Keterangan Pers Presiden RI Perihal Insiden Ahmadiyah, dan Krisis Politik Mesir, 7 Februari 2011

 
bagikan berita ke :

Senin, 07 Februari 2011
Di baca 797 kali

KETERANGAN PERS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

INSIDEN BENTROKAN ANTARA JAMAAH AHMADIYAH DAN WARGA MASYARAKAT DI BANTEN, INSIDEN TEMBAK-MENEMBAK ANTARA TENTARA THAILAND DAN KAMBOJA, SERTA PANDANGAN PEMERINTAH INDONESIA TERKAIT KRISIS POLITIK YANG TERJADI DI MESIR

DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

TANGGAL 7 FEBRUARI 2011

 

 

 

Bismillahirrahmaanirraahiim,

 

Saudara-saudara,

 

Hari ini saya ingin menyampaikan tiga hal untuk diketahui oleh rakyat Indonesia,

 

Yang pertama, berkaitan dengan insiden, benturan, di antara dua komunitas yang terjadi di Banten, kemarin.

 

Yang kedua, berkaitan dengan insiden tembak-menembak di antara kedua tentara, yaitu antara Thailand dan Kamboja.

 

Dan yang ketiga adalah apa yang Indonesia lakukan dalam rangka menyampaikan pandangan kepada pemerintah dan bangsa Mesir untuk mengatasi keadaan yang sekarang ini.

 

Saya mulai dari yang pertama. Kita kembali sangat menyesalkan terjadinya benturan atau bentrokan fisik antara saudara-saudara kita, komunitas Ahmadiyah dengan masyarakat lokal, yang sangat memprihatinkan karena terjadi korban jiwa dan luka-luka.

 

Terhadap ini saya telah menginstruksikan untuk dilakukan investigasi menyeluruh untuk mengetahui sebab-akibat dan kejadian yang sebenarnya. Dengan tujuan, siapa yang lalai, siapa yang bersalah, siapa yang melanggar hukum, harus diberikan sanksi. Termasuk, manakala sesungguhnya, benturan itu bisa dicegah, tetapi tidak cukup efektif, baik oleh aparat keamanan maupun pemerintah setempat, pemerintah daerah setempat, maka, dalam hal ini, sanksi dan tindakan juga perlu dilakukan. Termasuk, dari kedua belah pihak itu, siapa yang melakukan pelanggaran hukum. Itu juga mesti diberikan sanksi. Sebab kita tidak bisa memberikan toleransi seperti ini terjadi lagi, terjadi lagi.

 

Saya juga ingin agar kesepakatan yang telah dicapai pada tahun 2008, sebagai satu opsi terbaik, untuk menyelesaikan masalah ini dan mencegah terjadinya bentrokan horizontal itu sungguh ditepati. Dan, kemudian, saya juga meminta kepada jajaran pemerintah untuk melakukan investigasi, siapa yang tidak mentaati kesepakatan yang telah dicapai itu. Kalau kesepakatan itu diindahkan, dipatuhi, dan dijalankan, bentrokan seperti ini, benturan fisik seperti ini, apalagi tindakan-tindakan kekerasan, sesungguhnya dapat dicegah.

 

Sampai hari ini, sejak kemarin sampai tadi pagi, meskipun jajaran pemerintah, baik pusat maupun daerah, termasuk penegak hukum juga telah bekerja, tetapi saya masih meminta untuk dilakukan investigasi yang menyeluruh agar tidak lewat begitu saja, insiden yang baru terjadi di Banten.

 

Dan, saya berharap kepada, utamanya, para pejabat yang bertugas di daerah, baik pemerintahan, aparat keamanan, komando teritorial, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, agar sungguh peduli terhadap masalah ini untuk menjaga kerukunan antar- maupun intraumat beragama.

 

Tentu, saya ikut mengucapakan belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan, keluarganya yang menjadi korban dalam insiden yang terjadi kemarin di Banten. Saya akan meneliti hasil investigasi itu dan kemudian saya ingin semua pihak untuk tidak lengah, untuk tidak menganggap ringan situasi, manakala sudah ada tanda-tanda, itu segera dilakukan langkah-langkah semestinya. Jangan menunggu sampai terjadi benturan dan bentrokan.

 

Saya juga ingin aparat keamanan kita, kepolisian kita, komando teritorial kita, juga antisipatif, profesional, tegas, di dalam mencegah terjadinya kekerasan dan mengambil tindakan terhadap pelaku kekerasan itu.

 

Rakyat ingin mendapatkan kejelasan dari semuanya ini. Dan, oleh karena itu, saya berharap jajaran pemerintah terkait, baik pusat maupun daerah, segera setelah peristiwa ini, melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

 

Saudara-saudara,

 

Yang kedua, menyangkut apa yang terjadi di tetangga kita, sama-sama anggota ASEAN, yaitu insiden militer yang terjadi di perbatasan Thailand dan Kamboja. Untuk diketahui, Menteri Luar Negeri telah saya utus untuk berangkat ke Kamboja dan Thailand.

 

Hari ini, sudah berangkat ke Kamboja dan kemudian besok ke Thailand. Dan sudah ada komunikasi sebelumnya, mengapa Menteri Luar Negeri Indonesia mengambil inisiatif untuk bertemu dengan kedua counterpart-nya.

 

Sebagaimana Saudara ketahui, tahun ini, Indonesia adalah Ketua ASEAN. Kita memiliki tanggung jawab moral untuk ikut menjadi bagian dari solusi. Sebenarnya, kejadian di antara kedua tentara bukan hanya sekali ini, beberapa kali sudah terjadi. Bahkan, saya pribadi, dua kali, sudah pernah bertemu dengan kedua Kepala Pemerintahan, Perdana Menteri Hun Sen, dan Perdana Menteri Abhisit, atas permintaan kolega saya, pemimpin ASEAN waktu itu, ketika terjadi eskalasi.

 

Dan, waktu saya bertemu, secara terpisah, dengan kedua Perdana Menteri, waktu itu, ada komitmen untuk lebih menahan diri, dan insiden yang lebih tidak kita inginkan dapat dicegah. Tetapi, kali ini kita melihat masih terjadi aktivitas bentrokan militer itu.

 

Oleh karena itu, saya sungguh berharap agar misi Menteri Luar Negeri Indonesia bisa diterima dengan baik oleh kedua negara itu. Dan, sebagai Chairman dari ASEAN, saya menyerukan untuk benar-benar menahan diri dan segala permasalahan bisa dicarikan solusinya secara damai, sesuai dengan piagam ASEAN, yang harus sama-sama kita junjung tinggi.

 

Saudara-saudara,

 

Yang ketiga, atau yang terakhir adalah berkaitan dengan situasi di Mesir yang sama-sama kita ikuti. Seraya tetap menghormati kedaulatan Mesir sebagai negara dan bangsa yang berdaulat, seraya pula kita memberikan dorongan agar bangsa Mesir bisa mengatasi permasalahan dalam negerinya dengan bijak, dengan tepat, dan menghindari korban yang tidak perlu serta kekerasan yang tidak semestinya terjadi. Maka, sebagai negara sahabat, yang memiliki hubungan yang baik sejak awal kemerdekaan Indonesia, saya mengambil inisiatif untuk menulis surat yang saya tujukan, sesungguhnya, kepada pemerintah Mesir.

 

Surat itu dibawa oleh utusan khusus saya yang juga Satgas di dalam penyelamatan warga negara Indonesia, Saudara Hassan Wirajuda, dan surat itu isinya tiada lain adalah keinginan Indonesia untuk berbagi atau sharing pengalaman ketika Indonesia mengalami hal yang kurang lebih sama, 12 tahun yang lalu, kemudian kita berhasil melakukan transisi demokrasi dan kemudian membawa perubahan berakhirnya tata pemerintah sebelumnya ke tata pemerintah yang baru.

 

Indonesia memilih dengan cara ini, yang penting message, pesan, pandangan, dan rekomendasi itu sampai kepada Pimpinan Mesir, dengan harapan, kiranya, bisa menjadi perbandingan, saudaranya, bangsa Indonesia, juga mengalami hal yang sama, dahulu, tetapi kami, alhamdulillah, bisa mengatasi dan akhirnya melakukan reformasi, transisi demokrasi, dan transformasi sebagaimana yang berlangsung hingga hari ini.

 

Tentu, dalam keadaan seperti ini, Saudara Hassan Wirajuda, yang mantan Duta Besar Mesir, mantan Menteri Luar Negeri, tadi mengirim berita sms kepada saya, sedang mencari celah atau jalan atau cara agar surat ini segera sampai. Mudah-mudahan niat baik Indonesia mendapat respon yang positif dari Pimpinan dan Pemerintah Mesir.

 

Tiga hal itulah yang ingin saya sampaikan pada hari ini, Saudara-saudara, terima kasih atas perhatiannya.

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI