KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN RI DAN PM REPUBLIK ARAB SURIAH, 12-01-2009

 
bagikan berita ke :

Senin, 12 Januari 2009
Di baca 1036 kali

KETERANGAN PERS BERSAMA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DAN
PERDANA MENTERI REPUBLIK ARAB SURIAH
DI ISTANA MERDEKA, JAKARTA
TANGGAL 12 JANUARI 2009

 

Bismillahirrahmaanirrahiim,

 

Saudara-saudara,

 

Alhamdulillah, hari ini Indonesia mendapat kehormatan untuk menerima kunjungan Perdana Menteri Republik Arab Suriah Yang Mulia Muhammad Naji Al-Otari yang insya Allah akan menjadi tonggak baru dalam peningkatan hubungan dan kerja sama kedua negara di masa depan. Sebagaimana kita ketahui, Suriah adalah sahabat dekat Indonesia. Sejak awal kemerdekaan Suriah telah membantu Indonesia, termasuk negara yang secara awal mengakui kedaulatan negara kita 2 tahun setelah kita merdeka. Oleh karena itu, kita sepakat ke depan, hubungan kerja sama kita harus semakin kuat, makin luas demi kebaikan kedua bangsa dan negara.

 

Dalam pertemuan bilateral ini kami membahas dua agenda. Pertama adalah peningkatan kerja sama dan hubungan bilateral kedua negara dan yang kedua adalah membahas sekaligus meningkatkan kerja sama untuk mencari solusi atas krisis yang terjadi di Gaza, Palestina, sekarang ini.

 

Di bidang peningkatan kerja sama bilateral kita sepakat bahwa Komisi Bersama, mekanisme untuk mengelola kerja sama bilateral ini harus kita tingkatkan efektivitasnya. Saya berpendapat ada potensi yang besar untuk peningkatan kerja sama ekonomi Suriah-Indonesia. Oleh karena itu, Komisi Bersama harus lebih fokus bekerja sama di bidang perdagangan, investasi, pertanian, dan energi.

 

Saya juga ingin menyampaikan kepada Yang Mulia Perdana Menteri bahwa, alhamdulillah, banyak tenaga Indonesia bekerja di Suriah. Oleh karena itu, karena selalu ada masalah-masalah yang berkaitan dengan tenaga kerja kita di luar negeri. Saya mengajak Suriah untuk betul-betul bisa meningkatkan kerja sama yang riil untuk memastikan bahwa tenaga kerja Indonesia bisa bekerja dengan baik dan apabila ada masalah segera kita selesaikan dengan baik pula.

 

Menyangkut krisis di Gaza, Palestina, sikap Yang Mulia Perdana Menteri atau sikap Suriah sesungguhnya pada prinsipnya sama dengan sikap saya dan sikap Indonesia. Solusi yang paling riil adalah sekarang ini segera dipatuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB 1860 berarti dihentikannya serangan-serangan militer Israel, kemudian diberikan bantuan kemanusiaan yang nyata pula dan dengan demikian stabilitas serta keamanan di Gaza, Palestina, bisa dipulihkan.

 

Saya juga telah menjelaskan kepada Yang Mulia Perdana Menteri tentang langkah yang diambil Indonesia sekarang ini, baik pada dunia diplomasi maupun bantuan-bantuan kemanusiaan. Indonesia kecewa bahwa Resolusi 1860 tidak dipatuhi dan tragedi kemanusiaan masih terus terjadi di Gaza, Palestina, sekarang ini. Kepada Yang Mulia saya sampaikan pikiran dan pandangan Indonesia, pertama, kalau memang resolusi sekarang ini tidak bisa dijalankan dengan baik, diperlukan resolusi yang keras dari Dewan Keamanan PBB yang bisa secara hukum mengikat dan betul-betul bisa membuktikan aksi-aksi militer Israel di Gaza dilanjutkan dengan gencatan senjata. Indonesia juga berpendapat apabila resolusi ini tidak menghentikan kekerasan, tidak bisa mengakhiri krisis, sebagaimana yang saya usulkan kepada sekjen PBB dan Presiden Dewan Keamanan waktu itu bahwa diperlukan emergency special session dari Majelis Umum yang bekerja secara paralel dari apa yang dilaksanakan oleh Dewan Keamanan. Tujuannya satu, betul-betul krisis diakhiri, di Gaza, Palestina, sekarang ini.

 

Yang terakhir, saya memberikan penghargaan kepada Suriah sebagai Pimpinan Liga Arab yang sangat aktif, proaktif untuk mencari solusi dengan harapan peran itu terus dijalankan di masa yang akan datang.

 

Yang Mulia saya persilahkan untuk memberikan penjelasan kepada pers.

 

(Dilanjutkan dengan pernyataan pers oleh Perdana Menteri Republik Arab Suriah dan diikuti dengan sesi tanya jawab dengan wartawan)

 

Presiden RI:
Saya beri kesempatan kalau ada pertanyaan dari Saudara-saudara.

 

Wartawan:
Terima kasih. Tri Dirgantara dari Bisnis Indonesia. Di luar masalah Palestina kembali ke isu TKI tadi sempat disinggung oleh Bapak Presiden. Mohon elaborasi, data kami ada sekitar 70 ribu TKI ilegal yang ada di Suriah sampai akhir tahun lalu. Apakah masalah ini juga dibicarakan secara spesifik? Rencananya yang kami dengar akan segera diputihkan tapi sampai saat ini belum ada perkembangan terbaru. Terima kasih.

 

Presiden RI:
Data dari mana yang Saudara peroleh itu?

 

Wartawan:
Dari BPL2TKI.

 

Presiden RI:
Siapa?

 

Wartawan:
BLP2TKI

 

Presiden RI:
Coba dicek nanti jumlahnya, ya! Cek jumlahnya! Yang jelas, Beliau dengan saya tadi telah berkomitmen untuk menyelesaikan semua masalah itu dengan sebaik-baiknya. Saya usulkan agar mandatory consular notification. Apabila ada masalah dengan keberadaan tenaga kerja kita di sana agar baik Pemerintah Suriah maupun Pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan dengan baik. Semangat itu kuat sekali dan nanti Komisi Bersama akan mengagendakan khusus langkah-langkah ke depan untuk menyelesaikan masalah-masalah itu. Kita berterima kasih kepada Suriah atas kesempatan lapangan pekerjaan dan tentunya mereka juga menjadi bagian dari pembangunan ekonomi di Suriah. Kita masuk wilayah itu untuk lebih efektif menyelesaikan masalah yang ada.

 

Saya baru mengecek ke Duta Besar kita yang ada di Damaskus bahwa belum bisa dikonfirmasi angka itu. Saya akan cek segera ke Menteri Tenaga Kerja untuk kejelasan data itu. Akurasi data penting karena baik Pemerintah Suriah maupun Pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan dengan efektif dengan data yang benar, dengan angka yang benar.

 

(Dilanjutkan dengan jawaban oleh Perdana Menteri Republik Rakyat Suriah)

 

Presiden RI:
Terima kasih, Yang Mulia. Masih ada? Kalau tidak ada terima kasih atas perhatiannya dan, Yang Mulia, terima kasih atas kesempatan konferensi pers ini.