Makan Ikan: Bentuk Kerja Bersama dan Nasionalisme Baru

 
bagikan berita ke :

Selasa, 15 Agustus 2017
Di baca 1008 kali

Dengan sajian Botok Ikan Masak Putih, Abdul sama sekali tidak menyangka, dia yang akhirnya menjadi koki untuk Presiden dan tamu-tamu kenegaraannya di Istana pada 17 Agustus nanti. Padahal sebelumnya, Abdul sempat berasumsi akan gagal. Pemikiran itu muncul saat dia sempat ketinggalan pesawat untuk mengikuti final di Jakarta.

“Tapi karena rezekinya saya, akhirnya tiket pesawat juga saya dapat dengan waktu yang singkat,” tuturnya, usai pengumuman pemenang di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan, Jum’at (11/08/2017).

Kemenangannya itu memang muncul bukan dari sekadar keberuntungan. Keahliannya dalam memasak sudah diakui oleh kalangan pejabat kota asalnya. Abdul mengaku sudah berpengalaman dalam menyajikan hidangan untuk mereka. Dari pengalaman itulah, dia mengungkapkan rasa syukurnya dan kesiapannya untuk menjadi koki Presiden Joko Widodo.

“Ini diundang langsung oleh Bapak (Jokowi). Jadi suatu kebanggaan. Nggak bisa diungkapin dengan kata-kata lagi,” ujarnya sambil tersenyum.

Keputusan dewan juri untuk memilih Abdul juga bukan tanpa sebab. Pakar kuliner yang juga menjadi salah satu juri, Chef Vindex Tengker, mengakui kalau Botok Ikan Masak Putih memiliki rasa yang sangat enak. Menurutnya, hidangan Abdul itu memiliki unsur inovasi dengan saos merah dan putih, namun rasa ikannya tetap dominan.

“Kalau mau makan ini, tinggal datang ke Pontianak,” pesan Chef Vindex pada penonton saat mengumumkan Abdul sebagai pemenang pertama.

Selain Chef Vindex sebagai perwakilan dari Garuda Indonesia, dewan juri juga terdiri atas Dharmastuti Nugroho (Kepala Biro Pengelolaan Istana), Johan Susmono (Ketua Pokja III, Tim Penggerak PKK Pusat), Vita Datau (Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata Republik Indonesia), dan Naldi Budhyarto (head chef Dapur Uji Femina dan Redaktur Pelaksana Buku Masak Primarasa).

Dewan juri tersebut juga menunjuk pemenang kedua dan ketiga untuk menemani Abdul memasak di Istana, yakni Ruben Jeremia asal Jakarta dan Narti Buo dari Gorontalo. Ruben berhasil menarik hati dewan juri dengan Gabus Pucung Sambal Pete, sementara Narti dengan Ikan Santan Goroho.

Agar Konsumsi Ikan Meningkat

Keberhasilan Abdul, Ruben, dan Narti dalam mengolah ikan lokal diharapkan bukan hanya berdampak pada meja makan Presiden Joko Widodo di Istana, namun juga pada meja makan seluruh masyarakat Indonesia. Sebab, penyelenggaraan Lomba Masak Ikan Nusantara memang dimaksudkan agar masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi ikan.

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan, pemerintah memiliki target bahwa pada 2019, angka konsumsi ikan harus mencapai 54 kg per kapita per tahun. Sementara keadaan saat ini menunjukkan masyarakat Indonesia baru mengonsumsi 32 kg per kapita per tahun.

“Ini dua kali lipat harus kita tingkatkan,” tegas Teten dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Kamis (10/08/2017).

Peningkatan konsumsi ikan ini bukan tanpa alasan. Dalam setiap kesempatan mendampingi Presiden Joko Widodo ke berbagai daerah, Teten mengungkapkan bagaimana mereka masih menemukan banyaknya anak-anak Indonesia yang mengalami gizi buruk.

“Itu Pak Presiden selalu bertanya, kenapa ya harus kurang gizi? Toh, kita punya laut yang begitu luas,” ujar Teten.

Untuk itulah, bersama Svida Alisjahbana dari Femina Group, Teten beserta pihaknya menggagaskan sebuah lomba memasak ikan lokal sebagai salah satu gerakan meningkatkan konsumsi ikan di kalangan masyarakat. Di sini, para koki profesional diharapkan bisa menciptakan resep baru pengolahan ikan, supaya mengonsumsi ikan menjadi tren yang tidak kalah keren dibandingkan mengonsumsi daging.

Kerja Bersama


Lomba Masak Ikan Nusantara diputuskan untuk diselenggarakan bersama dengan perayaan 72 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Mengusung tema “Indonesia Kerja Bersama”, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kantor Staf Presiden (KSP), serta Kementerian Pariwisata (Kemenpar), bekerja sama dengan situs masak Femina Group, Primarasa.co.id.

Dari hasil kerja sama tersebut, Lomba Masak Ikan Nusantara diharapkan dapat memberikan banyak dampak pada berbagai aspek, terutama pada aspek ekonomi kreatif, kesehatan, pariwisata, dan kelautan dan perikanan di Indonesia.

Pada aspek ekonomi kreatif, lomba ini diharapkan dapat mendukung pengembangan kuliner di Indonesia. Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan, pihaknya saat ini tengah memperkenalkan soto kepada dunia. Pemilihan soto didasarkan pada jenisnya yang variatif. Salah satunya termasuk ada yang berbahan dasar ikan.

“Mudah-mudahan dengan gerakan ini, kita bisa menggali kekayaan laut Indonesia dan mengingatkan kembali kepada generasi muda bahwa ikan-ikan kita ini luar biasa,” harap Triawan dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Kamis (10/08/2017).

Tidak hanya memberi dampak pada aspek ekonomi kreatif, pengembangan kuliner di Indonesia juga diharapkan sepenuhnya dapat mempengaruhi aspek pariwisata Indonesia. Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti mengatakan, kuliner merupakan salah satu produk yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat.

Indonesia dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia memiliki kekayaan resep kuliner ikan yang variatif dari berbagai daerah. Esthy berharap, Lomba Masak Ikan Nusantara dapat memunculkan diversifikasi dari menu-menu ikonik tersebut. Menurutnya, ini akan menjadi daya tarik wisatawan baik domestik maupun internasional.

“Karena kita juga mengembangkan sepuluh destinasi prioritas, yang 70 sampai 80 persen daerah itu adalah bahari. Jadi selayaknya kita punya menu atau ikon menu yang berbasis ikan,” ujarnya di kesempatan yang sama.

Dari Kemenkes, peningkatan konsumsi ikan juga didukung secara penuh. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Anung Sugihantono mengatakan, kebutuhan protein terutama oleh anak-anak Indonesia yang menderita gizi buruk justru seharusnya dapat dicukupi oleh ikan yang menjadi salah satu sumber kekayaan Indonesia.

Menurutnya, dari sisi kesehatan, ikan bahkan memiliki banyak kelebihan dibandingkan daging lain. Ikan mengandung lebih banyak Omega 3 yang bukan sekadar mencukupi kebutuhan, tapi juga mencerdaskan.

“Kami ingin anak-anak Indonesia sehat dan cerdas. Protein yang tinggi di dalam ikan sangat baik untuk dikonsumsi, tentunya dengan cara memasak yang tepat agar kandungan gizi di dalamnya tetap terjaga,” kata Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, menambahkan dalam siaran pers, Kamis (10/08/2017).

Gerakan mengonsumsi ikan ini tentu saja harus dibarengi dengan situasi dan kondisi yang mendukung, salah satunya dalam hal distribusi dan ketersediaan ikan. Indonesia bagian timur memang merupakan sumber produksi terbaik. Namun, Pulau Jawa merupakan konsumen terbanyaknya, sehingga ikan yang diperoleh penduduk setempat jarang sekali dalam keadaan masih segar.

KKP begitu menyadari masalah tersebut. Direktur Akses Pasar dan Promosi KKP Ines Rahmania mengatakan, pihaknya tengah membangun Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan guna menyediakan ikan-ikan segar ke konsumen terjauh.

“Tidak lagi ikan yang ditangkap kemudian cepat-cepat diboyong, tapi kita bangun cold storage atau unit processing di titik-titik terluar Indonesia. Setelah ikan terkumpul, baru kita bisa dekatkan ke konsumen,” jelas Ines di konferensi pers, Jakarta Pusat, Kamis (10/08/2017).

Kerja sama ini diharapkan tidak hanya memberikan dampak pada peningkatan konsumsi ikan di kalangan masyarakat.

Lomba Masak Ikan Nusantara telah diadakan di lima kota besar, yakni Batam, Gorontalo, Biak Papua, Jakarta, dan Pontianak. Masakan-masakan khas dari kelima kota besar perwakilan itu juga diharapkan terpengaruh untuk menjadi populer di masyarakat lokal maupun internasional.

Nasionalisme Kuliner Indonesia

Lomba Masak Ikan Nusantara merupakan bagian dari acara Taste of Indonesia yang dipersembahkan oleh Femina Group pada 11-13 Agustus 2017 di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan. Melalui lomba ini, masyarakat Indonesia diberikan kesempatan untuk memperkenalkan masakan khas daerah masing-masing yang dapat memperkaya khasanah kuliner bangsa.

“Sebagai panduan masak masyarakat Indonesia sejak tahun 1972, Femina Group bangga mendapat kesempatan  mencicipi beragam resep ikan dari Barat sampai ke Timur Indonesia. Kami ingin membagi pengalaman ini lewat Taste of Indonesia dengan mendatangkan pop-up restaurant dan koki dari berbagai daerah, di antaranya Gorontalo dan Biak Numfor, Papua, agar masyarakat semakin mengenal kuliner Indonesia,” jelas Svida Alisjahbana dalam siaran pers, Kamis (10/08/2017).

Svida mengatakan, salah satu tujuan utama diselenggarakannya kegiatan ini yaitu untuk menyatukan keragaman kuliner Indonesia. Dengan adanya media digital, masakan-masakan Indonesia yang terkenal akan kekhasan daerahnya tersebut diharapkan dapat diviralkan agar populer di kalangan nasional dan internasional.

Selain untuk bersatu di bidang kuliner, Teten Masduki menambahkan, kegiatan ini juga bertujuan untuk menyatukan misi masyarakat Indonesia dalam memperkuat identitas sebagai negara makmur pengekspor ikan.

“Sebelum kita jago di luar, konsumsi di dalam negerinya kita naikkan. Ini yang saya kira gerakan makan ikan ini harus melibatkan semua,” ujarnya.

Kekayaan akan ikan yang melimpah membuat Indonesia menjadi negara pengekspor ikan terbesar ketiga se-Asia Tenggara. Namun, Teten menyayangkan fakta tersebut tidak dibarengi dengan tingginya tingkat konsumsi ikan di dalam negeri. Selama ini, Indonesia justru lebih banyak mengimpor daging sapi.

Lewat Lomba Masak Ikan Nusantara, masyarakat Indonesia diharapkan untuk mengurangi konsumsi daging sapi dan lebih banyak makan ikan. Sebab, ikan merupakan salah satu produk unggulan Indonesia di mata dunia.

“Kalau kita bicara nasionalisme, ya makan ikan,” pungkas Teten. (ANM-Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0