Internalisasi Core Values Berakhlak menuju Birokrasi Kelas Dunia

 
bagikan berita ke :

Kamis, 19 Agustus 2021
Di baca 10228 kali

Oleh:

Eddy Cahyono Sugiarto

(Karo Humas Kemensetneg)

 

Core values  yang menjadi  acuan mendasar  dan dipraktikkan secara  kongkrit oleh seluruh sumber daya manusia dalam suatu organisasi kerja, menjadi  faktor determinan yang dapat mendekatkan  organisasi pada  pencapaian tujuan organisasi secara umum, baik  pada organisasi publik maupun organisasi bisnis.

 

Bagi organisasi publik, seperti birokrasi pemerintahan, internalisasi core values menjadi prasyarat agar dapat berperan mengakselerasi pencapaian tujuan organisasi,  utamanya dalam mendukung   reformasi birokrasi menuju  birokrasi kelas dunia.

 

Transformasi menuju birokrasi kelas dunia perlu terus kita persiapkan melalui milestone langkah-langkah strategis yang terukur guna menghasilkan perbaikan tata kelola birokrasi pemerintahan dalam menopang jalannya pembangunan nasional dan meningkatkan daya saing bangsa.

 

Dalam peta jalan (roadmap) reformasi birokrasi, pengelolaan reformasi birokrasi sejatinya dirancang dengan lebih mengutamakan empat asas utama yaitu fokus, prioritas, implementatif, dan kolaboratif.

 

Empat asas yang ada diharapkan dapat menjadi pilar utama  untuk memastikan pengelolaan reformasi birokrasi dilakukan secara akuntabel dan terukur, disesuaikan dengan “demand-based reform” sehingga dapat berperan dalam mewujudkan pemerintah berkelas dunia.

 


Foto: Acara Launching Core Values Aparatur Sipil Negara oleh Kementerian PANRB secara daring pada Selasa (7/07/2021)

 

Urgensi perubahan Mindset dan Cultural Set ASN

 

Perwujudan birokrasi kelas dunia menjadi faktor determinan yang perlu bersama-sama kita akselerasi implementasinya guna mendukung Visi Indonesia Maju 2045. Hal ini sudah barang tentu menuntut adanya perubahan mindset dan cultural set ASN sebagai komponen utama mesin birokrasi.

 

Perubahan mindset menuju birokrasi kelas dunia setidaknya menuntut adanya rencana aksi konkrit yang dioperasionalisasikan melalui  pembangunan sumber daya manusia ASN Unggul, yang antara lain dicirikan dengan SDM yang memiliki jiwa pekerja keras, bekerja smart, dinamis, adaptif dan agile serta terampil menguasai IT, memiliki kapabilitas dan integritas serta komitmen kerja yang  tinggi.

 

Dari sisi penataan kelembagaan diperlukan adanya transformasi kelembagaan melalui penyederhanaan birokrasi, melalui pengintegrasian kelembagaan dan organisasi yang memiliki kemiripan tugas pokok dan fungsi, agar dapat “berlari kencang” dalam menjawab tantangan perubahan yang sedemikian cepat,  guna  meningkatkan kinerja birokrasi pemerintahan.

 

Kesemua hal tersebut setidaknya perlu didukung dengan  transformasi pada 3 (tiga) aspek utama, yakni aspek Transformasi Organisasi, Transformasi Manajemen Kerja, dan Transformasi Jabatan agar birokrasi  dapat semakin adaptif dan agile terhadap perubahan dan menjawab ekspektasi masyarakat.

 

Transformasi organisasi dilakukan dengan mempercepat pengambilan keputusan dan pelayanan yang lebih efektif dan efesien, menghilangkan tumpang tindih dan mentalitas silo serta mengintegrasikan layanan publik.

 

Transformasi manajemen kerja dilakukan dengan langkah strategis guna menjadikan proses bisnis menjadi lebih sederhana dengan mengedepankan akuntabilitas dan transformasi jabatan dengan  mengedepankan  fungsionalitas sehingga  dapat memangkas rentang kendali yang panjang dan sekat-sekat struktural yang tidak berorientasi pelayanan.

 

Sebagaimana kita ketahui bersama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 transformasi menuju birokrasi kelas dunia telah dioperasionalisasikan dengan perencanaan strategik, melalui perampingan birokrasi untuk menghasilkan kinerja lebih baik serta mengoptimalkan pemanfaatan IT di dalam birokrasi untuk mewujudkan percepatan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) atau e-government.

 

Kemajuan bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh bagaimana Aparatur Sipil Negara berbenah diri untuk menjadi lebih ramping, lebih efisien, lebih produktif, lebih trengginas, dan lebih bisa melayani, guna mewujudkan pemerintahan kelas dunia pada tahun 2024.

 

Untuk itulah  urgensi  internalisasi core values pada seluruh  ASN menjadi relevan sebagai acuan seluruh ASN dalam berkonstribusi  konstruktif  pada  K/L Pusat dan Daerah dimana tempat mengabdi  guna memastikan apa yang menjadi visi Indonesia Maju 2024 dapat tercapai.

 

Core Value ASN dan internalisasinya

 

Kita patut bersyukur Presiden Joko Widodo pada 27 Juli 2021 yang baru lalu telah meresmikan nilai-nilai dasar bagi setiap Aparatur Sipil Negaraparatur yang harus dipegang teguh satu nilai dasar dan semboyan yang sama yakni ‘BerAKHLAK’. Nilai-nilai ASN ‘BerAKHLAK’ memiliki makna filosofis pada budaya organisasi yang Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif guna mendukung percepatan transformasi SDM aparatur.

 


 

BerAKHLAK merupakan panduan perilaku bagi ASN yang harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab, yang secara lebih rinci  dapat diterjemahkan bahwa nilai-nilai yang mendasari kerja ASN adalah Berorientasi Pelayanan, mengandung makna; memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat, ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan, kemudian melakukan perbaikan tiada henti.

 

Akuntabel, yaitu; melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, serta disiplin dan berintegritas tinggi, lalu menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien, dan tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.

 

Kompeten, panduan perilakunya ialah; meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar, dan melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.

 

Harmonis, panduan perilakunya adalah; menghargai setiap orang apapun latar belakangnya, suka menolong orang lain, dan membangun lingkungan kerja yang kondusif.

 

Loyal, panduan perilakunya adalah; memegang teguh ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah, menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara, serta menjaga rahasia jabatan dan negara.

 

Adaptif, panduan perilakunya adalah; cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas, dan bertindak proaktif.

 

Kolaboratif, panduan perilakunya ialah; memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah, dan menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

 

Bercermin pada core values yang ada,  maka ASN dimanapun bertugas sebagai pegawai pemerintah pusat maupun daerah, harus menjadi pelayan masyarakat, harus mempunyai jiwa untuk melayani, untuk membantu masyarakat.

 

Di tengah dunia yang penuh disrupsi, peningkatan kapasitas dan kompetensi, serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan menjadi mutlak bagi ASN disinilah internalisasi core values ASN menjadi penting untuk membawa organisasi birokrasi menjadi agile dan adaptif terhadap perubahan.

 

Penerapan AKHLAK sebagai pedoman budaya kerja dipercaya akan memberikan dampak positif terhadap kinerja pelayanan organisasi. Bukan hanya untuk kepentingan organisasi, tetapi juga kepentingan kesejahteraan baik secara individu maupun keluarga. Penyelerasan nilai-nilai dasar pada pola kerja dan budaya kerja akan merubah cara bekerja dan proses koordinasi dalam satu organisasi.

 

Pentingnya nilai inti AKHLAK untuk dimiliki seluruh pegawai aparatur agar seluruh unit negara bisa adaptif, naik kelas, dan mampu berkompetisi pada skala global. Selain itu, peningkatan nilai-nilai dasar bagi ASN berperan penting untuk menghadapi perubahan di tengah era disrupsi teknologi.

 

Peningkatan daya kompetisi global dapat dicapai dengan membangun melalui kolaborasi. Dengan dukungan pemerintah untuk melakukan kolaborasi baik lintas sektor maupun lintas disiplin akan berperan sebagai langkah strategis dalam akselerasi transformasi ASN dan pengelolaan reformasi birokrasi.

 

Kita tentunya berharap dengan internalisasi core values ASN akan terjadi peningkatan peran aparatur yang signifikan sebagai roda penggeraknya birokrasi yang dinamis,  melalui peningkatan kinerja SDM di lingkungan kerja. Budaya adaptif atau penyesuaian diri secara dinamis di segala perubahan perlu dilakukan untuk menciptakan peluang-peluang baru guna kemajuan negara.

 

Dengan internalisasi core values ASN diharapkan akan tercipta ekosistem dan  semangat berinovasi sehingga kerja kerja menjadi lebih bermakna dan terjadi peningkatan peran seluruh insan ASN untuk aktif berkontribusi menjawab tantangan-tantangan baru di era modern ini.

 

Relevansi dengan Akselerasi Reformasi Birokrasi

 

Reformasi birokrasi sejatinya adalah revolusi mental untuk  melakukan perubahan mendasar dalam mengubah sistem penyelenggaraan pemerintahan menjadi lebih baik.

 

Bersamaan dengan peluncuran Core Values dan Employer Branding ASN, para aparatur di Indonesia juga menerapkan employer branding ‘Bangga Melayani Bangsa’  diharapkan  dapat terbangun  orientasi yang sama dikalangan ASN, yakni memberikan pelayanan yang terbaik untuk membantu masyarakat secara berkualitas dan profesional.

 

Pelaksanaan reformasi birokrasi harus dilakukan secara menyeluruh dari pemerintah daerah, lembaga, dan kementerian. Penyederhanaan birokrasi agar bergerak dinamis tentu perlu diterapkan dalam tatanan baru dalam birokrasi. Penyederhanaan struktur organisasi dari hirarkis birokrasi menuju pemerintahan yang adaptif dan responsif dalam pelayanan transformasi pelayanan publik yang baik.

 


Foto: Acara Pengarahan oleh Mensesneg dengan tema “Kerja Mudah Karena Inovasi” di Gedung Krida Bhakti, Senin (4/11/2019)

 

Reformasi Birokrasi dengan dukungan core values ASN yang telah diinternalisasi perlu terus dilakukan untuk menjadikan  pemerintah yang lebih adaptif. ASN harus proaktif dan menjadi bagian terdepan dari solusi.

 

Produktivitas perlu terus ditingkatkan dengan waktu, dengan tenaga, dengan sumber daya yang lebih sedikit. Kita harus terus mengembangkan cara-cara baru. Cara yang lebih cerdas, cara yang harus lebih efektif, lebih efisien, cara yang lebih mudah, lebih cepat, lebih murah tapi hasilnya lebih baik dan lebih memuaskan.

 

Hal ini dapat dilakukan dengan terus mengembangkan inovasi yang  bukan hanya sekedar trend, tapi inovasi adalah cara untuk survive, cara untuk organisasi dapat lebih adaptif dan agile terhadap perubahan.

 

Birokrasi pemerintahan seyogyanya terus didorong agar mengembangan inovasi dan ekosistem untuk inovasi, agar organisasi  semakin relevan, produktif dengan dilandasi core values ASN sehingga pelayanan publik semakin bermakna.

 

Manfaatkan Momentum The New Normal

 

Salah satu kondisi the new nor­mal adalah percepatan birokrasi kita dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam praktik tata kelola pemerintahan, yang lebih berorientasi pada hasil dengan mengedepankan pemanfaatan informasi teknologi dan kecepatannya.

 

Kondisi Pandemi Covid-19 telah mengubah paradigma bekerja ASN menjadi lebih efektif dan efisien, lebih berorientasi pada hasil daripada procedural, percepatan penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) telah menjadi kebutuhan pada semua level birokrasi, sebagai konsekuensi masifnya praktik bekerja dari rumah atau work from home.

 

Pemanfaatan aplikasi zoom meeting sudah menjadi keseharian ASN pada seluruh instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, sekarang su­dah umum melakukan tele-meeting atau tele-conference dan pengadaan rapat-rapat koordinasi yang menggunakan teknologi digital tanpa dibatasi ruang dan waktu dan lokasi sehingga lebih efektif efisien dari sisi waktu dan biaya.

 

Tak terbayangkan berapa dana yang dapat dihemat dari The New Normal, penyederhanaan rapat-rapat koordinasi baik di dalam kota maupun luar kota, efisiensi waktu dan anggaran akan terjadi secara besar-besaran sehingga dapat dilakukan refocusing anggaran untuk hal-hal yang benar-benar mendesak dan penting.


Foto: Pemanfaatan aplikasi zoom meeting pada instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk melakukan tele-meeting atau tele-conference

 

Masa-masa Work From Home diharapkan dapat menjadi ajang latihan bagi ASN untuk terus menginternalisasi core values ASN Ber AKHLAK,  mengembangkan ide-ide dan kreativitas untuk menghasilkan karya terbaik. Jadi agen peruba­han sebagai mesin pemerintahan dalam menjawab tantangan pe­rubahan global, sehingga tekad kita mewujudkan pemerin­tahan berkelas dunia bisa tercapai.

 

Budaya digital merupakan salah satu contoh penerapan sistem kerja fleksibel yang dilakukan dalam tatanan normal baru. Tentu, pemanfaatan teknologi informasi memberikan kemudahan untuk ASN dan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Penerapan budaya digital mengubah pola pikir agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.

 

Menciptakan perilaku dan budaya dalam transformasi digital dalam suatu organisasi dibutuhkannya growth mindset, pola keinginan untuk terus berkembang dan ingin selalu belajar pada tiap anggota. Individu yang memiliki growth mindset akan berpikir untuk menciptakan cara-cara baru yang lebih efektif dan efisien. Produktivitas kerja pegawai akan meningkat seiring pola pikir yang mereka terapkan.

 

Tidak hanya berfokus pada pengembangan individu, peran kepemimpinan dalam organisasi pemerintah memainkan peran penting untuk merealisasikan ekosistem inovasi di lingkungan kerja. Melalui inovasi-inovasi yang ditanamkan pada setiap anggota organisasi harus didukung oleh pemimpin yang memiliki tanggung jawab tertinggi harus memiliki pola pikir berinovasi.

 

Kita tentunya berharap dalam mewujudkan akselerasi reformasi birokrasi melalui internalisasi core values ASN BerAKHLAK dengan memanfaatkan momentum The New Normal, akan terjalin sinergi dari pemerintah pusat dan daerah serta komitmen semua pihak untuk berubah ke arah yang lebih baik. Paradigma yang baru ini diharapkan akan mengubah orientasi cara bekerja menjadi network government, collaborative governance.

 

Pemanfaatan momentum New Normal  dengan menginternalisasi core values ASN BerAKHLAK diharapkan menjadi salah satu manifestasi dalam proses terwujudnya world class bureaucracy, Birokrasi 4.0, yakni dengan semakin agile-nya perangkat penggerak organisasi, yakni SDM itu sendiri.

 

Tentu banyak aspek lain yang juga harus diperhatikan, seperti pemutakhiran teknologi, pemanfaatan big data, hingga regulasi yang lentur terhadap perubahan zaman sehingga kebijakan WFH bagi ASN yang semula dipilih sebagai tindakan preventif dari melonjaknya kasus COVID-19 justru menjadi suatu alternatif sekaligus tantangan pembuktian bagi terwujudnya ASN yang profesional serta melek teknologi.

 

Kita tentunya berharap dengan akselerasi reformasi birokrasi dengan memanfaatkan momentum The New Normal dapat kita kapitalisasi untuk membangun budaya organisasi kerja baru dan internalisasi core values BerAKHLAK  yang kondusif dalam meningkatkan daya saing, sehingga reformasi birokrasi yang mengakselerasi terwujudnya birokrasi kelas dunia yang  mampu memacu bergeraknya  investasi, menciptakan lapangan kerja dan memastikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dalam menghantarkan Indonesia menjadi negara maju. Semoga.

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
69           10           5           5           7