Oleh: Eddy Cahyono Sugiarto (Karo Humas Kemensetneg)
Disrupsi yang tengah melanda dunia global akibat dampak pandemi dan kondisi geopolitik yang tidak menentu, pasca konflik Rusia dan Ukraina telah mengubah lanskap tata perekonomian dunia, yang ditandai dengan perekonomian dunia yang terganggu akibat supply chain global yang terdampak, munculnya potensi kerawanan pangan dan energi. Perekonomian global telah memasuki tantangan baru dengan dinamika tinggi akibat the perfect storm dengan ancaman 5C, Covid-19, konflik Rusia-Ukraina, climate change, commodity prices, dan cost of living.
Perkembangan geopolitis dan geostrategis kawasan serta ancaman badai global tersebut menjadikan perhelatan akbar G20 sebagai secercah harapan, titik terang ditengah kegelapan sekaligus momentum untuk mempererat kerjasama global, bersatupadu dalam lingkup kesetaraan, utamanya memitigasi perubahan lanskap global, mengingat sebagai forum kerjasama multilateral, G20 akan memainkan peran strategis sebagai refresentasi 19 negara utama dan Uni Eropa (EU), dengan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.
Perhelatan akbar G20 yang akan mencapai puncaknya pada 15 dan 16 November 2022 sejatinya merupakan akumulasi dari harapan dan kepercayaan dunia internasional terhadap keketuaan Indonesia, yang akan memainkan peran strategis sebagai katalisator membangun semangat solidaritas menggalang komitmen negara maju membantu negara berkembang gotong royong menghadapi terpaan badai global.
Keketuaan Indonesia dalam G20 diyakini akan dapat membawa optimisme akan solusi konkret menghadapi permasalahan global yang melanda negara-negara di belahan dunia, untuk tetap bertahan ditengah badai global yang masih mengancam pertumbuhan ekonomi, harga-harga komoditas internasional, ketahanan pangan dan energi yang memerlukan mitigasi bersama, akibat ketidakpastian dan diperparah konflik Rusia-Ukraina yang belum menunjukan tanda-tanda kapan akan berakhir.
Presidensi Indonesia pada G20 menjadi secercah harapan dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan negara-negara berkembang dengan membangun kerjasama dan kesetaraan, tata kelola dunia yang lebih adil dan berupaya memperkuat solidaritas dunia mengatasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Presidensi Indonesia pada G20 juga merupakan sebuah kepercayaan dan kehormatan bagi Indonesia. Kepercayaan ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk berkontribusi lebih besar bagi pemulihan ekonomi dunia membangun tata kelola dunia yang lebih sehat, lebih adil, dan berkelanjutan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Momentum G20 diharapkan dapat menjadi katalis dalam mengalang kerja sama ekonomi global yang utama atau global economic premier forum, di mana Indonesia akan memainkan peranan strategis dalam terus menjembatani perbedaan-perbedaan, menurunkan risiko dan mitigasi yang diperlukan dalam spirit kerjasama dan kesetaraan melalui berbagai pertemuan bilateral, trilateral, dan multilateral agar tercipta konvergensi jembatan kerja sama.
Peran strategis Indonesia dalam G20 dengan ketangguhannya secara empiris telah dibuktikan dengan kemampuan Indonesia melewati berbagai krisis seperti krisis ekonomi 1998, krisis Covid-19, mitigasi krisis yang telah teruji dalam membangun modal sosial mendorong terbentuknya jaring pengaman sosial di level masyarakat. Selain kekuatan masyarakat, juga didukung oleh bauran kebijakan pemerintah untuk menjaga inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang telah terbukti tangguh melewati badai dan mendapatkan pengakuan internasional.
Hal ini ditandai dengan kinerja perekonomian Indonesia yang masih tumbuh positif di tengah tren perlambatan ekonomi global. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,72% (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2022. Capaian tersebut tergolong cukup tinggi di antara negara G20, bahkan melampaui tingkat pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.
Berdasarkan data Trading Economics, negara G20 yang meraih pertumbuhan ekonomi tertinggi hingga kuartal III-2022 adalah Arab Saudi, yakni sebesar 8,6% (yoy). Pada kuartal III-2022 tingkat pertumbuhan ekonomi Singapura berada di bawah Indonesia, yakni 4,4% (yoy). Kemudian Tiongkok tumbuh 3,9% (yoy) dan Spanyol 3,8% (yoy).
Kolaborasi dan Kesetaraan Menjadi Kunci
Momentum terpilihnya Indonesia sebagai pemegang pimpinan dalam Presidensi G20 sejatinya menandakan pengakuan dunia internasional atas reputasi bangsa Indonesia dalam tetap tanguh menghadapi disrupsi pada berbagai sendi kehidupan dalam kondisi dunia global yang sedang tidak baik baik saja.
Keketuaan Indonesia dengan bukti empiris ketangguhan dalam meghadapi badai global memaksimalisasikan pemulihan ekonomi, transisi energi, arsitektur kesehatan menghadapi pandemi Covid-19 serta menggerakan ekonomi produktif kerakyatan UMKM, kerja sama yang solid, dan kolaborasi antar sektor publik dan privat diharapkan dapat menjadi best practise menavigasi krisis.
Spirit kolaborasi antar negara G20 yang telah terlihat dari berbagai acara pendahuluan yang telah dilaksanakan sepanjang 2022, termasuk acara-acara side event bagi KTT G20 telah membuka membuka dialog dalam merancang arsitektur kesehatan global, green energy dan digitalisasi ekonomi, utamanya dalam memitigasi situasi geopolitik, kenaikan harga energi, krisis pangan yang melanda, serta inflasi tinggi yang tengah melanda dunia.
Kita tentunya berharap G20 dapat menjadi wadah bersama bagi negara-negara untuk terus berkolaborasi dan menyelesaikan permasalahan bersama-sama karena diperlukan langkah konkret secara bersama-sama dalam menghadapi badai global, G20 adalah secercah harapan yang dapat membantu dunia dalam menavigasi gelombang krisis yang sedang kita hadapi dengan membangun ketangguhan arsitektur dan resiliensi sistem ekonomi internasional negara-negara yang tergabung.
Kolaborasi dalam bentuk kongkrit sangat diperlukan dalam menghadapi permasalahan energi, problematika krisis energi adalah satu hal yang tidak bisa ditampik secara global. Langkah nyata untuk melakukan transisi energi merupakan kunci kolaborasi dalam menghadapi kerawanan. Negara anggota G20 harus mampu memberikan solusi serta melindungi diri atas krisis yang mengancam.
Kesepakatan secara bersama bahwa negara anggota G20 dalam mendukung transisi energi yang adil, terjangkau dan inklusif diperlukan dalam meningkatkan ketaatan energi status pasar dan keterjangkauan. Selain itu, mengamankan pasokan energi infrastruktur dan sistem yang tangguh serta berkelanjutan dengan meningkatkan pelaksanaan efisiensi penggunaan energi dan mampu mendefinisikan sistem pembauran energi.
Peran penting Indonesia dalam mendorong terciptanya stabilisasi sistem keuangan menjadi pilar dalam mendorong terciptanya kondisi dimana tidak ada negara yang tertinggal, mengedepankan kesetaraan dalam pembangunan ekonomi dunia yang berkelanjutan.
Kita tentunya bersyukur dengan diadakannya pertemuan International Financial Architecture Working Group (IFAWG) dalam Presidensi G20 di Indonesia menjadi penanda terus disuarakannya komitmen dukungan bersama bagi negara-negara untuk meningkatkan ketahanan ekonomi internasional.
Kolaborasi dalam membangun akselerasi transformasi digital menjadi isu strategis yang perlu terus didorong sebagai isu prioritas melalui dukungan gelaran G20 melalui Digital Economy Working Group (DEWG), sehingga membuat percepatan transformasi digital menjadi semakin mudah dilakukan mendasarkan pada serangkaian pertemuan pendahuluan yang telah berhasil mencetuskan banyak ide maupun usulan dari anggota peserta G20 yang berkaitan dengan transformasi digital.
Kita tentunya berharap dalam pertemuan G20 di Bali akan dihasilkan kesepakatan konkret dalam mengakselerasi transformasi ekonomi digital mempertajam solusi konkrit dalam memastikan bermanfaat dalam membangun konektivitas dan pemulihan pascapandemi Covid-19, kemampuan digital dan literasi digital, serta arus data lintas batas negara agar dunia bersama-sama untuk pulih lebih cepat dari pandemi dan bangkit dari berbagai permasalahan global. Terbukanya peluang kerja sama, membuat dampak ketidakpastian global dapat segera diantisipasi yang membuat hubungan antarnegara semakin solid. Sehingga, harmonisasi dengan antar negara G20 juga dapat terjaga.
Pentingnya membangun arsitektur kesehatan global dalam mengatasi dampak pandemi dan lainya menjadi suatu keniscayaan dimana Indonesia sebagai Presidensi G20 terus mendorong kerja sama antar negara anggota G20 di bidang kesehatan. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat sektor kesehatan khususnya dalam mengantisipasi terjadinya pandemi dan kondisi darurat kesehatan di masa mendatang.
Kondisi pandemi Covid-19 krisis yang menghantam sektor kesehatan langsung berdampak ke perekonomian dan sosial, untuk itu dunia harus harus lebih siap, kesiapsiagaan akan menyelamatkan nyawa perekonomian global dengan memperkuat arsitektur kesehatan global dengan menjadikan solidaritas dan keadilan menjadi pengarusutamannya, berkolaborasi mengawal proses pembentukan traktat pandemi, untuk memperkuat kesiapsiagaan di tingkat nasional, kawasan, dan global.
Momentum Indonesia Maju
Gelaran Presidensi G20 Indonesia juga merupakan momentum yang perlu dimanfaatkan bersama untuk mendorong akselerasi pemulihan ekonomi Presidensi G20 Indonesia harus dapat dimanfaatkan secara konkret untuk terus mengembangkan kerja sama dengan berbagai pihak, baik antar pemangku kepentingan dalam negeri, maupun kerja sama dengan negara-negara G20 dan organisasi internasional untuk mengiplementasikan upaya transformasi ekonomi yang adaptif, responsif, dan inklusif.
Presidensi G20 menjadkan Indonesia sebagai pusat perhatian dunia kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pasca pandemi, berkembangnya inestasi dan ekonomi kerakyatan.
Di samping itu, dalam pertemuan-pertemuan G20 di Indonesia juga akan dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia internasional, sehingga diharapkan dapat turut menggerakkan ekonomi Indonesia mempercepat pemulihan ekonomi dan agar dapat berkonstribusi dalam mengakselerasi Indonesia Maju.
Secara langsung manfaat pada aspek ekonomi dapat dirasakan dari kunjungan delegasi negara G20 yang dapat meningkatkan devisa negara, menggeliatnya kembali sektor pariwisata, khususnya Bali, dan Indonesia pada umumnya yang tertekan sangat dalam di era pandemi, serta meningkatkan konsumsi domestik dengan optimalisasi peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), peningkatan PDB, hingga penyerapan tenaga kerja.
Dari pendekatan ekonomi, beberapa manfaat langsung yang dapat diraih Indonesia dari berbagai sektor gelaran G20 adalah peningkatan konsumsi domestik yang diperkirakan bisa mencapai Rp1,7 triliun, penambahan PDB hingga Rp7,47 triliun, dan pelibatan tenaga kerja sekitar 33.000 orang dan peningkatan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun.
Dari sisi pariwisata, G20 akan berkontribusi terhadap proyeksi peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta – 3,6 juta dan juga 600 ribu – 700 ribu lapangan kerja baru ditopang kinerja bagus sektor kuliner, fashion, dan kriya dan rangkaian kegiatan G20 di Indonesia akan dapat melibatkan UMKM dan menyerap tenaga kerja sekitar 33.000 orang.
Selain itu, G20 akan meningkatnya kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia, hal ini harus dapat dimanfaatkan dalam menarik investasi sehingga aktivitas ekonomi semakin meningkat dan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan efek berantai lainnya, utamanya dalam memastikan bergeraknya sektor-sektor ekonomi produktif.
Pertemuan G20 di Indonesia juga dapat dimafaatkan menjadi sarana untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia KTT G20 di Indonesia dapat memberikan dampak bagi sektor UMKM, mengingat saat ini 80% investor global berasal dari negara-negara G20.
Kita tentunya berharap Presidensi G20 dapat menghasilkan concrete deliverables, dalam bentuk proyek, program, atau inisiatif sebagai manfaat nyata yang diharapkan dapat kita kapitalisasi menjadi fondasi dalam mengakselerasi Indonesia Maju, menjadi lead examples bagi pembangunan berkelanjutan kita, utamanya dengan memanfaatkan kerja sama internasional dan peran multi stakeholders. Semoga
“Let us work together, to Recover Together, Recover Stronger,”