tumbuh lainnya.

 

Tentu saja banyak pertanyaan yang sangat penting karena itu dibaca oleh masyarakat dunia. Tentu saya mewakili Saudara semua untuk meyakinkan mereka semua bahwa Indonesia is changing, in the process of reforms, banyak yang telah dicapai, dan sebagian masih terus dilakukan untuk betul-betul memungkinkan kerja sama antar bangsa, termasuk investasi luar negeri dan dalam negeri itu betul-betul bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

 

Itulah beberapa hal yang bersifat administratif, dan sekarang saya ingin menyampaikan arahan karena presentasi, baik dari Menko Perekonomian maupun Menko Kesra, sudah jelas dan apa yang disampaikan oleh kedua Menko itu hasil dari pembahasan di mana Saudara semua ada di situ, sehingga ownership atau kepemilikan sesungguhnya, pijakan, strategi, program aksi, sekalipun Inpres nanti lebih luas lagi. Itu harapan saya bisa kita laksanakan dengan baik.

 

Saudara-saudara,

 

Pertama yang saya arahkan adalah apa yang telah kita rumuskan bersama ini, yang nanti akan jadi instrumen di dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan mari kita kerjakan, mari kita tindak lanjuti. Let's do it together. Mari kita jalankan bersama-sama. Jangan sudah lengkap, sudah bagus, detail, tapi tidak ada kelanjutannya, sayang.

 

Yang kedua, manakala dalam implementasi dari apa yang telah kita rumuskan ini, baik di pusat maupun di daerah, baik menyangkut hubungan antara pemerintah dengan dunia usaha, ada permasalahan, ada hambatan, mari kita atasi bersama-sama. Di sini diperlukan koordinasi yang baik untuk mengatasi masalah dan hambatan itu.

 

Yang ketiga, lima tahun mendatang, tahun demi tahun di mana ukuran akan diberikan, statistik akan ditunjukkan, maka kepada para Gubernur, rujukannya, benchmark-nya adalah angka nasional. Kalau misalnya pengangguran pada tingkat nasional 6 %, provinsi Saudara masih ada yang jauh lebih tinggi, berusahalah, do more, untuk menurunkan pengangguran itu sampai sama dengan angka nasional, syukur-syukur lebih baik lagi. Demikian juga pertumbuhan. Kalau pertumbuhan kita suatu saat bisa mencapai 6,5 %, maka pastikan provinsi Saudara sama dengan itu, atau lebih. Kalau masih ada kurang, bisa saja kurang, karena kondisinya berbeda-beda antara satu provinsi dengan provinsi yang lain, berusahalah agar memenuhi angka pada tingkat nasional.

 

Yang keempat, ukuran keberhasilan dari apa yang kita rumuskan di Tampak Siring ini, kerja keras kita selama tiga hari ini, yang akan berbentuk kebijakan, strategi, dan program aksi, termasuk penganggarannya, adalah manakala rakyat di lapisan paling depan itu merasakan perbaikan, merasakan perbedaan ke arah yang lebih baik. Semua ini adalah, bukan tujuan akhir, ini instrumen, ini alat, ini cara, sampai betul-betul rakyat kita merasakan pendidikannya lebih baik, kesehatannya lebih baik, pendapatan per bulannya lebih baik, jalan-jalan di kampungnya lebih baik, listrik alhamdulillah tidak byar pet lagi, dan sebagainya. Ukurannya mereka. Justru inilah tugas pemimpin. Sesuatu yang ruwet, yang complicated, yang mungkin tidak mudah dimengerti oleh rakyat, kita yang menyederhanakan, yang penting petani kita, nelayan kita, buruh kita, saudara kita di daerah-daerah terpencil merasakan tahun-tahun mendatang ada perbedaan ke arah yang lebih baik.

 

Oleh karena itu, saya memberi contoh, saya pribadi, di tengah-tengah kepadatan dan kesibukan tugas, selalu membaca hasil survei dari lembaga survei yang independen untuk mengetahui apa yang di mata rakyat belum puas, apa yang menurut mereka belum baik, apa yang menurut mereka mesti ditingkatkan. Sekaligus mengetahui apa yang menurut mereka sudah baik. Saya juga terus membaca dan kemudian merespon SMS-SMS yang telah dikirim oleh rakyat dan surat dari mereka. Seratusan SMS tiap hari, puluhan surat tiap hari, itu diringkas setiap dua minggu dan saya baca. Apa perasaan rakyat, misalkan dua minggu terakhir ini, yang mereka merasa belum puas, atau yang mereka menganggap sudah benar yang dilakukan pemerintah.

 

Karena komentar di media massa sebagian sama dengan yang diinginkan rakyat melalui survei SMS, sebagian sama. Oleh karena itu, bacalah semuanya. Media massa juga ingin tahu komentar pengamat, politisi, siapapun. Tapi selebihnya jangan kita tidak mengetahui langsung apa yang disampaikan oleh rakyat kita. Intinya tugas kepemimpinan berhenti manakala kita sudah meyakini rakyat yang paling depan, saudara-saudara kita itu betul-betul merasakan sesuatu yang lebih baik.

 

Yang kelima, sebagai implementasi dari pembangunan yang berkeadilan, pembangunan untuk semua, pertumbuhan ekonomi disertai pemerataan, saya menggunakan istilah growth with equity. Pak Dillon mengatakan growth through equity, hakikatnya sebetulnya sama, karena ada dua pandangan. Growth is good for poverty reduction. Katanya, kalau ekonomi tumbuh, itu baik untuk pengurangan kemiskinan. Ada yang berpandangan begitu. Tapi ada pandangan lain, dan saya ada di situ, growth with equity is good for poverty reduction. Jadi pertumbuhan yang disertai pemerataan itu baik untuk mengurangi kemiskinan.

 

Inilah yang membedakan ekonomi yang kita bangun, ekonomi terbuka berkeadilan sosial, beda dengan neolib atau beda dengan ekonomi komando yang sama-sama tidak kita terapkan di negeri kita ini. Dan dalam artian ini kalau banyak sekali yang kita bicarakan, terutama wilayah Kesra, program-program pro rakyat tadi, bantuan-bantuan langsung, menggerakkan ekonomi mikro dan kecil dengan kredit, menggerakkan pemberdayaan lokal dengan PNPM tiada lain adalah keberpihakan kita terhadap mereka untuk memastikan equity, poverty reduction, yang di banyak negara disebut dengan istilah new deal.

 

Menurut saya, untuk Indonesia sekarang ini, itu sangat diperlukan. Barangkali, 30 tahun lagi, 50 tahun lagi, ketika income per capita sudah di atas 15 ribu misalnya, dan kemudian kesenjangan sudah semakin kecil, lebih merata, mungkin program-program new deal seperti ini tidak diperlukan lagi. Tapi sekarang masih kita perlukan.

 

Yang keenam, pembangunan, apalagi di negara kita yang masih kompleks ini memerlukan sumber pembiayaan yang tidak sedikit. Saudara mudah sekali. Saya minta infrastruktur A, B, C, D, E, F, saya minta ini dibantu, saya minta ini jangan dinaikkan harganya dan sebagainya. Itu bisa kita penuhi dan memang itu penting manakala sumber pembiayaan cukup. Kita telah bertekad, menjadi policy kita, ke depan harus mengurangi ketergantungan kita pada sumber pembiayaan internasional. Hutang luar negeri harus makin kecil prosentasenya, penerimaan dalam negeri harus meningkat, baik dari migas, non migas, utamanya pajak. Sekali lagi pajak.

 

Saya merasa prihatin meskipun tahun-tahun terakhir ini jajaran pajak telah melaksanakan reformasi, dan akibat reformasi dengan mengenalkan IT di situ, prosentase kenaikannya sangat signifikan. Tetapi, kita dikejutkan, ternyata masih ada penyimpangan-penyimpangan, dan praktek-praktek yang tidak benar. Misalnya, pejabat dan petugas pajak melaksanakan korupsi, misal yang lain wajib pajak tidak memenuhi kewajibannya, dan misal yang lain lagi kongkalikong. Saatnya kita melakukan pembersihan dan penertiban menyeluruh di jajaran pajak.

 

Saya sedang memikirkan cara-cara untuk itu, agar dengan seleksi yang baru, fit and proper test yang baru, kita akan tahu siapa petugas pajak yang benar-benar bisa mengamankan penerimaan negara, tidak bocor di mana-mana, akhirnya menjadi lebih kuat lagi. Kita punya sumber pembiayaan. Ini mengingat pentingnya sumber pembiayaan ke luar negeri untuk tahun-tahun mendatang. Saya akan segera instruksikan kepada Menteri Keuangan untuk penataan, penertiban, dan pembersihan tertentu diperlukan, supaya tidak sia-sia yang kita kerjakan siang dan malam, dan berteriak kita kurangnya sumber pembiayaan dan masih terjadi kebocoran di mana-mana. Jumlahnya pun spektakuler, hampir tidak percaya kita.

 

Yang ketujuh, di samping pembiayaan dalam negeri, dari sumber-sumber dalam negeri tadi, maka saya ingin memberikan perhatian pada investasi. Investasi tolong dibaca penanaman modal, baik dari dalam maupun luar negeri. Kita memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk penanaman modal dalam negeri. Manakala itu sudah cukup, itu yang paling aman. Dibandingkan dengan investasi dari luar negeri, yang sangat rentan dengan gejolak dan perkembangan ekonomi global. Tetapi kita harus jujur, harus mengakui, meskipun kita mobilisasi, kita kerahkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, investasi dalam negeri jumlahnya belum cukup.

 

Republik Rakyat Tiongkok dulu mengalami kekurangan modal untuk membangun negerinya. Maka mengalirlah modal menjadi sebuah negara yang berstatus pengimpor modal terbesar dulu, capital importer. Sekarang, Tiongkok sudah berubah, beralih, menjadi capital exporter. Bisa berinvestasi di negara manapun. Kita masih pada tahap memerlukan investasi untuk sumber-sumber pembiayaan dan pertumbuhan perekonomian kita. Pengeluaran pemerintah selalu ada batasnya. Jumlahnya tidak banyak dengan keseluruhan ekonomi yang bergerak sesuai dengan GDP kita. Konsumsi masyarakat tentu ada batasnya. Eksport, meskipun kita berjuang gigih, juga tidak serta merta bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Investasi menjadi sangat-sangat penting.

 

Marilah ke depan kita ciptakan iklim di seluruh tanah air, termasuk di daerah-daerah untuk benar-benar investasi dan dunia usaha tumbuh. Marilah kita dorong investor dalam negeri, saudara-saudara kita yang berbendera Merah Putih, juga bisa melaksanakan investasinya di dalam negeri. Hilangkan birokrasi, hilangkan peraturan, baik pusat maupun daerah yang tidak subur pada investasi yang sehat. Dengan catatan para investor juga memenuhi kewajibannya untuk menjalankan praktek-praktek usaha yang benar, yang baik, dan membawa manfaat, serta keadilan bagi kita semua.

 

Yang terakhir Saudara-saudara, yang kedelapan, menghadapi permasalahan dan tantangan dalam pembangunan baik ekonomi maupun non ekonomi, marilah tetap optimis. Saya harus mengatakan berkali-kali, saya, meskipun menyadari banyak masalah yang kita hadapi dan harus kita pecahkan, carikan solusinya, tetapi masa depan kita insya Allah akan baik. Peluang yang ada di depan mata kita riil, bukan ilusi, dan sebagaimana yang saya arahkan kemarin, negara kita masih banyak masalah saja, masih ada hambatan di sana-sini, bottlenecking, infrastruktur masih kurang, ekonomi daerah-daerah belum tumbuh sesuai dengan potensinya.

 

Kita bisa keluar dari krisis sebelas tahun yang lalu. Kita bisa selamat dari krisis dua tahun yang lalu. Kita bisa kembali tumbuh enam persen, Insya Allah mendekati pertumbuhan sebelum krisis dan bisa melampaui. Bayangkan, manakala semua kita perbaiki di negeri ini, kita tata kembali. Pastilah dengan ijin dan rido Allah SWT kita bisa mencapai hasil yang lebih tinggi lagi. Mari kita bawa optimisme dan pikiran yang positif, energi, dan tekad seperti ini pada kita semua, para penyelenggara negara, para abdi pembangunan.

 

Itulah Saudara-saudara, yang ingin saya sampaikan, delapan arahan saya. Dan mari kita jalankan semua tugas dan kewajiban kita dengan penuh rasa tanggung jawab dan penuh keikhlasan untuk rakyat, bangsa, dan negara kita. Terima kasih Saudara-saudara, dan dengan demikian kita akhiri rapat kerja kita ini.

 

 

Assalamualaikum warahmatulllahi wabarakatuh.

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI