Kuliah Umum Presiden RI pada Dies Natalis ITS Surabaya, 14 Desember 2010

 
bagikan berita ke :

Selasa, 14 Desember 2010
Di baca 903 kali

KULIAH UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

DIES NATALIS INSTITUT TEKNOLOGI 10 NOVEMBER, SURABAYA

DI GRHA 10 NOVEMBER, SURABAYA

TANGGAL 14 DESEMBER 2010

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Salam sejahtera untuk kita semua,


Yang saya hormati,

 

Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,

 

Saudara Gubernur Jawa Timur dan para Pejabat Negara yang bertugas di Jawa Timur,

 

Yang saya hormati,

 

Saudara Rektor ITS beserta para Anggota Senat, para Guru Besar dan para Dosen, Staf, dan para Mahasiswa yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Saudara Rektor ITB beserta para peserta forum inovasi Indonesia 2010,

 

para Pimpinan Perguruan Tinggi yang mendengarkan dan mengikuti acara ini,

 

Serta para Anggota Inherent, Indonesia Higher Education Research Network,

 

Saudara Ketua Komite Inovasi Nasional dan Ketua Komite Ekonomi Nasional, beserta segenap Anggota KIN dan KEN,

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,


pada kesmpatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, marilah sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan ridha-Nya, kita semua masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.

 

Pada kesempatan yang baik ini pula, atas nama negara, pemerintah, dan selaku pribadi, saya ingin mengucapkan Selamat Berulang Tahun Emas kepada Keluarga Besar ITS. Semoga ITS terus berkembang menjadi center of excellence dan menjadi universitas atau institut yang unggul yang menjadi kebanggan bangsa Indonesia dan bahkan dunia.

 

Saya sungguh ingin kalau di Amerika ada namanya MIT, Massachusetts Institute of Technology, yang tersohor di seluruh dunia, insya Allah dengan kerja keras kita semua, ITB dan ITS juga akan menjadi semacam MIT di Indonesia.

 

Saya menyimak pidato Profesor Doktor Priyo Suprobo tadi, senang saya, karena beliau bertekad dan bercita-cita, tentu tekad Saudara semua, untuk terus mendukung penguatan sistem inovasi nasional dan juga terus mengembangkan budaya technopreneur, yang sangat kita perlukan.

 

Tiga unggulan utama yang disampaikan tadi, yaitu bidang kelautan, bidang permukiman lingkungan, dan bidang energi terbarukan juga merupakan bidang yang sangat penting untuk penggerakan ekonomi di masa depan.

 

Saya sungguh berharap semua itu menambah pengabdian ITS pada bangsa dan negara melengkapi prestasi, capaian, dan pengabdian yang Saudara lakukan selama 50 tahun ini.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi saya juga menyimak sambutan dari Profesor Doktor Akmaloka, Rektor ITB, yang kebetulan sedang menjadi tuan rumah dari sebuah forum yang relevan dengan topik yang kita bahsa hari ini, yaitu Forum Inovasi Indonesia 2010, saya juga berharap Institut Teknologi Bandung terus dapat menjaga dan meningkatkan standing-nya sebagai world class university yang juga menjadi kebanggan kita semua.

 

Saya menyambut baik, Saudara Rektor ITB, akan didirikannya Innovation Park, mudah-mudahan ini juga bisa dikembangkan di tempat-tempat yang lain sehingga budaya inovasi, menjadi bangsa yang inovatif, innovation nation, dan innovative nation, itu bisa kita bangun dan wujudkan di negeri tercinta ini.

 

Kepada para peserta Forum Inovasi Indonesia 2010, yang sedang bertemu di Bandung, saya juga mengucapkan selamat untuk berseminar dan semoga Saudara semua behasil membangun cetak biru, road map, dan pikiran-pikiran yang menjangkau dalam pengembangan inovasi di negeri ini.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Sekarang saya akan menyampaikan kuliah umum sebagai acara utama dalam ikut memeriahkan Dies Natalis ITS yang ke-50. Kuliah Umum ini, barangkali, akan saya sampaikan dan menyita beberapa waktu, saya memohon kesabaran Saudara semua untuk mendengarkannya karena masalah yang ingin saya sampaikan ini sangat penting bagi perjalanan bangsa Indonesia 10, 20, 30 tahun mendatang.

 

Saya tidak hendak menyampaikan kebijakan, strategi, program-program pemerintah karena bukan di sini tempatnya. Justru pada forum yang mulia ini, saya ingin mengajak Saudara semua dan siapa saja yang mendengarkan Kuliah Umum ini untuk berpikir strategis, berpikir besar melampaui dimensi ruang dan waktu yang akan menandakan bahwa kita meliliki idealism, visi, dan pikiran-pikiran yang menjangkau bagi kemajuan negeri tercinta ini.

 

Oleh karena itu, judul Kuliah Umum yang saya kedepankan hari ini adalah Teknologi, Ekonomi, dan Masa Depan Indonesia. Saya akan memulai dengan mengajukan pertanyaan yang fundamental, yaitu, masa depan Indonesia seperti apa yang kita cita-citakan dan hendak kita tuju? Kemudian, mengait kepada topik yang kita angkat hari ini, apa peran dan kontribusi teknologi dan ekonomi nasional guna mewujudkan Indonesia masa depan itu?

 

Saudara-saudara,

 

Saya mulai dari yang pertama, masa depan Indonesia yang kita tuju, anggaplah ini sebuah long term strategic research yang harus kita bangun sebagai bangsa. Dua penglihatan jauh ke depan yang ingin saya kedepankan berkaitan dengan our future, the future of this nation, yang pertama kita ingin Indonesia menjadi negara yang maju, developed country, di abad ke-21 ini. Kalau saya bicara abad 21, meskipun masih 90 tahun lagi abad ini berkahir, tidak harus kita menunggu 90 tahun lagi untuk negara kita menjadi negara maju.

 

Maju bukan hanya secara ekonomi, yang kerap diukur dari GDP dan income per capita penduduknya, tetapi juga maju dalam kehidupan masyarakatnya, a good society, dalam daya saing dan inovasinya, dalam sistem hukumnya, dalam keadilan sosial bagi rakyat Indonesia, dalam demokrasi dan kehidupan politiknya, dalam pertanian, indutsri, dan service-nya, dalam kekuatan dan postur pertahannya, dalam diplomasi dan peran internasionalnya.

 

Pendek kata, Saudara-saudara, kita ingin menjadi negara maju bukan hanya maju secara ekonomi saja, tetapi hakikatnya maju peradaban kita sebagai bangsa. Kita ingin benar kita memiliki peradaban yang maju dan unggul, a great civilizations. Itu penglihatan kita yang jauh ke depan.

 

Kalau saya pendekkan penglihatan itu, visi itu, dalam bentangan waktu yang bisa kita jangkau, yaitu katakanlah 15 tahun ke depan, maka saya harus mengatakan bahwa goals kita, tujuan kita adalah dalam 15 tahun ke depan, berarti Indonesia 2025, kita ingin menjadi emerging economy seperti, sebutlah yang termasuk BRIC sekarang ini, seperti negara Brazil, Rusia, India, dan Tiongkok atau China. Saya akan mengupas lebih lanjut nanti, apakah kita bisa mencapai dan insya Allah mewujudkan cita-cita besar kita menjadi negara maju di abad 21 dan menjadi emerging economy dalam bentangan waktu 15 tahun mendatang.

 

Saudara-saudara,

 

Biasanya di antara kita ada yang suka skeptis, suka pesimis, suka kurang yakin diri, dan menganggap that's impossible untuk menjadi negara maju di abad 21, untuk menjadi emerging economy di dalam waktu 15 tahun ke depan.

 

Sama saja, kita dahulu juga pernah bertanya dalam hati dan pikiran kita apakah konflik Aceh yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun itu bisa kita akhiri secara damai, bermartabat, tetapi NKRI tetap tegak. Jawabannya Saudara sudah tahu. Kemudian beberapa tahun yang lalu, ketika dunia mengalami krisis baru, yaitu global financial crisis yang kemudian menjadi global economic recession, kita juga bertanya apakah kita selamat, karena baru saja dihantam oleh badai krisis tahun 1998 dan 1999 yang lalu.

 

Jawabannya Saudara juga sudah tahu, not only kita survive, tetapi kita sekarang menjadi Anggota dari the G-20. Ada juga yang rajin mengikuti peringkat kita dalam global competitiveness index, tahun 2005 kita pada peringkat 69, berjuang kita menjadi peringkat 54, ada yang bertanya apakah bisa kita perbaiki lagi? Ternyata jawabannya bisa. Dari peringkat 54, naik menjadi peringkat 44, antara lain karena disumbang oleh inovasi yang kita lakukan di negeri ini.

 

Yang terakhir kalau kita ingin menguji apakah kita bisa mengubah keadaan kita, sepak bola. Waktu kita melaksanakan Kongres Nasional Sepak Bola di Malang, banyak yang yang mencibir, "ah, apalagi itu, kalau kalah, kalah saja, kalau keok, keok saja". Begitu katanya. Kita terus dengan gigih, dengan semangat yang tinggi, melakukan banyak hal. Bukan hanya kongres itu, tetapi banyak yang kita lakukan selama satu tahun ini.

 

Ternyata meskipun ini baru awal, only the beginning, ada little success story, tiba-tiba kita bisa mengalahkan tiga negara Asia dengan nilai yang tinggi. Saya tidak tahu apakah kita akan menjadi juara Asia 10, maksud saya 10 negara Asia, kita lihat minggu depan, tetapi yang jelas alhamdulillah dengan kerja keras, keyakinan diri, dan semangat, kita pun juga bisa mengubah keadaan persepakbolaan nasional kita. Ada pesan sponsor, jangan lupa, ada Menpora di sini, hari Kamis Malam tolong dilihat pertandingan kita, Indonesia melawan Filipina.

 

Saudara-saudara,

 

Pertanyaannya kemudian, kalau soal bisa atau tidak bisa, apakah Indonesia bisa menjadi negara maju di abad 21 dan emerging economy 15 years from now, secara normatif, ya mesti insya Allah, bisa, jika, if and only if, kita memiliki keyakinan dan determinasi yang sangat kuat, kita melakukan olah pikir dan kalkulasi ilmiah untuk dituangkan menjadi konsep, kebijakan, strategi, dan aksi.

 

Dan kemudian, setelah dua-duanya kita miliki, kita sanggup bekerja sangat gigih dengan kepemimpian dan manajemen yang efektif di semua lini di Indonesia itu. Normatifnya begitu. Tetapi kita tidak puas dengan jawaban yang normatif. Mari kita menukik kepada the real predictions, the real analysis, apakah kira-kira bisa kita mencapai dua sasaran atau tujuan besar itu.

 

Saya kembali ingin mengajak Saudara menjawab bersama-sama dapatkah kita menjadi negara maju di abad 21. Mari kita ingat bahwa Indonesia punya potensi dan sumber daya yang besar, besar, tidak perlu saya uraikan. Bangsa kita adalah berkarakter bangsa pejuang. Kita sekarang hampir, almost, menjadi emerging economy, saya jelaskan nanti.

 

Kemudian kita masih punya waktu 90 tahun ke depan, berakhirnya abad 21, tentu masih banyak yang secara gigih bisa kita lakukan. Contoh, Korea Selatan. 50 tahun yang lalu, negara berkembang. Sekarang Korea Selatan menjadi negara industri, negara maju, insya Allah, kalaupun kita terus menjaga momentum dan track pembangunan yang kita lakukan sekarang ini, kita pun bisa mengikuti jejak negara yang lebih dahulu maju seperti Korea Selatan itu, tentu sebelumnya ada Jepang.

 

Saudara-saudara,

 

Kekurangan yang kita miliki, sebagai bangsa, untuk menjadi developed nations, seperti pendidikan, teknologi dan daya inovasi, infrastruktur ekonomi, good legal framework, penguasaan ICT, dan lain-lain. Kita sadar dibandingkan negara maju, masih relatif di bawah, itu pun masih bisa kita tingkatkan.

 

Oleh karena itu, saya punya keyakinan bahwa kita akan bisa menjadi negara maju di abad ke 21 ini. Jawaban terhadap pertanyaan yang ke dua, dapatkah kita menjadi emerging economy, dalam waktu 15 tahun mendatang. Mari kita lihat kembali one by one. GDP dan oncome per capita kita terus menigkat. Lima tahun yang lalu, masih di bawah 1200, sekarang sudah di atas 3000, naik dua kali lipat. GDP kita sudah lebih dari 800 billion US Dollars. Oleh karena itu, pantas kita masuk menjadi anggota the G-20, selamat.

 

Tepuk tangan tidak dilarang.

 

Pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi kita juga dinilai sebagai pertumbuhan yang tinggi, high growth. Ekonom tahu, ekonomi tumbuh di atas 4%, itu sudah disebut high growth. Kita dinilai memiliki pertumbuhan yang tinggi dan sustain. Bisa kita jaga, bahkan dikala krisis kemarin, kita masih memelihara pertumbuhan positif setelah Tiongkok dan India. Kita pada angka 4,5%, sementara negara lain banyak yang minus, drop dengan sangat tajam.

 

Sementara itu, mengapa kita perlu optimis, potensi eknomi nasional yang kita miliki belum semuanya didayagunakan secara optimal. Sementara itu, ada peluang baru, there is a new opportunity, dalam perekonomian global dewasa ini dengan kebangkitan Asia sebagai pilar pertumbuhan ekonomi dunia. Indonesia ada di dalamnya.

 

Kemudian, praktisnya, kita bisa membandingkan, silahkan dilihat BRIC, Brazil, Russia, India, and China. Kalau kita lihat head to head, nampaknya kita juga yakin, sekian tahun lagi kita akan bergabung menjadi emerging economy.

 

Saudara-saudara,

 

Untuk memperkuat keyakinan kita, bahwa insya Allah kita bisa mencapai sasaran-sasaran itu, saya ingin mengajak Saudara memahami bagimana dunia melihat kita. Sekali-sekali kita perlu cermin untuk melihat diri kita. Sudah betul belum. Kalau itu cerminnya objektif, maka gambarnya yang dipancarkan pun, yang dipantulkan pun, tentu objektif. Seperti apa adanya.

 

Saya senang merujuk observasi, analisis, dan juga prediksi dari lembaga-lembaga internasional, karena biasanya objektif. Dia tidak punya kepentingan politik praktis. Kalau kita jelek dibilang jelek. Kalau kita baik, dibilang baik. Kalau agak jelek ya agak jelek. Agak baik demikian juga agak baik. Saya suka seperti itu. Karena kalau kita dianggap ini masih kurang, ini lemah, ini tidak baik, kita perbaiki.

 

Tetapi kalau mereka dengan fakta, dengan data dan analisis, ini sudah bagus, ini sudah moving, ini progressing, Alhamdulillah, kita jaga dan kita tingkatkan. Begitu cara melihat kita.

 

Saudara-saudara,

 

Saya tidak ingin menguraikan karena amat banyak analisis, observasi, dan prediksi lembaga-lembaga internasional atau pihak-pihak di tingkat dunia. Silahkan Saudara membacanya, saya akan rujuk, silahkan diakses sendiri sumber informasinya.

 

Pertama, ada majalah yang sangat terkenal yang terbit bulan Desember, bulan ini, yaitu yang bernama Foreign Policy. Di situ ada artikel, artikelnya judulnya Fenomena yang Luput dari Perhatian Dunia tahun ini dan dia mengatakan tahun depan akan masuk dalam percaturan dunia. Ada 10 events, ada 10 cases, ada 10 phenomena, dan Indonesia disebut sebagai phenomena pertama yang dikatakan the Indonesian Tiger. Yang intinya, ekonomi kita progressing, dan istilah BRIC, someday, sooner or later, and could be soon, itu ditambah one i satu lagi, menjadi BRICI. Begitu yang disampaikan oleh Foreign Policy.

 

Yang ke dua, baca majalah the Economist  edisi khusus, yang berjudul "the World in 2011", dunia

Pada tahun 2011. Di situ ada kolom tentang Indonesia, disimpulkan, negara kita memiliki a power, economic power yang menuju ke depan.

 

Yang ke tiga, ada World Economic Forum, berkantor di Davos, Swiss. Tiap tahun menerbitkan buku yang disebut dengan the Global Competitiveness Report. Jadi laporan daya saing global. Membedah naik-turunnya progress daya saing dari 139 negara.

 

Tetapi saya baca yang terbit pada akhir tahun ini. Yaitu report 2010-2011. Saya katakan tadi, alhamdulillah, jangan tidak tepuk tangan, karena dari 54, kita melompat ke atas menjadi 44. Baca di situ mengapa melompat, there is a good story. Meskipun juga ada, bisa bagus lagi kalau ini diatasi, a, b, c, d, e, f, ada di situ. Salah satu yang dikritik juga berkaitan dengan teknologi, akan saya sampaikan juga tadi.

 

Yang ke empat, ada namanya Morgan Stanley, pada bulan Juli 2009, tahun lalu, menyampaikan statement bahwa BRICI, BRIC, sekali lagi, harus ditambah dengan satu "I", yaitu Indonesia.

 

Yang ke lima, Price Waterhouse Coopers, saya kira banyak yang mengetahui organisasi itu, juga mengeluarkan statement, ada istilah namanya e-7, "e" maksudnya emerging, 7 (Seven) tujuh negara, siapa yang disebut Brazil, Russia, India, China, Mexico, Indonesia, dan Turkey. Di sini pun juga masuk. Kemudian, masih ada yang lain yang prediksinya dan observasinya kurang lebih sama. Misalnya, baca survey dari OECD, tentang ekonomi Indonesia yang terit bulan lalu, silahkan dibaca.

 

Ada juga HSBC, ada juga UBS, National Intelligence Council. Silahkan dibaca, kurang lebihnya sama. Kekuatan Indonesia di sini, kelemahannya di sini, yang perlu diperbaiki di sini, tetapi the conclusion is ada potensi kita untuk memiliki progress yang signifikan yang akhirnya orang mulai menyebut Indonesia salah satu atau bakal calon emerging economy.

 

Saudara-saudara,

 

Sekali lagi, saya harus mengatakan sumber-sumber internasional karena menurut saya cukup ilmiah, analisisnya logis, dan terbuka. Yang baik dikatakan baik, yang bagus dikatakan bagus, dengan sejumlah rekomendasi. Saudara tahu SWAT, Strength, Weakness, Opportunity, and Threat. Jangan lupa, apa kekuatan kita, apa pula kelemahan kita. Tantangan yang kita hadapi apa, tetapi apa peluang yang ada di depan kita.

 

Saudara-saudara,

 

Dari chapter ini, yang ingin saya simpulkan adalah, dengan memohon ridho Allah Subhaanahuwata'aala, dengan syarat-sayarat yang saya sebutkan tadi, dengan potensi yang kita miliki, Indonesia bisa untuk mewujudkan harapan menjadi negara maju di abad 21 dan menjadi emerging economy dalam waktu 15 tahun ke depan.

 

 

 

Saudara-saudara,

 

Tetapi, itu bukan jalan yang lunak, tidak ada yang gratis, tidak ada resep ajaib, tidak datang dari langit, no. Hanya dengan kerja keras kita sampai di situ. Oleh karena itu, not to be taken to granted, seolah-olah potensinya ada, progressnya ada pasti kita sampai di sana, belum menjadi jaminan. Kecuali kita sendiri, semua, termasuk keluarga besar Institut Teknologi Sepuluh November, para Teknolog, para Ilmuwan, bersatu padu untuk membangun negeri ini mencapai tujuan yang telah saya sebutkan tadi.

 

Saudara-saudara,

 

Mari sekarang kita kembali ke topik, yaitu, setelah saya ceritakan masa depan Indonesia, seperti apa Indonesia yang hendak kita tuju, saya mengatakan tadi, kontribusi eknomi untuk mencapai Indonesia masa depan seperti itu apa. Demikian juga kontribusi teknologi dan inovasi.

 

Mari kita lihat dahulu ekonominya. Saudara-saudara, kalau saya ditanya pilihan, saya tidak bicara ideologi, saya tidak bicara mazhab, saya tidak bicara sistem. Tetapi saya berbicara bangun dan pilihan, choice, untuk ekonomi Indonesia ke depan ini seperti apa.

 

Pengalaman saya memimpin negeri ini, enam tahun, hingga hari ini adalah yang kita pilih adalah ekonomi terbuka, berkeadilan sosial, dan berkelanjutan atau ramah lingkungan. Ini disebut eco-social market economy, itu yang mesti kita tempuh dan jalankan.

 

Kemudian, ekonomi harus tumbuh. Kalau ekonomi tidak tumbuh, tidak mungkin kita bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat kita. Dengan asumsi bahwa growth itu akan menigkatkan prosperity.

 

Saudara-saudara,

 

G-20 telah merumuskan kerangka pertumbuhan ekonomi global, global economy growth. Apa itu? Pertumbuhan yang kuat, pertumbuhan yang berimbang, dan pertumbuhan yang berkelanjutan. strong, balanced, and sustainable growth. Itu G-20. Untuk Indonesia saya ingin menambahkan satu elemen lagi, not only strong, balanced, and sustainable growth, tetapi untuk kita kuat, berimbang, inklusif, dan berkelanjutan.

 

Kuat, harapan kita, insya Allah, pertumbuhan kita nanti 6%, 7%, dan kita bertahan pada angka di atas 7% pada saatnya nanti, high, strong. Balanced, pertumbuhan ada di mana-mana, semua sektor, semua daerah. Inklusif, juga dirasakan oleh golongan ekonomi lemah, dirasakan oleh saudara-saudara kita yang belum sejahtera. Sustainable, tidak merusak lingkungan. Itulah kira-kira pilihan dan konsep kita tentang economic growth yang akan datang.

 

 

Dua tahun yang lalu, saya menyampaikan kuliah umum pada acara Dies Natalis IPB, Bogor, waktu itu saya menyampaikan gambaran dan proyeksi ekonomi Indonesia abad 21, saya ingin sampaikan secara singkat karena masih relevan.

 

Pertama adalah, kita harus memadukan tiga pendekatan, not only resouece-based economy, not only knowledge-based economy, tetapi juga culture-based economy, pendekatan sumber daya, pendekatan knowledge, dan pendekatan kultur atau budaya, jangan lupa.

 

Yang kedua, pertumbuhan kita harus sustainable, sehingga green economy harus menjadi idiologi pembangunan kita di masa depan.

 

Yang ke tiga, pertumbuhan tetap harus disretai dengan pemerataan, growth with equity, trickle down effect itu tidak berjalan di banyak negara, termasuk negara kita. Oleh karena itu, from the beginning, harus dipasikan terjadi pertumbuhan sekaligus terjadi pemerataan.

 

Yang ke empat, kita tidak boleh hanya menjadi ekonomi yang berorientasi ekspor. Tidak harus seperti Hongkong, Taiwan, Singapura, Korea, dan sebagainya. Tetapi kita punya 237 juta manusia, itu adalah strong domestic market. Manakala daya beli mereka juga terus meningkat. Mari kita perkuat ekonomi dalam negeri kita, pasar dalam negeri kita.

 

Yang ke lima, eknomi ke depan, sungguh, harus berdimensi kewilayahan. Oleh karena itu, new masterplan akan segera pemerintah keluarkan.

 

Yang ke enam, sumber pendanaan domestik harus kita perkuat, tabungan, saving, revenue, harus lebih tinggi. Jangan ada yang bocor di sana-sini. Kemudian hutang luar negeri harus terus diturunkan. Rasio hutang terhdap GDP juga harus diturunkan. Kemudian kita belajar dari pengalaman Eropa, Eropa sekarang mengalami krisis, berjatuhan. Why? Karena defisit, karena hutang yang tinggi, tidak sustain, collapse. Mari kita jaga dengan cara menambah penerimaan dalam negeri kita dengan meningkatkan saving, tabungan nasional kita.

 

Yang ke tujuh, yang namanya pangan, energi, dan alat pertahanan itu kita harus relatif mandiri. Oleh karena itu, ke depan meskipun kita bisa beli, pangan, kita bisa beli, energi, in the long run, kita harus memiliki kemandirian dan ketahanan dalam bidang pangan, dalam bidang energi, dan industri pertahanan kita.

 

Yang ke delapan, mari kita jaga dan tingkatkan dua macam keunggulan, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Makin ke depan kita memperkuat competitive advantage of the nation, keunggulan kompetitif.

 

Dan yang ke Sembilan atau yang ke terakhir, kita tidak bisa menyerahkan segalanya pada mekanisme pasar sebagaimana paham kapitalisme yang fundamental. Tetapi, kita juga memberikan peran dan ruang yang cukup kepada pemerintah, appropriate government role, supaya lebih adil ekonomi kita seraya menjaga mekanisme pasar yang bisa menimbulkan efisiensi. Jadi paduan atau mix antara market mechanism dan appropriate government role.

 

Itulah sembilan prinsip dasar, sembilan konsep, sembilan paradigma yang akan kita jalankan dalam pembangunan ekonomi ke depan.

 

Saudara-saudara,

 

Apakah cukup itu saja, lantas ekonomi kita akan meningkat dengan signifikan? Tidak. Belum cukup. Bangsa, negara, pemerintah, harus memiliki satu masterplan dan dijalankan dengan benar-benar untuk mempercepat dan memperluas pertumbuhan ekonomi di seleuruh negeri.

 

Oleh karena itu, Saudara-saudara, insya Allah, kuartal pertama tahun depan akan saya sampaikan kepada rakyat Indonesia masterplan kita yang baru untuk mempercepat dan memperluas ekonomi kita, baik yang bersifat sektoral, yang bersifat regional atau kewilayahan, provinsi, kabupaten, dan kota, dan khusus untuk ekonomi megapolitan Jakarta, karena perannya yang cukup besar dalam pereekonomian Indonesia.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin menyampaikan sektor apa saja yang harus kita pacu dalam ekonomi mendatang. Tolong para Teknolog, para Inovator, baik yang ada di Surabaya ataupun yang ada di Bandung, ataupun di tempat-tempat lain menyimak karena Saudara bisa membayangkan nanti kontribusi, inovasi, dan teknologinya seperti apa agar sektor-sektor itu benar-benar meningkat secara signifikan.

 

Pertama, pertanian, kelautan, dan perikanan harus kita dorong seluas-luasnya. Untuk apa? Untuk ketahanan pangan. Bukan hanya swasembada, tetapi ketahanan pangan, food security.

 

Yang kedua, industri. Manufaktur harus kita kembangkan lagi. Belum cukup sekarang ini. Untuk apa? Antara lain untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Job creation dan untuk betul menghasilkan produk yang betul-betul kompetitif. Ingat, produk dikatakan kompetitif apabila better, faster, and cheaper. Memproduksi barang dari masa ke masa dengan inovasi, dengan teknologi yang tepat maka menjadi lebih baik produknya, menjadi lebih cepat, dan lebih murah. Kalau itu terjadi, pasti harganya bersaing.

 

Yang ketiga, perdagangan harus kita dorong lagi, bukan hanya kita ingin menjual batang-barang kita di luar negeri, tetapi juga meningkatkan dan mengembangkan perdagangan antarpulau, antarpropinsi. Ingat, pasar kita besar. GDP kita tinggi, penduduk kita banyak. Geografi kita seperti ini.

 

Yang keempat, energi dan sumber daya mineral, harus kita dorong, terutama listrik. Dan kemudian energi terbarukan. Saya ingin energy security dapat kita capai, saya mengundang ITB, ITS, untuk berlomba-lomba meningkatkan kecukupan energi, baik listrik, minyak, dan gas, termasuk energi terbarukan yang ramah lingkungan.

 

Yang kelima, infrastruktur, kita ingin 10 tahun mendatang, ulangi, tahun-tahun mendatang, 10 tahun mendatang, di negeri kita, antarpulau, antar-propinsi, antar-kabupaten, kota, bisa kita bangun konektivitas yang lebih baik lagi, logistik nasional yang lebih efisien, agar kalau itu tumbuh, iklim investasi menjadi lebih baik.

 

Yang keenam, investasi sendiri, kita undang investor, kita berikan kehormatan kepada investor dalam negeri, our flag, national flag, karena tidak cukup, kita ajak partner kita dari negara-negara sahabat.

 

Yang ketujuh, Saudara-saudara, transportasi, ingat, kita masih banyak mengalami kekurangan di bidang transportasi laut. Udara, maupun darat. Dan kita ingin mengembangkan industri sendiri untuk menambah sarana transportasi itu.

 

Kedelapan, pariwisata menurut saya masih harus bisa kita tingkatkan lagi. Bicara tourism, harus disatukan dengan MICE, bisnis MICE, Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition. Jangan hanya Bali, jangan hanya Jakarta, jangan hanya Surabaya, tetapi juga di tempat-tempat yang lain. Dan saya minta tourism disatukan dengan creative industry, cerative economy. Itu bisa dijadikan satu wilayah untuk pergerakan ekonomi.

 

Yang kesembilan, keuangan dan perbankan. Saya ingin dunia perbankan kita itu makin sehat dan peran intermediasinya makin baik dan bisa menjemput bola.

 

Yang kesepuluh, tenaga kerja. Tenaga kerja, bikin para pekerja kita, para buruh kita makin meningkat kesejahteraannya tetapi juga produktif dan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan yang baru.

 

Yang kesebelas, UMKM, Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah, jangan dilupakan, harus kita dorong. 100 trliun kami persiapkan untuk KUR bagi UMKM. Ini merupakan keadilan, merupakan bagian dari Social Safety Net, dan upaya mengurangi kemiskinan secara terus-menerus.

 

Yang keduabelas, teknologi komunikasi dan informasi. Saudara-saudara sudah tahu bahwa ICT, itu menjadi engine of competitiveness.

 

Yang ketigabelas atau yang terakhir, inovasi dan teknologi. Kalau ICT itu engine of competitiveness maka saya harus mengatakan bahwa inovasi dan teknologi adalah engine of growth, not only competitiveness.

 

Tigabelas sektor itulah, Saudara, yang hendak kita perluas dan percepat pembangunannya, pertumbuhannya untuk 15 tahun mendatang. Sedangkan secara kewilayahan, lihatlah, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua, apa yang hendak kita lakukan. Kita ingin melakukan pula percepatan dan perluasan pembangunan kewilayahan dengan cara pembentukan koridor ekonomi, pembentukan zona-zona ekonomi, pembentukan cluster-cluster industri yang akan menjangkau semua propinsi.

 

Dan sebagaimana saya sampaikan tadi, insya Allah, pada saatnya nanti akan saya sampaikan masterplan tentang itu semuanya. Khusus menyangkut pembangunan ekonomi Jakarta dan sekitarnya, the greater Jakarta, ini mesti kita lakukan dengan baik. Mengapa Saudara-saudara?

 

Kontribusi ekonomi Jakarta dan sekitarnya terhadap ekonomi secara nasional itu besar. Jadi kalau tidak dikelola dengan baik, berpengaruh. Kalau dikelola dengan baik up kita punya pertumbuhan secara nasional. Yang kedua, penduduk Jakarta tahu, sekarang ini resah dan gelisah, ada lagunya itu. Jakarta bebannya berlebihan, trnasportasi, lalu lintas menjadi masalah, lingkungannya pun demikian. Oleh karena itu, mesti ada solusi, baik solusi ekonomi, solusi sosial, dan solusi teknologi. Oleh karena itulah Jakarta kita masukkan sebagai arena khusus dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi 15 tahun mendatang.

 

Saudara-saudara,

 

Saya sudah menyampaikan ekonomi kita 15 tahun ke depan. Saya sudah mengatakan menjadi emerging economy, hampir pasti dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa akan dapat kita wujudkan pula. Dan, manakala sebelum 2025 kita menjadi emerging economy, itu akan menjadi stepping stone, batu pijakan, batu lompatan untuk menuju Indonesia maju di abad 21 ini.

 

Saudara-saudara,

 

Bagian terakhir, ini bagian terakhir, setelah terakhir ada tambahan khusus, bagian terkahir adalah, ini gong-nya, karena ini forum para Ilmuwan, para Teknolog, para Inovator, bukan hanya di Surabaya dan di Bandung, tetapi di seluruh negeri, bahkan di luar negeri.

 

Pertanyaan besar yang muncul adalah kontribusi inovasi dan teknologi seperti apa yang harus dilakukan bagi pertumbuhan ekonomi kita. Tentu saya tidak akan berbicara segi-segi teknis, dari  inovasi dan teknologi karena saya bukan ahlinya. Yang harus berdiri di sini ya Pak Nuh, Pak Priyo, dan Pak Akmaloka, dan semuanya, bukan saya. Saya kira ITS, ITB, Inherent, dan para inovatorlah yang harus memberikan kuliah kepada kita semua.

 

Secara akademik, otoritas saya, saya ini prajurit, sehingga ilmu yang saya kuasai tentu militer dan pertahanan, secara akademik, dan juga pada ekonomi termasuk ekonomi pertanian sebagaimana program S3 yang saya ambil di Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, kalau inovasi teknologi dengan segala sisi-sisinya, saya menyerahkan pada yang ahlinya.

 

Tetapi yang ingin saya sampaikan adalah yang ingin saya bicarakan, inovasi dan teknologi itu benar-benar menjadi driver dan engine bagi suksesnya pembangunan ekonomi. Beberapa bulan yang lalu saya memberikan direktif kepada Komite Inovasi Nasional dan Komite Ekonomi Nasional untuk dijalankan oleh kedua komite itu.

 

Saya mulai dari what is innovation? Apa sih inovasi itu? Binatang apakah inovasi itu? Begitu. Kita panjang inovasi, inovasi, inovasi, begitu ditanya inovasi itu apa, bingung sendiri kita.

 

Oleh karena itu, marilah kita mulai dari what is innovation?

 

Innovation itu adalah a new way of thinking, a new way of doing something, begitu. Boleh juga dikatakan an engine of progress. Boleh juga disebut to make something or someone better, artinya ada positive change, perubahan yang positif. Biasanya link to performance and growth, seperti efisiensi, productivity, quality, competitiveness. Juga about creativity, tentang kreativitas. Itu mencakup di wilayah apa? Ya teknologi, ekonomi, pendidikan, rumah sakit, dan sebagainya. Nah, kalau kita bicara eco-innovation, lingkaran inovasi itu ada research, ada development, ada application, selebihnya Saudara pasti sudah tahu semua. Kita juga sudah tahu bahwa tanpa kontribusi itu, economic growth kita tidak akan mencapai titik yang kita harapkan, yang tinggi yang kuat, strong and high.

 

Saudara masih ingat, abad 18 dan 19 dahulu ada revolusi indutsri, itu bacaan wajib bagi mahasiswa terutama mahasiswa ekonomi, mungkin juga mahasiswa teknologi karena di situlah bersatunya ekonomi dan teknologi yang mengubah peta kemakmuran bangsa-bangsa sedunia, the wealth of nations, karena revolusi industri gelombang pertama dan kedua. Sekarang sudah bergelombang-gelombang, tetapi dahulu bersatu yang namanya ekonomi dan teknologi. Oleh karena itu,  jangan dipisah-pisahkan mana yang hebat ekonom atau teknolog, dua-duanya hebat, dua-duanya penting, dua-duanya harus kita perankan bersama.

 

Dahulu, ini para ekonom, kalau kita belajar teori ekonomi klasik, theory of growth, itu lebih banyak ditentukan oleh capital, oleh faktor-faktor produksi yang klasik dan seolah-olah inovasi teknologi itu out of boundary, dalam olah raga artinya ob, out of boundary, sekarag justru innovation and technology itu di dalam semua segi kehidupan, apalagi ekonomi.

 

Dan Saudara, dalam perkembangan teori ekonomi pertumbuhan, itu dikatakan in the long run, dalam jangka panjang pertumbuhan itu ditentukan tiga hal. Pertama, penduduk atau population. Alhamdulillah penduduk kita besar. Kalau pendidikannya baik, keterampilannya tinggi, inovatif, produktif, disiplin, itu kita memiliki namanya demographic dividend, demografik dividen. Insentif terhadap pertumbuhan kita, kita punya. Tidak semua bangsa punya demographic dividend.

 

Yang kedua, tetap capital. Tetapi capital ini dalam perkembangannya investment dan lain-lain. Ya nomor tiga, ideas, ideas. Bahkan orang yang hanya mengandalkan ideas, negara-negara tertentu, sangat maju. Tiga hal itu disebut productive potential bagi sebuah negara. Population, dalam arti productivity-nya, kemudian yang kedua capital, investment dan lain-lain, dan yang ketiga, ideas.

 

Dari semua itu, maka kongkritnya, sekarang Saudara ingin minta kongkritnya apa? Mari kita bicara konkritnya apa. Saya berharap, saya mengajak, saya menyerukan dan saya sungguh ingin Saudara-saudara yang bergerak di dunia inovasi dan teknologi untuk pertama-tama, bikin-lah ekonomi kita, baik pertanian, industri maupun jasa, itu lebih kompetitif. Dalam arti lebih efisien dan lebih produktif. Ingat, dengan sentuhan teknologi, dengan sentuhan inovasi, maka produk kita menjadi better, faster, dan cheaper. That's number one.

 

Nomer dua, tingkatkan terus komponen inovasi dan teknologi dalam daya saing nasional. Saya mengatakan tadi, ada global competitiveness index 2010, 2011. Kita dari ranking 54 naik ke 44. Tetapi, ada 12 pilar yang diukur. Salah satu pilar yang diukur adalah technologycal readiness. Technologycal readiness kita, tolong Pak Rektor dan Saudara-saudara catat, itu berada pada peringkat 91.jadi lebih rendah diberikan di rata-rata nasional. 91 dari 139, you have a room to grow, masih ada ruang untuk ditingkatkan lagi.

 

Infrastruktur kita, pada urutan 82, masih handal dibandingkan rata-rata tadi yang 44 secara nasional. Sedangkan inovasi, boleh tepuk tangan sedikit, ternyata urutannya 37. Padahal ITS dan ITB belum ngamuk itu. Kalau ngamuk, lebih inovatif lagi, pasti lebih bagus lagi. Itu yang kedua.

 

Yang ketiga, Saudara-saudara, berikan atensi khusus bagi pengembangan ekonomi kreatif dan industri kreatif. Indonesia itu memiliki seni dan kreativitas yang tinggi. Datang ke manapun, ke Bali, ke Jawa, ke Sumatera, ke manapun, melihat anak-anak bangsa luar biasa kreativitasnya.

 

Pengalaman saya belajar di banyak negara, di Korea Selatan, di Jepang, di Tiongkok, di negara-negara lain, mengapa mereka maju dalam creative economy, creative industry, ternyata, termasuk saya misalkan handphone, tv, laptop, animasi, film atau movie, dan sebagainya, mereka maju sekali.

 

Ternyata ada tiga faktor yang disatukan, satu seni, art, yang kedua, kreativitas itu sendiri, yang ketiga, teknologi. Jadi kreativitas alone is not enough, jiwa seni itu sendiri belum cukup unless we can bring technology in it. Kalau teknologi dihadirkan, maka added value-nya, nilai tambahnya akan melejit dan menjadi tinggi sekali. Oleh karena itu, para teknolog, para innovator, berkontribusilah pada  creative economy dan creative industry.

 

Yang keempat, 15 tahun ke depan, kita akan membangun domestic connectivity, ini terutama jurusan sipil, besar-besaran seperti infrastruktur jalan, bandara, pelabuhan, tranportasi, ict, dan lain-lain. Pastikan, Saudara-saudara, anak bangsa ini, bangsa Indonesia, bisa membangun infrastruktur besar-besaran di negeri ini dengan mutu yang baik tetapi dengan efisiensi yang tinggi. Dananya tidak melambung karena efisien, tetapi mutunya bagus. Jangan kebalik, dananya besar, mutunya tidak tahu, belum-belum sudah rusak.

 

Yang kelima, saya juga ingin Saudara berkontribusi dalam pengembangan industri strategis dan industri pertahanan. Pantang bagi kita sedikit-sedikit membeli perlengkapan persenjataan militer dari negara lain. Yang bisa kita hasilkan di dalam negeri, wajib hukumnya kita gunakan di dalam negeri.

 

Saya minta TNI/POLRI, para Jenderal, para Laksamana, para Marsekal, jangan cepat-cepat membeli senjata, peralatan militer dari luar negeri kalau di dalam negeri bisa kita bikin. Justru besarkan indsutri pertahanan dan industri strategis kita. Kalau belum bisa pesawat tempur, kapal selam, tank yang sophisticated, tidak apa-apa, tetapi itu pun mulai ada joint investment, join production, joint research and technology, harus begitu. Bisa, insya Allah bisa.

 

Kemudian yang keenam, saya tertarik dengan Pak Rektor tadi, Pak Nuh juga, technopreneurship. Kembangkan daya inovasi sedini mungkin, doronglah mahasiswa untuk terus berimajinasi, berkhayal, melamun, membayangkan, tidak salah, tidak dilarang oleh agama, untuk kebaikan, untuk sesuatu yang positif.

 

Saya pernah bertemu Bill Gates dua kali. Satu bertemu di Seattle,  ketemu saya undang ke Jakarta. Waktu saya berdiskusi dengan Bill Gates, ternyata namanya center of innovation, itu diisi oleh orang-orang yang punya the power of imagination. Kadang-kadang, technopreneur itu kan pikirannya aneh-aneh, idenya kok seperti tidak masuk akal opo yo isoh? Opo yo nyambung itu. Jangan, biarkan, ayo, ayo di dorong terus. Tidak apa-apa kadang-kadang gagal, karena di dunia ini banyak sekali discovery dan invention yang muncul dari ide-ide yang gila, ide-ide yang aneh-aneh. Trials and errors, tetapi akhirnya menghasilkan sesuatu yang merubah kehidupan di dunia.

 

Kemudian yang terakhir, khusus Jakarta tadi, saya ingin para semua yang ahli lah, para pakar lah, mari kita bersatu mengatasi masalah Jakarta, kemacetan lalu-lintas, lingkungan, masalah sosialnya, dan sebagainya.

 

Begini Saudara ya, studi mengatakan kalau Jakarta ini luasnya seperti ini, yang kelebihan beban, maka untuk membikin bebannya menjadi bagus, diperlukan 1,4 Jakarta lagi. Jadi tiba-tiba nongolYa kan Tidak mungkin nongol seperti itu. Tidak mungkin. tanah baru, 1,4 di sini, itu baru selesai.

 

Oleh karena itu, we have to solve the problem, transportasinya, mungkin ide untuk membangun pusat pemerintahan yang baru, mari kita tindak lanjuti, dan seterusnya sehingga Jakarta menjadi lebih besar, ekonominya tumbuh, lingkungannya baik. Sosialnya baik. Kemudian semua happy. tidak seperti sekarang, ngantri bisa berjam-jam yang membikin semua berkeluh kesah dan dari segi ekonomi menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, marilah kita bersatu untuk semuanya itu.

 

Penutup, Saudara-saudara, saya tadi oleh staf khusus saya, diserahkan satu buah surat dari Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia, teritori VI Jawa Timur. Sudah saya baca, ada enam harapan mahasiswa yang disampaikan kepada saya selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dan kepada kita semua sebetulnya.

 

Setiap kali saya menerima seperti ini atau berdialog dengan mahasiswa di manapun, kadang-kadang mahasiswa ingin berdialog dengan saya tetapi jangan dimasukkan Koran Pak, nanti saya dikira berkolaborasi dgn Presiden. Jadi ada satu budaya kalau ketemu Presiden itu tidak enak, takut dihujat oleh teman-temannya begitu. Negara lain barangkai tidak begitu, tetapi tidak apa-apa. Yang penting ketemu dengan saya, kadang-kadang malam hari, kadang-kadang sore hari di tempat khusus, saya dengarkan mahasiswa itu.

 

Catat Saudara-saudara, pikiran Mahasiswa yang disampaikan kepada saya, pada umumnya orisisnil, bebas dari kepentingan politik praktis, dan itu urni dan dari hatinya. Oleh karena itu, saya selalu memberikan atensi. Setiap usulan mahasiswa, 70% saya langsung setuju, saya langsung sependapat. Yang 30% sebagian itu informasi yang belum lengkap sehingga keliru melihat permasalahan itu. Nah, 10% itu kadang-kadang campur aduk antara retorika dengan kebijakan sehingga harus saya satukan. Tetapi, 70% of them, itu bagus.

 

Boleh tepuk tangan pada Mahasiswa.

 

Enam harapan itu saya bacakan, energi, intinya mewujudkan kemandirian energi, setuju. Kemudian, di sini disebutkan mengoptimalkan tenaga nuklir sebagai alternative energi Indonesia. Kalau mengikuti media massa, percaturan politik, ada yang pro ada yang kontra. Kadang-kadang kalau musim pemilu dijadikan alat kampanye, siapa yang anti-nuklir atau siapa, dan seterusnya.

 

Kita tidak boleh kampanye-kampanye-an, mari kita berpikir jernih untuk negara kita 237, memerlukan energi. Kalau pengembangan tenaga nuklir itu solusi mengatasi masalah energi, berarti itu benar. Yang penting memilih tempatnya, teknologinya, standar keamanannya, harus dijamin dengan baik. Inilah yang harus kita bicarakan secara baik-baik nanti. Tetapi pikiran mahasiswa ini masuk akal.

 

Yang kedua, korupsi, intinya diberantas terus, termasuk mafia hukum, setuju. Itulah yang akan kita lakukan, tidak boleh ada yang kebal di sini. Kemudian, yang ketiga adalah hak asasi manusia, saya kira ruh dari reformasi, ya itu, silahkan pelanggaran HAM dari negara terhadap warga negara, silahkan dilihat tahun ke tahun. Lembaga dunia mengatakan drop, mungkin masih ada ketidakbaikan terhadap human rights secara horizontal, mari kita atasi secara bersama.

 

Yang keempat, reformasi birokrasi, diberesin lah, intinya begitu. Baik penegak hukum ataupun semuanya, setuju. Mari kita berikan masukan kepada saya kalau ada birokrasi yang tidak baik, yang tidak karu-karuan, artinya tidak menjalankan tugasnya dengan baik.

 

Kemudian Lapindo, di sini masalah hukum dan hak-hak masyarakat, saya kira ini menjadi atensi kita, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

 

Kemudian, nomor enam, Madura sebagai kawasan ekonomi khusus. Silahkan dirancang dengan baik, mumpung kita sedang menysusun masterplan, tetapi rencananya yang realistik, jangan sampai menimbulkan harapan yang tinggi pada saudara-saudara kita di Madura, tetapi nanti tidak terlaksana dengan baik. Kita rencanakan dengan baik, prinsipnya saya setuju. Mari kita bikin sesuatu yang bisa mengubah keadaan.

 

Terima kasih, ditandatangani oleh, ini atas nama BEM Seluruh Indonesia wilayah Jawa Timur, Dalu Nuzlul Kirom, Presiden BEM ITS, Koordinator BEM Seluruh Indonesia dari Jawa Timur.

 

Saudara-saudara,

 

Cukup panjang saya berbicara, akhirnya dengan harapan, ajakan, dan pesan-pesan seperti itu, dengan memelihara semangat untuk membikin baiknya negara kita, bersatu, bekerja keras, dan melangkah bersama, maka melengkapi acara hari ini, dengan terlebih dahulu memohon ridha dari Allah Subhaanahuwata'aala, dan dengan mengucapkan bismillahirrohmaanirrahiim, Gedung Pusat Robotika dan Gedung Pusat Energi, saya resmikan penggunaannya, dan Forum Inovasi Indonesia 2010 saya nyatakan dibuka termasuk penggunaan dua gedung di lingkungan ITS.

 

Sekian,

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.