di Nusantara Hall ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati Menteri Kesehatan, Pak Sekretaris Kabinet, Pak Menpan RB;
Yang saya hormati Pimpinan Komisi IX DPR RI yang hadir;
Yang saya hormati seluruh pejabat eselon I dan II Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kepala UPT Kemenkes, pagi hari ini hadir semuanya? Yang mana?
Yang saya hormati Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten, dan Kota, angkat tangan. Oh, banyak.
Yang saya hormati seluruh direktur rumah sakit daerah, Kepala Bappeda Provinsi, Kabupaten, dan Kota dari seluruh tanah air Indonesia. Enggak saya tanya, sudah [jawab] hadir. Pimpinan lembaga-lembaga internasional yang juga hadir pada pagi hari ini, para peserta Rakernas Kesehatan Nasional;
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Saya sudah sering menyampaikan dan bolak-balik saya sampaikan terus bahwa negara kita ini memiliki kesempatan, memiliki peluang untuk menjadi negara maju, diprediksi dengan hitung-hitungan, diprediksi dengan kalkulasi-kalkulasi, baik GDP, baik income per kapitanya dihitung, peluangnya besar kita akan menjadi negara maju. Oleh sebab itu, 15-20 tahun ke depan ini menjadi sebuah periode yang krusial karena puncak bonus demografi itu berada di tahun 2030-an, semuanya harus mengerti dulu masalah ini. Puncak bonus demografi itu ada di tahun-tahun 2030-an dan 68 persen dari penduduk kita berada di usia produktif. Ini kesempatan besar dan peluang itu biasanya hanya terjadi sekali dalam peradaban sebuah negara, enggak muncul dua kali apalagi tiga kali. Kalau kita bisa menggunakan peluang ini, kita akan melesat masuk ke negara maju. Tapi kalau tidak, mohon maaf, negara-negara di Amerika Latin itu tahun 1950, tahun 1960, tahun 1970 sudah menjadi negara berkembang. Tetapi, karena tidak bisa menggunakan peluang yang ada, sampai saat ini juga tetap menjadi negara berkembang. Ini tidak boleh terjadi dengan negara kita Indonesia, setuju?
Dan, kesehatan menjadi hal yang sangat penting, kunci, sangat fundamental. Seperti tadi disampaikan Pak Menkes, pintar, pintar, pintar tapi enggak sehat, mau apa? Jangan ditepuki, enggak sehat kok. Dan, Bapak-Ibu semuanya yang hadir pada pagi hari ini memiliki peran yang sangat signifikan untuk mencapai sebuah masyarakat yang sehat bagi Indonesia maju, bagi Indonesia emas, dan peluang itu jangan dibiarkan hilang sia-sia.
Karena kita tahu, kita masih punya PR-PR besar. Stunting, ya sudah turun dari 10 tahun yang lalu 37,6 turun kemarin akhir tahun di 21,5 persen, sudah turun hampir separuh, tapi harusnya kita mencapai paling tidak tahun ini 14 persen. Tapi, saya hitung-hitung ternyata juga enggak mudah. Tapi, enggak tahu kalau dalam kesempatan setahun ini bisa kita capai 14 persen, karena ini pekerjaan yang harus terintegrasi. Dan juga. selain stunting, yaitu kematian akibat penyakit tidak menular. Ini yang paling banyak adalah strok mencapai 330-an ribu kematian per tahun akibat strok. Kemudian juga jantung, kira-kira 300 ribu kematian akibat penyakit jantung di negara kita, nomor dua. Dan, yang ketiga kanker. Inilah pekerjaan besar kita.
Tetapi, kita tahu puskesmas sekarang ini sudah dikirim alat-alat lab; USG, EKG untuk mengatasi sedini mungkin hal-hal yang tadi saya sampaikan. Barangnya sudah datang belum ya? Sudah? USG, EKG sudah? Kemudian juga di RSUD kabupaten dan kota, saya sekarang setiap ke daerah secara sampling saya langsung masuk ke rumah sakit, bukan karena sakit. Masuk ke RSUD, masuk ke rumah sakit milik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, RSUD milik kabupaten dan kota masuk, masuk, masuk. Saya hanya ingin memastikan bahwa ada kesiapan dari rumah sakit-rumah sakit daerah, rumah sakit-rumah sakit yang ada di daerah untuk menerima yang namanya CT scan, mammogram, cath lab, beberapa yang saya masuk, barangnya sudah ada di sana. Tapi, saya lihat ruangannya kadang-kadang belum mendukung. Alatnya puluhan miliar, ruangannya payah, ruangannya kurang bagus lah, gitu. Mestinya ruangannya bagus, karena alatnya super bagus, super modern.
Pak Menteri, mungkin diberi contoh satu atau dua, ruangan yang benar itu seperti apa sih. Nanti direktur-direktur rumah sakit melihat. Oh, ternyata yang benar seperti ini, yang bagus seperti ini.
Dan juga, RSUD di provinsi yang saya lihat juga sudah dikirim Linac-MRI, benar sudah? Beberapa sudah. Memang belum semuanya, karena ini menyangkut juga persiapan SDM, persiapan anggaran kita. Saya kemarin masuk ke rumah sakit daerah di Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Barat di Kabupaten Mempawah. Dirutnya ada, ndak? Hadir? Tunjuk jari. Takut? Saya ini mau muji rumah sakitnya bagus, dibangun dengan tata ruang yang baik. Baru nanti setelah dipuji begini tunjuk jari, “Saya, Pak.” Bagus, tata ruangnya bagus, sinar dari luar juga masuk sangat bagus. Dan, yang saya harus acungi jempol, rumah sakit itu dibangun habis Rp200-an miliar lebih, itu semuanya dari APBD. Rumah sakitnya kalau enggak keliru, Rumah Sakit Rubini.
Memang problem terbesar kita adalah dokter yang kurang, dokter spesialis yang kurang, ini persoalan besar kita. Dan, supaya Bapak-Ibu tahu bahwa rasio dokter kita masih 0,47, 0,47 ranking-nya 147 dunia, ranking-nya seperti itu, kita harus tahu, ini yang akan kita kejar. Oleh sebab itu, perlu yang namanya rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah di bidang kesehatan.
Kenapa Bappeda kita hadirkan? Supaya ini nanti sambung semuanya, ada rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, ada rencana induk kesehatan, sambung nanti sampai ke daerah, semuanya sambung. Jangan sampai pusat ke utara, daerah ke selatan, sudah itu yang perlu saya tekankan pada pagi hari ini. Semuanya harus in line, semuanya harus satu garis lurus, mana yang akan dikerjakan, kita kerjakan ramai-ramai. Oleh sebab itu, pagi hari ini kita ingin mengonsolidasikan itu dan mengintegrasikan agar kerja kita bersama sama ini menghasilkan sebuah hasil yang konkret dari persoalan-persoalan kesehatan yang kita miliki.
Rencana induk bidang kesehatan akan selesai kapan, Pak Menkes? Pak Menteri yang menyampaikan loh ya, Agustus akan selesai. Itu harus menjadi pedoman nasional, harus menjadi pedoman nasional, baik pusat, baik daerah provinsi, kabupaten dan kota, serta swasta. Semuanya harus sinkron, semuanya harus in line, semuanya harus seirama, jangan berjalan sendiri-sendiri. Akan tidak menghasilkan apa-apa nantinya, kalau berjalan sendiri-sendiri. Saya yakin jika semua kompak berjalan, akan signifikan kemajuan di bidang kesehatan negara kita.
Yang terakhir, kita harus memperkuat industri kesehatan dalam negeri. Ini bolak-balik saya sampaikan, satu juta lebih warga negara kita Indonesia berobat ke luar negeri; ke Malaysia, ke Singapura, ke Jepang, ke Korea, ke Eropa, ke Amerika, dan kita kehilangan USD 11,5 miliar, itu kalau dirupiahkan Rp180 triliun. [Sebesar] Rp180 triliun hilang karena warga kita tidak mau berobat di dalam negeri dan pasti ada sebabnya, kenapa enggak mau berobat di dalam negeri. Ini persoalan yang harus diselesaikan.
Kemudian, 90 persen bahan produksi farmasi itu masih impor, 90 persen masih impor. Kemudian, 52 persen alkes kita juga masih dominasi impor. Enggak apa-apa alat yang saya sampaikan tadi mungkin belum, tapi urusan misalnya hal yang kecil-kecil, jarum, ranjang di rumah sakit, alat infus, selang ya jangan, harus kita berani memproduksi sendiri.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini secara resmi saya buka Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2024.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.