Dirjen WTO : Reformasi Ekonomi Indonesia Menjadi Contoh

 
bagikan berita ke :

Rabu, 13 April 2016
Di baca 1130 kali

Presiden sendiri didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong, dan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) AM Fachir, seperti dilansir Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana.

Usai pertemuan, Thomas Lembong menjelaskan, bahwa pertemuan Dirjen WTO dengan Presiden tersebut membicarakan tentang kondisi terkini perdagangan dunia sekaligus melaporkan hasil dari '10th Ministerial Conference' yang telah dilaksanakan di Nairobi pada 19 Desember yang lalu.

Roberto Azevedo memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia atas peranan Indonesia yang sangat baik di kancah WTO.“Beliau menyampaikan apresiasi kepada bapak Presiden atas peranan Indonesia yang sangat konstruktif di WTO. Antara lain tiga tahun yang lalu ada KTT WTO di Bali. Itu keberhasilannya luar biasa,” jelas Menteri Perdagangan dalam keterangan pers usai pertemuan.

Lebih jauh, WTO juga memberikan pujian atas agenda reformasi ekonomi yang saat ini sedang dilakukan di Indonesia. Roberto secara khusus menyebutkan, bahwa reformasi perekonomian di Indonesia dijadikan contoh oleh banyak negara di seluruh dunia.

Kesempatan tersebut juga dimanfaatkan oleh Presiden Joko Widodo untuk menjelaskan kepada WTO mengenai upaya-upaya pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang salah satunya dengan cara deregulasi.

“Bapak Presiden juga menerangkan kepada Azevedo mengenai program deregulasi dan 11 paket kebijakan yang sudah diterbitkan. Kira-kira itu inti pembicaraan tadi,” tambahnya.

Ketika ditanya oleh awak media apakah upaya-upaya tersebut dilihat secara positif oleh WTO, Thomas menjelaskan, bahwa posisi Indonesia cukup istimewa di mata WTO karena Indonesia berada di antara negara besar dan kecil sehingga bisa menjembatani semua negara anggota.

“Posisi Indonesia cukup istimewa karena kita negara yang besar namun tidak meraksasa, menjadi anggota G20 tetapi masih termasuk dalam negara berkembang. Jadi kita pas berada di tengah-tengah antara negara besar dengan negara kecil, negara kaya dengan negara berkembang. Jadi kita bisa bicara dengan semua. Oleh karena itu, membuat posisi Indonesia menjadi istimewa dan strategis,” tutup Thomas. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0