Belajar Menjadi Impactful Sociopreneur Bersama Angkie Yudistia

Indonesia  | English
bagikan berita ke :

Kamis, 21 Oktober 2021
Di baca 1885 kali

Kamis (21/10), Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Kementerian Sekretariat Negara (PPKASN Kemensetneg) melanjutkan Setneg Serial Lecture #01 yang bertemakan Passionate, Balanced, Impactful ini menghadirkan Staf Khusus Presiden, Angkie Yudistia.

Di hari ketiga pelaksaan Setneg SL #01, Angkie Yudistia memaparkan tentang "Impactful Sociopreneurship". Berbekal pendidikan dan network, Angkie berbagi kepada seluruh peserta yang hadir baik secara luring maupun daring bagaimana cara menjadi seorang sociopreneur. “Kalau Bapak Ibu mau jadi sociopreneur atau ada jiwa mau jadi sociopreneur, pertama adalah menemukan passion, kedua menemukan entrepreneurial passion dalam diri, ketiga dapat menentukan dan membedakan entrepreneur biasa atau sociopreneur, keempat gimana memulai ide sociopreneur dan didukung dengan personal branding,” jelas Angkie. 

Passion menurut Angkie adalah sesuatu yang tidak pernah bosan untuk dilakukan. Passion juga yang membuat diri orang lain bersemangat dan memiliki motivasi. “Dengan passion, maka segala hal akan tampak lebih mudah untuk dikerjakan, walaupun itu mungkin sesuatu yang sulit, jadi kerjakanlah sesuatu yang kita suka, karena kalau itu sudah passion, sesuatu itu sulit kita tidak akan gampang lelah, capek iya tapi nggak lelah dan nggak bosan,” ungkap Angkie.


Pada kesempatan ini Angkie mengajak seluruh peserta untuk menggali passion entrepreneur dalam diri dengan cara mendalami apa yang kita suka dulu tanpa harus menunggu arahan dari orang lain, belajar dari sekitar, berfikir dan bertindak. 

Angkie juga menjelaskan perbedaan entrepreneur biasa dengan sociopreneur. “Kalau entrepreneur biasa itu jual beli yang penting untung, apa yang bisa kita jual, potensi apa yang bisa kita maksimalkan yang penting nambah uang, yang membedakan dengan social entrepreneur ialah jenis entrepreneur yang memanfaatkan minat dan kemampuan berwirausaha untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat,” kata Angkie.

Angkie menuturkan seorang sociopreneur sering disebut sebagai seorang entrepreneur yang altruistic, yang artinya berwirausaha demi kesejahteraan dan kebaikan orang lain. “Jadi seorang sociopreneur itu memadukan antara sisi komersial dan isu sosial untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,” tuturnya.


Menjadi seorang sociopreneur memiliki peluang yang sangat terbuka, namun Angkie juga menjelaskan tantangan menjadi seorang sociopreneur. “Sociopreneur tentu memiliki tantangan, diantaranya gimana menemukan masalah sosial yang benar-benar harus dipecahkan melalui social enterprise, yang kedua menemukan pemberdayaan yang bisa dilakukan bersama-sama masyarakat untuk mendukung pemecahan masalah sosial, ketiga menemukan jenis bisnis yang bisa diimplementasikan untuk mengatasi masalah sosial, keempat memastikan bahwa proyek memang bisa berkelanjutan bukan proyek idealis sesaat dan terakhir meyakinkan para stakeholders bahwa memang ada dampak sosial positif yang dapat dihasilkan dari kegiatan social entrepreneur tersebut,” terang Angkie.

Sebelum menutup pemaparan Angkie menghimbau peserta jika ingin memulai menjadi seorang sociopreneur. “Yang pertama dan yang terpenting menjadi sociopreneur ialah menyadari bahwa saya tidak mengejar keuntungan untuk diri sendiri, tapi untuk kesejahteraan bersama, dan langkah awalnya adalah pertama menentukan masalah social yang ingin dicari solusinya, kedua menentukan langkah yang bisa dilakukan bersama masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut, ketiga menentukan prinsip bisnis yang ingin dilakukan, keempat memastikan bahwa bisnis ini berkelanjutan dan terakhir memastikan dampak sosialnya,” pungkas Angkie.

Tak lupa Angkie juga mengajak peserta untuk membuat rencana bisnis sebagai tindak lanjut dari ide seorang sociopreneur yaitu memastikan kejelasan bisnis, mengenal struktur dan strategi yang akan dijalankan perusahaan, memetakan pasar konsumen, memiliih cara yang tepat untuk memasarkan produk yang dibuat, memproyeksikan perhitungan bisnis, menentukan sistem operasional yang akan digunakan serta mengenal pesaing. (ART- Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           1           1