Keterangan Pers Presiden RI menanggapi Isu Bank Century, Jakarta, 15 Agustus 2012

 
bagikan berita ke :

Rabu, 15 Agustus 2012
Di baca 822 kali

KETERANGAN PERS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENANGGAPI

ISU BANK CENTURY

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

PADA TANGGAL 15 AGUSTUS 2012

 

 

 


Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,


Saudara-saudara,


Sebenarnya saat ini, saya sedang berkonsentrasi untuk mempersiapkan rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan kita tahun 2012 ini. Termasuk tengah menyiapkan pidato saya, yang insya Allah akan saya sampaikan besok di hadapan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI, baik pidato pagi hari, yaitu Pidato Kenegaraan maupun pidato malam hari, pidato yang berkaitan dengan RAPBN Tahun 2013 dan Nota Keuangannya. Dan juga, Saudara tahu kita semuanya tengah menjalankan ibadah puasa.


Namun, karena ada berita dan informasi yang berkembang sekarang ini, yang harus saya luruskan. Ada sejumlah pandangan yang disampaikan kepada saya, "Pak SBY, tidak usahlah itu ditanggapi, nanti lama-lama akan hilang sendiri." Ada yang berpandangan seperti itu. Tapi sebaliknya, banyak yang mengatakan, "Pak SBY, tolonglah dijelaskan kepada rakyat, diluruskan. Jangan sampai hal-hal begitu terus terjadi di negeri tercinta ini, karena ini menyangkut kebenaran." Begitu. Oleh karena itu, Saudara-saudara, setelah saya pikirkan dan renungkan dalam-dalam, lebih baik saya menyampaikan penjelasan pada malam hari ini, di bulan suci Ramadhan ini, agar yang hadir adalah kebenaran.


Saya juga ingin dengan penjelasan saya ini, melalui Saudara-saudara semua, rakyat juga mendapatkan berita atau informasi yang benar. Saya harus mengatakan, kalau kita suka mempermainkan kebenaran, sama saja kita suka mempermainkan Tuhan. Oleh karena itu, saya prihatin, di tengah bulan suci Ramadhan ini, masih ada pihak yang menyebarkan berita yang tidak benar, yang boleh dikatakan itu kebohongan.


Apa berita itu? Para wartawan sudah mengetahuinya, bahkan barangkali juga ikut meliputnya, memberitakannya. Tetapi saya ingin menyampaikan semua yang akan saya sampaikan ini untuk rakyat Indonesia, saudara-saudara kita di seluruh tanah air.


Berita itu adalah, saya mendengar Metro TV, dalam sebuah acara, mengangkat berita ini, yang katanya bersumber dari Saudara Antasari, mantan Ketua KPK, yang mengatakan ini yang terus bergulir; Awal Oktober tahun 2008, Presiden SBY, berarti saya, memimpin pertemuan yang dikatakan di dalamnya membahas bailout Bank Century. Inilah yang akan saya luruskan, karena berita ini, di samping tidak benar, juga menyesatkan.

Berita yang benar adalah, memang ada pertemuan yang kami laksanakan pada tanggal 9 Oktober tahun 2008. Siapa yang hadir? Di samping para menteri dan anggota kabinet yang mendampingi saya, adalah para penegak hukum dan auditor, dalam hal ini, Ketua BPK, Pak Anwar Nasution; Ketua KPK, Pak Antasari; Jaksa Agung, Pak Hendarman Supandji; Kapolri, Pak Bambang Hendarso; dan Ketua BPKP, Pak Didi Widayadi. Apa tujuannya? Kita ingin bertukar pikiran dan berkonsultasi untuk satu tujuan penting, bagaimana kita bisa mengantisipasi kemungkinan datangnya krisis di negeri kita.


Sesungguhnya, pertemuan tanggal 9 Oktober itu rangkaian dari pertemuan sebelumnya, yaitu pertemuan tanggal 6 Oktober tahun 2008, yang kita laksanakan di Gedung Sekretariat Negara, yang dihadiri oleh Kabinet Indonesia Bersatu I, kemudian Pimpinan BUMN, Kadin, para ekonom, bahkan unsur media massa.


Kemudian, pertemuan tanggal 9 Oktober itu, karena banyak pandangan, supaya dalam situasi krisis tidak ada ketakutan dan keragu-raguan, mereka berharap saya sebagai Presiden, berkomunikasi darat dengan para auditor dan penegak hukum, untuk menyamakan persepsi kita atas perkembangan situasi yang ada waktu itu.


Untuk diketahui, setelah pertemuan saya dengan auditor dan penegak hukum itu, maka beberapa hari kemudian, saya lanjutkan pertemuan saya dengan para gubernur seluruh Indonesia, karena kita harus, sekali lagi, berkolaborasi, bersama-sama menghadapi dan mengatasi krisis, sehingga insya Allah, krisis bisa kita cegah untuk meruntuhkan perekonomian kita. Pengalaman tahun 1998 dulu, dari apa yang kami pelajari, kebersamaan itu terasa kurang, sehingga sulit sekali untuk mengatasi krisis.


Kembali kepada pertemuan 9 Oktober tahun 2008. Sudah saya sebutkan siapa yang hadir, tujuannya apa, dan konteksnya juga seperti apa. Urutan pertemuan itu, saya menyampaikan pengantar tentang perkembangan situasi dunia, dan seperti apa dampak serta implikasinya terhadap perekonomian Indonesia. Setelah itu, satu demi satu, kecuali para menteri, itu menyampaikan pandangannya. Dimulai pandangan Ketua BPK, Pak Anwar Nasution, terus saya respon secara singkat; dilanjutkan dengan pandangan Ketua KPK, Pak Antasari, saya respon secara singkat; dilanjutkan lagi pandangan Jaksa Agung, juga saya respon; pandangan Kapolri, juga saya respon; dan terakhir pandangan Kepala BPKP, juga saya respon, dan akhirnya kita akhiri pertemuan itu.


Yang mendampingi saya tidak bicara. Waktu itu hadir Menko Polhukam, Pak Widodo A.S.; Menko Perekonomian ad interim, Ibu Sri Mulyani; Mensesneg, Pak Hatta Rajasa; Seskab, Pak Sudi Silalahi; dan kemudian Menteri BUMN, Pak Sofyan Djalil, para menteri tidak berbicara.


Nah sekarang, yang diramaikan, sekali lagi katanya, dalam pertemuan itu dibicarakan atau dibahas bailout Bank Century. Saya katakan malam ini, di hadapan Allah SWT, bahwa sama sekali tidak ada. Tidak ada yang menyinggung nama Bank Century, apalagi membahas yang dinamakan bailout Bank Century.


Saudara-saudara,


Dokumentasi pertemuan itu lengkap. Baik itu rekaman kasetnya, utuh, tayangan video pada awal atau pembukaan, foto-foto dokumentasi, dan kalau mau ditambahkan, catatan dari masing-masing menteri yang hadir di situ, karena sudah saling mencocokkan apa saja yang dibicarakan waktu itu. Transkrip lengkap akan saya bagikan malam hari ini. Silakan dibaca nanti. Utuh. Silakan. Ada tidak kata-kata Bank Century, apalagi bailout Bank Century.


Saudara-saudara,


Politik itu memang punya banyak cara. Tetapi, pilihlah cara yang patut dan beretika. Menyebarkan berita yang tidak benar, atau berita bohong bukanlah politik yang baik. Terus terang, saya lega setelah membaca statement pengacara Pak Antasari, yaitu Saudara Maqdir Ismail. Saya baca. Isi pernyataan beliau: benar, ada pertemuan awal Oktober, yang saya pimpin, dan Pak Antasari hadir sebagai undangan, dan disampaikan oleh pengacara Pak Antasari bahwa tujuannya adalah untuk mengantisipasi kemungkinan datangnya krisis ekonomi, seperti tahun ‘97-‘98. Disampaikan dengan jelas oleh Saudara Maqdir Ismail, pertemuan tidak membahas atau membicarakan bailout Bank Century.


Jika tidak ada pernyataan dari pengacara Pak Antasari, semula saya ingin Pak Antasari membaca transkrip dari pertemuan itu, termasuk ucapan Pak Antasari sendiri, ucapan saya, dan ucapan-ucapan yang lain. Siapa tahu Pak Antasari lupa atau khilaf. Tapi dengan penjelasan pengacara itu, saya lega terus terang, karena sudah seperti diluruskan sendiri.


Saudara-saudara,


Kalau nanti membaca di sini. Pandangan dan tanggapan Pak Antasari sebagai Ketua KPK, maka di situ sangat jelas, gamblang, bahkan konstruktif. Saya menilai pandangan Pak Antasari cukup jernih waktu itu. Dan nada pembicaraan semua relatif sama. Kata-kata Pak Antasari, kata-kata saya, dan siapa pun juga tidak menyebut sama sekali kata-kata Bank Century.


Dengan penjelasan ini, Saudara-saudara, saya ingin menyampaikan seruan dan ajakan kepada saudara-saudaraku, rakyat Indonesia, marilah kita ini tetap ingat dan sadar untuk senantiasa menjaga ucapan, sikap, dan perilaku kita. Apalagi, mayoritas dari kita sekarang ini sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini. Sekali lagi, sebagai Kepala Negara, saya juga mengajak janganlah kita mudah mempermainkan kebenaran. Mari kita berpolitik dengan cara-cara yang kesatria dan bermartabat.


Itulah yang ingin saya sampaikan. Saya tidak berpanjang lebar, tetapi saya sampaikan dengan penuh rasa tanggung jawab, dengan niat yang baik. Agar dalam suasana memperingati Hari Kemerdekaan dan menjalankan ibadah puasa, tidak baik, kalau ada kesangsian atau keragu-raguan atau barangkali persepsi yang keliru kepada saya yang sedang mengemban amanah, karena berita yang bergulir itu, yang tadi sudah saya jelaskan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada insan pers dan media massa yang berkenan untuk meneruskan statement saya ini kepada seluruh rakyat Indonesia.


Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI