Digital Public Relations Penggerak Laju Whoosh

 
bagikan berita ke :

Jumat, 26 Januari 2024
Di baca 774 kali

Foto Cover: Dokumentasi PT KCIC


 

Sejak Desember 2023 lalu, Kereta Cepat Whoosh sudah resmi beroperasi, dan kian mampu memecahkan berbagai permasalahan nasional. Salah satunya mengatasi kepadatan arus transportasi Jakarta-Bandung yang selama ini bergantung Jalan Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) dan Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi). Dalam kurun waktu dua bulan saja, jumlah penumpang Kereta Cepat Whoosh sudah mencapai lebih dari 1 juta orang.

 

Maka itu, Kereta Cepat Whoosh sudah tepat dijadikan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai dengan amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016. Dalam pengembangannya, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) beroperasi tanpa bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun jaminan Pemerintah Indonesia. Pendanaan pembangunan PSN ini bersumber dari dana pinjaman China Development Bank sebesar 75%, sementara 25% merupakan setoran modal pemegang saham, dengan komposisi 60% PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan 40% Beijing Yawan HSR Co. Ltd.

 

Yang menarik adalah, setidaknya dalam preferensi keilmuan penulis, seberapa banyak penerapan digital public relations di kereta cepat ini? Hal ini penting karena perilaku masyarakat Indonesia sudah berubah total, termasuk juga perilaku bertransportasi masyarakat yang memilih transportasi publik semacam Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) ini. Penulis melihat sedikitnya ada tiga penerapan digital public relations dalam kereta ini.

 

Pertama, jika masyarakat Indonesia menaiki kereta yang sebelumnya diberi jenama Kereta Cepat Jakarta Bandung/KCJB ini, maka akan familiar dengan salah satu sapaan digital dari seluruh pelantang yang ada di gerbongnya. Sapaan tersebut, bukan disampaikan langsung, melainkan suara rekaman yang diatur berulang melalui peranti lunak, yakni, “Whoosh, Whoosh, Whoosh, Yes.”

 

Selain renyah didengar, ucapan menjurus yel-yel (slogan) ini juga mudah diingat publik karena intensitas penayangannya yang sekali ritase, dapat diputar hingga 10 kali, baik saat awal pemberangkatan, dalam perjalanan, dan menjelang stasiun akhir.

 


Presiden Jokowi Lakukan Uji Coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung pada 13 September 2023/Foto: BPMI Setpres

 

Kedua, keluaran lain digitalisasi yang cukup familiar dari Kereta Cepat Whoosh, tentu saja, adalah penyajian (display) tingkat kecepatan Whoosh di bagian depan masing-masing gerbong, tepat di atas pintu pemisah antar gerbong. Secara demonstratif, display diperlihatkan runut dari mulai kecepatan rendah (kisaran puluhan km/jam), menengah (100-an km per jam), dan sampai titik kulminasinya pada kisaran 350 km per jam.

 

Tampak pula terpasang paralel, dua layar datar di samping kanan-kiri bawah display ini, yang sepanjang perjalanan juga memutar video berulang dengan adegan puncaknya: Presiden Jokowi melihat sekaligus menunjuk display ketika kecepatan mencapai 350 km per jam, lalu tersenyum bangga kepada khalayak di depannya yang turut tepuk tangan. Tepat di samping kanannya ada sosok Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, sementara sejumlah pesohor, seperti Raffi Ahmad, Gading Marten, Cak Lontong, duduk berdiri di depan RI 1.

 

Dua layar datar serupa juga terpasang di bagian tengah dan akhir gerbong, tepatnya di plafon/atap kereta, sehingga seluruh area penumpang tercakup dengan baik dengan total empat layar datar ini. Layar datar ini didedikasikan untuk memutar dua video yakni video profil Whoosh dan aktivitas Presiden Jokowi saat menjajal perdana kereta cepat ini.

 

Profil Whoosh kental menceritakan perjalanan singkat kelahiran hingga operasional kereta patungan China-Indonesia itu, dengan kesan akhir yang menonjolkan kesiagaan sarana prasarana serta kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) anak bangsa yang aktif terlibat dan memiliki kapasitas kemandirian untuk mengelolanya kelak. Skema pembangunan stasiun, pengaturan kereta di stasiun besar, suasana ruang kontrol lokomotif, dan aspek lainnya, menjadi fokus suasana yang banyak dipertontonkan.

 


Foto: Dokumentasi PT KCIC

 

Sementara itu, video aktivitas Presiden Jokowi, yang diproduksi tim Biro Pers, Media, dan Informasi, Sekretariat Presiden, banyak mengisahkan kegiatan inspeksi Presiden Jokowi sebelum Whoosh diresmikan, mulai dari Stasiun Halim, Stasiun Tegalluar, dan lainnya. Juga, aktivitas saat ujicoba kereta dilakukan bersama pesohor saat di dalam kereta, seperti saat Raffi Ahmad meminta kemejanya ditandatangan langsung Presiden di bagian punggung kemejanya itu. Apapun isinya, kedua video tak ketinggalan menonjolkan secara berulang lintasan pesan utama yakni Whoosh sebagai “Kereta cepat pertama di Asia Tenggara”.

 

Ketiga, informasi publik lainnya yang tersaji secara digital adalah semua penanda di ornamen kereta yang dapat diakses penumpang. Mulai dari penunjuk posisi duduk penumpang, posisi gerbong, penunjuk penggunaan perangkat toilet, prakiraan cuaca di dalam kereta dan di luar kereta, serta ucapan selamat datang/ketibaan di tiga stasiun utama (Tegalluar dan Padalarang di Bandung serta Halim, Jakarta).

 

Terkait penggunaan toilet, ini merupakan fasilitas yang telah dilengkapi dengan desain komunikasi visual terbanyak sekalipun masih berupa analog. Mulai dari lambang dilarang merokok, petunjuk membersihkan tombol pembersih kakus, intruksi penggunaan toilet, dan seterusnya. Keberadaan informasi publik pada fasilitas ini juga diperkuat dengan komunikasi verbal dari petugas pramugari sebelum keberangkatan, serta inspeksi kondektur dan petugas keamanan dalam perjalanan, yang mana mereka bisa memberikan arahan informasi publik secara langsung dengan tanya jawab.

 

 


Fasilitas toilet di dalam Kereta Cepat Jakarta Bandung/Foto: Dokumentasi PT KCIC

 

Selain di dalam kereta, digitalisasi informasi publik juga dapat dengan mudah diakses saat publik tiba di tiga stasiun tersebut. Saat pertama menginjakkan kaki, sajiannya memang masih papan penunjuk arah keberangkatan berbentuk analog. Contohnya panduan naik lift ke area ruang tunggu dan pemeriksaan tiket disajikan dengan redaksi dan desain visual yang jelas, simpel, dan mudah dipahami. Namun demikian ketika memasuki bagian inti stasiun, semacam ruang aula dengan jejeran tempat duduk menunggu penumpang, maka akan terlihat layar digital raksasa bertengger memuat informasi nama stasiun, rute jam keberangkatan-ketibaan bagi penumpang, serta status tiap rute tersebut (menunggu/mulai antrian/sudah berangkat).

 

Perhatian yang cukup menggelitik adalah bahwa seluruh saluran digital informasi publik itu mayoritas menggunakan Bahasa Inggris, terutama yang berbentuk display elektronik, baik di kereta maupun stasiun. Jika bahasan sedikit melebar ke aplikasi pesan tiket dari Whoosh, publik bahkan akan menemukan seluruhnya menggunakan Bahasa Inggris. Di sisi lain, penggunaan Bahasa Indonesia hanya diberikan dalam pelantang pengumuman di dalam kereta saja, dan dalam pengumuman yang dibawakan oleh host Perempuan/lelaki.

 

Akhir kata, proses penyajian informasi kepada publik guna menciptakan kesatuan pemahaman (baca: digital public relations) telah banyak dilakukan oleh operator Whoosh, yang merupakan perusahaan konsorsium dua negara tersebut. (**)



Penulis: Dr Muhammad Sufyan Abdurrahman
Pekerjaan/Profesi: Dosen
Instansi/Universitas: Telkom University

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
4           0           0           0           0