PEMBEKALAN KEPADA PESERTA FORUM KONSOLIDASI PIMPINAN PEMERINTAHAN DAERAH

 
bagikan berita ke :

Selasa, 13 November 2007
Di baca 1145 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PEMBEKALAN KEPADA PESERTA FORUM KONSOLIDASI PIMPINAN PEMERINTAHAN DAERAH GUBERNUR DAN KETUA DPRD PROVINSI LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (LEMHANAS RI)
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 13 NOVEMBER  2007


Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarrakaatuh,


Selamat malam, salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati para Menteri Koordinator, para Menteri dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara gubernur Lemhanas, beserta pejabat teras Lemhanas, para Gubernur, Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Provinsi sebagai peserta forum konsolidasi,

Hadirin sekalian yang saya muliakan, 

Saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, tugas, dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta. Saya akan menggunakan kesempatan yang baik ini bukan semacam pembekalan tetapi saya ingin merespon pandangan-pandangan positif dari para pimpinan, saudara semua adalah leaders, adalah managers, yang tentunya tokoh yang sama-sama saya sedang mengembang amanah untuk melanjutkan pembangunan di negeri tercinta ini, oleh karena itu kita semua wajib untuk menyatukan tekad kita, komitmen kita, dan tindakan kita untuk membangun negeri ini ke arah yang lebih baik.

Tadi disampaikan oleh Pak Muladi tentang istilah konsolidasi, dalam doktrin militer memang ada istilah konsolidasi setelah sebuah pasukan atau satuan melakukan aksi offensive, sebelum melakukan aksi yang lain, itu melakukan konsolidasi, tetapi forum konsolidasi yang dipilih oleh Lemhanas untuk memberi nama keberadaan saudara selama 3 minggu di Lemhanas ini saya kira bukan seperti yang dimaknai dalam istilah “Strategi dan Taktik Militer� dan di konsolidasi ini mirip, orang-orang menyebut consolidated democracy, consolidated itu mapan, bukan mapan statis, tapi establish, konsolidasi adalah forum untuk menserasikan langkah kita bersama agar yang kita lakukan, jajaran pemerintahan di negeri ini bisa lebih efektif lagi dalam mencapai tujuan dan sasaran.

Pemerintahan daerah adalah eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang saya sebagai kepala pemerintahan tentu bertanggung jawab bersama saudara-saudara semua mengatasi masalah, melakukan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kita, tadi juga disinggung oleh Saudara Gubernur Gorontalo dan Ketua DPRD Lampung, anugerah yang diterima oleh rakyat Indonesia, citizen of Indonesia, yaitu democracy award, sebagian dari saudara kemarin juga hadir.

Tidak sadar kita bahwa 10 tahun ini, kita mengalami sebuah transformasi yang pesat, great transformation, orang mengatakan reformasi, demokratisasi, saya lebih memaknai karena masih berlanjut perubahan di negeri ini adalah transformasi. Tidak bisa dielakan masyarakat dunia mengakui bahwa demokrasi yang sedang tumbuh di negeri ini mempunyai prospek yang baik. Saya katakan transisi demokrasi yang kita lakukan bersama nampaknya diteropong oleh masyarakat internasional sebagai succes story, tentu saja demokratisasi memiliki up and down,pasang surut, gejolak, disorientasi, kegamangan, perlawanan dan sebagainya. Kita pun mengalami fase yang paling berbahaya, yang saya sebut dengan the period of dangerous instablity, 1998, 1999, 2000, 2001, kita sudah mengalami, coba kita ingat waktu itu, negeri kita memang pada kondisi yang saya katakan dangerous, itu dilewati oleh bangsa manapun yang melakukan transisi demokrasi, yang melakukan perubahan, apalagi dalam skala yang besar, alhamdulillah kita selamat, alhamdulillah ramalan banyak orang terjadi balkanisasi, negara kita akan kolaps, tidak terjadi, dan demokrasi kita insya Allah akan makin kokoh, makin establish, makin consolidated, dan makin matang.

Kita syukuri apa yang diberikan oleh masyarakat internasional kepada kita. Kemarin, waktu di ruangan tertutup saya berbincang-bincang dengan tokoh-tokoh organisasi itu, International Association Award, Political Consultant dari semua negara, semua benua diwakili, menanyakan kepada saya, a President apa pandangan atau tanggapan anda tentang Pakistan? Saya katakan kadang-kadang tidak mudah bagi seorang pemimpin ketika harus mencari titik temu, titik keseimbangan antara liberty saya katakan kemarin and freedom. Ulangi liberty and security, liberty itu ya freedom ya democracy, dengan security kadang-kadang dilematis, tapi bagaimanapun kita akan bisa memilih manakala ada challenge di negara kita ini belajar dari pengalaman-pengalaman negara yang lain.

Saya juga ditanya, Tuan Presiden bagaimana pandangan tentang Myanmar? Saya katakan saya berkomunikasi dengan Jenderal Than Shwe leader dari Myanmar dan saya juga mendorong meng encourage Myanmar untuk melanjutkan yang disebut dengan seven-step roadmap to democracy yang digantikan sendiri oleh pimpinan Myanmar dan Indonesia sebagai sahabat dekat Myanmar, sebagai bagian dari ASEAN, kiranya terus mendorong agar itu semua dilaksanakan sehingga minggu depan kita akan menandatangani New Charter of ASEAN, konstitusi kita yang baru, harapan kita semua, Myanmar ikut didalamnya, on board, karena akan lebih kokoh lagi sepuluh negara ASEAN dan New Charter of ASEAN explicit, kita menghormati demokrasi dan hak-hak asasi manusia, oleh karena itulah dengan cara yang persuasif, tidak mendikte, tidak turut memberikan sanksi kepada Myanmar, kita dorong terus, kita pacu untuk betul-betul mengelola permasalahan di dalam negerinya, demokrasi berjalan tetapi saya tau pikiran Than Shwe dan yang lain-lain, tentu persatuan di Myanmar, keamanan di Myanmar juga terjaga. Kita berperan seperti itu, sekali lagi membagi pengalaman Indonesia dalam perubahan, dalam transisi dari sistem yang otoritarian menjadi sistem yang demokratis.  

Saudara-saudara,

Kalau disebut ada kejutan, biasanya yang mengikuti pendididikan di Lemhanas itu para Jenderal, Marsekal, Laksamana tentunya memang seperti sekarang ini bukan hanya domain nya para petinggi militer, karena Lemhanas, ha nya itu bukan pertahanan. Dulu idenya memang pertahanan, di luar negeri National Defense College, National Defense University, National Defense Institute, itu defense, tapi di sini itu sebetulnya lebih dari defense, kita lebih memaknai sebagai ketahanan nasional, National Resilience, bangsa memiliki ketahanan yang tinggi, tidak mudah ambruk, tidak mudah rontok, tahan terhadap goncangan, termasuk external shock, dari keadaan pada tingkat dunia apabila bangsa itu memiliki ketahanan, tahan dalam segala aspek kehidupan, secara politik, secara ideologi, secara ekonomi, secara sosial, secara ketahanan, secara keamanan, teknologi dan lain-lain.

Lemhanas lebih kita berikan misi seperti itu sehingga tepat kalau disamping para petinggi TNI dan Polri, saudara-saudara, para managers, para leaders pada tingkat menengah ke atas juga bisa sekali-kali datang ke Lemhanas, sebagaimana kemarin, tiga minggu disana untuk mendiskusikan, membahas, mengkontruksikan bagaimana kita bersama mengelola pemerintahan secara lebih efektif lagi.

Saudara-saudara,
 
Ini pertama kali dilakukan forum konsolidasi ini, hampir pasti banyak kekurangan Pak Muladi, terima kritiknya untuk perbaikan-perbaikan, saya juga dengan mengelola seperti ini selalu ada kekurangan-kekurangan. Pemerintahan pun yang saya pimpin juga ada kekurangan-kekurangan, provinsi yang bapak pimpin, yang para anggota DPRD, pimpinan DPRD mengelola juga ada kekurangan-kekurangan mari kita perbaiki, kita terima. Tidak ada di dunia ini, pemimpin tingkat manapun yang sempurna, tidak memiliki kelemahan dan kekurangan, itu manusia, yang penting dari hari ke hari kita menyempurnakan kepribadian kita, meningkatkan kemampuan kita, belajar dari pengalaman agar selalu kita dapatkan solusi dan selalu dapat kita lakukan perbaikan.
 
Bicara soal belajar, jangan kecil hati, kalau bapal-ibu harus belajar lagi. Sering saya katakan bahwa hidup kita ini adalah university, kita belajar dari kehidupan kita, no body’s perfect, tidak ada manusia yang sempurna, saya 30 tahun dulu berdinas di profesi pertama dengan segala pengalaman juga belajar memimpin, belajar mengelola, 4 tahun lebih jadi menteri, 3 tahun lebih jadi presiden, saya masih harus belajar, saya masih harus menambah pengetahuan, wawasan, mungkin kepribadian, wisdom, dan lain-lain. Jadi mari kita tidak perlu kecil hati kalau dikatakan belajar lagi, sekolah lagi, karena tujuannya baik agar dengan semuanya itu bisa kita lakukan yang lebih baik lagi, untuk tugas yang kita emban, masyarakat, untuk bangsa dan untuk negara.

Saudara-saudara,
 
Saya telah dilapori kurikulum, tujuan dan sasaran dari forum konsolidasi ini, dulu saya terkesan, seaplikatif mungkin, jangan terlalu teoritis dan terlalu doktrinet meskipun tidak mungkin kita memecahkan masalah tanpa memahami konstitusi, undang-undang, sistem, manajemen. Kadang-kadang doktrin, kadang-kadang teori, tapi tujuannya memecahkan masalah, tujuannya mengelola sumber daya atau resources, untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, dengan begitu forum Lemhanas itu bukan forum policy, tetapi lembaga pendidikan, lembaga pengkajian dan dalam batas itu lembaga penelitian. Oleh karena itu pengalaman-pengalaman Pak Muladi dan para pejabat Lemhanas dijadikan untuk lebih menyempurnakan lagi, kemudian bagaimanapun sebagai peserta tentu ada yang didapatkan, selalu ada. Karena itu tadi interaksi diantara para gubernur dan ketua DPRD saja, itu juga sudah menambah sesuatu bagi orang seorang.

Saudara-saudara,
 
Karena sudah sangat jelas tujuan dan sasaran konsolidasi, termasuk metodologi yang dipilih, saya malam ini akan menyampaikan penggarisan-penggarisan tertentu setelah tiga minggu mengikuti forum konsolidasi ini untuk keberhasilan tugas saudara-saudara yang juga keberhasilan kami semua. Sebagai pemimpin, sebagai pengelola kita tidak boleh cepat puas, kita tidak boleh ah sudah cukup, karena sesungguhnya volume yang ingin kita tuju adalah never ending goals, kita capai disini, harus kita capai berikutnya lagi, pertanyaan bagi seorang pemimpin, seorang menteri, seorang gubernur, bupati, walikota, Dewan Perwakilan Rakyat Pusat dan Daerah, adalah setelah ini apalagi. Apalagi yang bisa saya lakukan, yang bisa pemerintah lakukan, pemerintah daerah tentunya untuk betul-betul kemiskinan makin berkurang, pengangguran makin berkurang, pendidikan makin meningkat, kesehatan makin meningkat, infrastruktur makin terbangun, pelayanan publik makin baik, pemerintahan, birokrasi makin efektif dan lain-lain. Oh apalagi, disitulah makna hidup, disitulah makna kita sebagai pemimpin yang bertanggung jawab untuk terus mengembangkan, meningkatkan kesejahteraan rakyat yang kita pimpin.
 
Saudara-saudara dipimpin oleh rakyat, dulu tidak langsung, sekarang langsung, konstituen saudara berharap, dibawah saudara tentu ada perbaikan-perbaikan, meskipun memperbaiki sesuatu tidak seperti membalik telapak tangan, tetapi rakyat tau, pemimpinnya bekerja sungguh-sungguh, pemimpinnya kurang betul, pemimpinnya berkorban, pemimpinnya tidak pernah menyerah meskipun kadang-kadang dicerca dan dimaki rakyatnya, yang memilih saudara-saudara, di kabupaten, di kota, dan di provinsi oleh karena itu sebagai tanggung jawab kepada konstituen yang memilih saudara, memilih kita, ya mari kita bekerja all out, mari kita laksanakan tugas, dan kadang-kadang tugas itu seolah-olah tidak penting untuk dilaksanakan. We make impossible menjadi possible, apakah bisa? Insya Allah bisa, kalau memang betul-betul bisa. Di situ memang dibutuhkan sikap optimis. Saya tidak suka ada pemimpin di negeri ini, tentu terutama yang berada di jajaran pemerintahan yang tidak optimis, yang pesimis saja, saya sampaikan berkali-kali di berbagai kesempatan, orang yang pesimis itu sudah kalah, karena pesimis, kalau pesimis lihat sesuatu itu yang ada wah ini bermasalah, wah ini berat, wah ini susah. Susah betul, berat betul, bermasalah betul, tidak bisa dicarikan solusi dan sudah pesimis, kalah sekali. Tetapi kalau optimis, setiap ada masalah, pasti ada solusinya, ada jalan keluarnya, tunggu dulu, saya bisa kok ini caranya kerja keras, itu masalah pajak, oke saya beresi dulu, belum masalah dimana-mana, tapi dengan optimisme bisa, insya Allah bisa.
 
Pemimpin harus optimis, bagaimana mungkin mengajak rakyatnya optimis kalau pemimpin tidak optimis. Dilihat pemimpinnya begitu, ya udah rakyatnya klepek begitu, baik, seberat apapun tugas yang kita hadapi, tetap optimis. Saya pernah bercerita di banyak kesempatan, tahun 2005 awal, setelah, pada saat kita menerima banyak masalah, ada tsunami, ada gempa, harga minyak meroket, macam-macam dulu, avian flu datang, saya bertemu dengan mantan pemimpin di sebuah negara sahabat yang saya kenal secara pribadi dengan beliau itu, Mr. President saya tau tugas anda berat dan harus siap mental bahwa kalau anda ingin mencapai sasaran, tidak usah 100%, 70% saja, untuk mengatasi masalah di Indonesia, sekarang ini tahun 2005, paling-paling anda bisa mencapai 30%, kelihatannya ini kok orang kok bikin pesimis saya begitu, ini kok malah seperti ini, tetapi kalau anda tidak bekerja dia 0%, karena kompleksitas yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, pemimpin-pemimpin berikutnya lagi, melengkapi lagi, 30%, 30%, if everything is moving well, saya tangkap maknanya dan satu kata saya harus bekerja sekuat tenaga, all out, karena seperti itu, tapi di sini dalam musim reformasi, demokratisasi, kurang lebih sama, kabupaten, kota, kurang lebih sama karena scope-nya lebih kecil, saya scope-nya lebih besar, yang marak pada bupati, walikota, lebih sedikit dibandingkan gubernur, yang marak pada gubernur, yang marak pada gubernur, kirim sms, dimaki-maki, ngomong sana-ngomong sini, lebih sedikit dibandingkan kepada presiden, karena scope-nya, nah begitulah kita. Itulah pemimpin pada masa perubahan besar, pada masa reformasi, demokratisasi, dimana freedom is everywhere, kebebasan ada dimana-mana, kita harus siap, harusnya. Harus kita terima, we have to through, harus kita lalui semuanya itu. Dengan sikap mental betis, tegar kita, kita lalui mesti lebih baik dibandingkan kita pesimis, kita akhirnya terganggu karena di kritik, di caci maki, dibegitukan terus, akhirnya bekerja sekedarnya,.ya gagal betul. Itu kita hadapi, kita alami. Saya mengajak mari kita hadapi semua itu dengan sebaik-baiknya           

Saudara-saudara,

Yang paling mahal adalah tanggung jawab, pemimpin identik dengan responsibility, accountability, kepemimpinan identik dengan tanggung jawab, semua tanggung jawab, mari kita bertanggung jawab, bersama-sama. Tadi di Denpasar Bali saya mengikuti dua kegiatan di Kabupaten Gianyar, saya berbicara dengan para pemimpin daerah, para tokoh adat, tokoh masyarakat, tentunya juga ada Dewan  Perwakilan Rakyat Daerah, eksekutif pada tingkat daerah, yang intinya adalah bagaimana kita bersama-sama bertanggung jawab. Negeri ini, tidak ada rakyat yang tidak punya pemimpin, mulai dari kepala desa, camat, bupati atau walikota, gubernur, menteri katakanlah presiden, tidak ada, karena kita di bagi habis, Indonesia dibagi habis dalam provinsi, berapa sekarang? 33, masing-masing provinsi saudara dibagi habis dalam kabupaten atau kota, masing-masing kabupaten atau kota dibagi habis dalam kecamatan, kecamatan dibagi habis dalam desa. Betapa banyak pemimpin, at all leveels, tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten,kota, tingkat kecamatan, tingkat desa, jika masing-masing pemimpin itu bertanggung jawab, pada daerah yang dipimpinnya, masyarakat yang dipimpinnya, semua bertanggung jawab, akan lebih banyak sasaran yang kita capai. Ada kritik, penurunan kemiskinan kok tidak bisa dilaksanakan dengan cepat, begitu ada statement seperti itu, ada isu seperti itu, bukan langsung menuding telunjuk saya, ya itu, gimana SBY itu kok, kemiskinan bisa nol langsung, saudara lihat kemiskinan di provinsi saudara,...mana kemiskinan di tempat kita ini, 2001, 2002, 3,4,5,6, pengangguran, infrastruktur, pemberantasan korupsi, pelayanan publik, liat semua, semua liat raportnya masing-masing, bukan nuding ke arah sini, we are all responsible.

Pemimpin demi pemimpin, kalau ternyata alhamdulillah, lumayan kok kita, lebih baik kita lihat angka nasional kemiskinan, lebih baik kita lihat angka nasional pengangguran, lebih baik kita lihat angka nasional indeks pembangunan manusia, yaitu pendidikan, kesehatan, dan penghasilan atau ekonomi, dan lain-lain. Manakala lebih rendah, tanya, kita ternyata ...jangan ikut-ikutan ribut, kita bertanya, begitu sense of responsibility dari pemimpin-pemimpin di negeri ini, mulai dari saya, saya bertanggung jawab tingkat nasional, gubernur pada provinsi dengan DPRDnya, bupati, walikota pada tingkat kabupaten, kota dan seterusnya, bertanggung jawab.

Sering saya berikan contoh, dalam satu provinsi ada sepuluh kabupaten, provinsi itu terjangkit wabah misalnya penyakit menular, semua mengatasi, sama-sama terjangkit, tiga kabupaten excellent, cepet, tek, tek, tek, pemimpinnya turun, koordinasinya rapi, petugasnya datang diawasi, semua diajak masyarakatnya, ada tiga kabupaten, ya biasa-biasa, ada empat kabupaten yang berantakan, berarti empat bupati itu belum bisa mengatasi, jadi begitu masuk koran, nah langsung itu, ini tanggung jawab presiden, wong yang tidak bisa ngatasi ada empat kabupaten, yang tiga bagus sekali, yang tiga juga lumayan, ya bupati itu, demikian juga prestasi bupati, walikota, gubernur di banyak segi, itu juga menonjol, berarti bertanggung jawab, ketahanan pangan, ketahanan energi, infrastruktur, pemimpin bertanggung jawab terhadap yang terjadi dan apa yang tidak terjadi, pemimpin bertanggung jawab mengatasi masalah dan melakukan perbaikan-perbaikan, ini penting, ini fundamental, yang harus kita pertanggung jawabkan adalah semua misi kita kepada rakyat, kepada konstituen, meskipun saudara mungkin diusulkan oleh partai politik x bersama partai politik z, tetapi urusan kesejahteraan, setelah jadi pemimpin, bupati, walikota, gubernur, menteri, presiden, kepada rakyat, tanggung jawabnya kepada konstituen, kepada pemilih yang memberi voting dulu pada saat pemilihan, pilkada, pemilihan legislatif, pemilihan presiden dan wakil presiden, ini kode etik.

Kalau saudara berhasil menjalankan tugas, rakyat di daerah saudara senang, partai politik yang mengusulkan saudara ikut senang, dapat kredit, pasti, tidak salah toh, yang diusulkan bagus, tidak salah toh yang diusulkan menjalankan tugasnya dengan baik. Jangan dibalik, jangan dibalik, rakyat bersama-sama, bersama-sama dengan saya, dengan menteri, semuanya. Para menteri juga berasal dari partai politik, tapi ketika menjalankan tugas, menteri menjalankan tugas untuk rakyat, jangan bawa label, bendera partai politiknya, keliru, berselingkuh nanti, program pemerintah, program negara, uang negara, uang pemerintah, uang rakyat, jangan mengatasnamakan siapapun, atas nama hukum, pemerintah, rakyat, dan negara.
 
Ingat, ingat rakyat itu kan tau, oleh karena itu saya ingin kita satukan, samakan persepsi kita, cara pandang kita, dengan demikian yang kita lakukan ada, betul-betul baik, bertanggung jawab. tiap tahun ada raport, raport itu di buka kepada rakyat, jadi pers sekarang sudah cerdas, makin cerdas, performance kita, performance saudara, kinerjanya akan dibuka. Provinsi ini, kabupaten ini, kota ini, atau nasional Indonesia. Di raport saya, raport para menteri, nah disitu sesungguhnya yang harus kita pertanggung jawabkan dengan fakta, dengan angka kalau ada yang berkomentar, mencaci maki saudara, para Gubernur, gagal, gagal, gagal, salah, salah, salah, jelek, jelek, jelek, ajak ayo kita bicara dengan fakta, dengan angka, ga mungkin ini gagal, ga mungkin ini jelek, kalau ini betul saya belum berhasil, kalau ini betul ini berat, selalu begitu, tidak ada istilah bleuband zaman dulu itu, giman selalu berhasil, kalau zaman dulu ada komedi, serial giman selalu berhasil, semuanya akan mulus, tidak ada, kita akui saja ini sudah, sudah alhamdulillah, ini sedang kami upayakan habis-habisan, mudah-mudahan ada kemajuan yang berarti.

Saudara-saudara,
 
Sebenarnya hajat dari Lemhanas, apa yang saya inginkan dalam rangka untuk meningkatkan kapasitas kita semua, mulai dari saya, menteri, gubernur, walikota, dewan perwakilan rakyat daerah dalam forum konsolidasi ini sesungguhnya semua lebih mengait kepada kepemimpinan, leadership dan pada manajemen. Ilmunya saya kira sudah banyak dikuasai, mari kita pahami apa sih sesungguhnya pada tingkat kita ini, pada tingkat saudara, gubernur, pimpinan DPRD, menteri saya, yang disebut dengan kepemimpinan dan manajemen. Kepemimpinan itu sederhana sekali, bagaimana kita mengajak, mendorong, mempengaruhi rakyat yang kita pimpin bersama-sama mencapai tugas pokok, mencapai tujuan dan sasaran yang kita tetapkan. Manusianya yang kita ajak, oleh karena itu saya tidak senang kalau ada bupati, walikota yang jarang ketemu rakyat, malas turun ke lapangan, tidak mau menangani langsung masalah, bagaimana, bisa mengajak, mempengaruhi rakyat mencapai tujuan.
 
Pemimpin harus hands off, saya tidak tau, harus tau, saya enggak ikut-ikutan, ya kok ga ikut-ikutan, wong bupati, gubernur ada masalah, hands off, didatangi tentu ada aturan-aturannya, pekerjaan kepala desa, camat, apa?, pekerjaan bupati, walikota apa? Pekerjaan menteri, ada gubernur, dan menteri apa, pekerjaan saya apa? Jadi kita menangani kepemimpinan, kegiatan dengan manusiannya. Manajemen berkaitan dengan sumber daya ressources, saudara tau ressources, punya wilayah, punya hutang, punya pertanggungan, punya rakyat, punya sumber-sumber pembiayaan, punya laut, punya jembatan-jembatan. Ressources, sumber daya, nah bagaimana sumber daya yang bapak, ibu miliki di Povinsi itu digunakan dengan baik untuk mencapai tujuan dan sasaran, mau apa? Gorontalo mau apa?, Bengkulu mau apa? Sulawesi Utara mau apa? Sumatera Selatan mau apa? Dan depannya, dan depannya lagi, ressourcesnya mau apa?

Termasuk pendapatan daerah, termasuk physical infrastrusture, termasuk dunia usaha yang ada di situ, semua itu adalah sumber daya, itu capital, itu modal, kalau orangnya hebat, pemimpinnya hebat, pemimpin-peminpin itu begitu hebat, modal ini diolah, outputnya akan bagus, dalam ekonomi, bahasanya ada capital output, modalnya x, digunakan dengan baik mencapai sasaran bagus, growthnya bagus, kemiskinan turun drastis, pengangguran turun drastis, infrastruktur makin berkembang, berarti hebat manajemennya, itulah manajemen, bisa bupatinya, dengan bapak gubernurnya, dengan stafnya, bapak bupati, walikotanya, a whole itu bagus, kalau pas-pasan saja, modalnya besar, provinsinya kaya, infrastrukturnya baru, kok gitu-gitu saja, berfikir ada apa ini, mungkin planningnya ga bagus, pengorganisasiannya ga bagus, implementasinya ga bagus, ga diawasi, ga dikritik, koreksi, practice management, tentu ada aturan main, tidak boleh melanggar undang-undang, ada perdanya, ada kepantasan, tidak boleh menghalalkan segala cara, tidak boleh membabat hutan habis, yang penting ada ekspor kayu gelondongan, sampah ...., bukan itu, manajemen, sumber daya yang bapak ibu miliki di tingkat nasional yang ada di Indonesia, bagaimana di kelola, direncanakan, digunakan, di segala macem, mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Itu saja sebetulnya, ...bisnis, bisnis dari para pemimpin itu, kepemimpinan dan manajemen.

Saya ingin perkembangan tiap tahun dari Provinsi, uraikan lagi, ini sayang sekali, provinsi yang begini kaya, itu juga pas-pasan output opo ini, yang nggak benar ini, mesti ketemu, itu mesti ada progress, itu management, teorinya banyak sekali, bukunya 400 kalau baca, sampai lebaran kuda nggak selesai, manajemen itu bagaimana yang saudara miliki, ressources itu, bisa diolah sedemikian rupa hasilnya kok bagus, makin bagus, makin banyak yang dicapai, ini bupati saya, walikota saya, bikin bagus, dididik, diajari, dilatih, kepemimpinannya, males di bikin tidak males, pesimis dibikin optimis,  saya ingin menyederhanakan, karena sama-sama kita memimpin, sama-sama kita mengelola, persoalan sama-sama berat, bedanya lebih banyak kritikan, cacian pada saya, pada gubernur, bupati, walikota. Persoalan kita sama, ayo kita gunakan semuanya.

Ya tiga tahun lebih sebenarnya, ya karena tidak semua pengamat politik, tidak semua saudara-saudara saya mengerti apa yang saya lakukan, termasuk wartawan pun tidak mengikuti 24 jam. Selama 3 tahun mengatasi begitu banyak masalah, kadang-kadang ada resiko yang sangat besar yang kita ambil, kadang-kadang jam itu juga kita putuskan go, ada resiko, kadang-kadang perlu dua minggu untuk mengolah undang-undangnya seperti apa, kadang-kadang perlu sebulan, dicocokan dengan DPR, dengan MA, dengan ini, semua proses itu semua tidak pernah berhenti. Wah ini pemerintah ga jalan ini, ini kok presiden cicing saja, ini begini saja, ini bagaimana, wong tiga tahun kurang tidur untuk menyelesaikan masalah, bagaimana ya saudara-saudara mengatasi masalah-masalah itu. Saya menggaris bawahi yang begitu-begitu karena saya orang yang..., saya percaya pada semua orang yang mengemban amanah, dengan harapan, dengan hope, untuk lebih giat lagi bersama-sama saya menyelesaikan masalah-masalah di depan kita.

Make the impossible menjadi possible, saya bicara sama ibu Gubernur Banten misalnya, ibu ini peluang besar percaya sama saya, nanti kalau sudah menyatu Jawa sama Sumatera, menyatu menjadi.prepare economic sources, itu berkembang....sebagai industrial zone, sebagai penyumbang jasa-jasa, sebagai bagian infrastruktur penghubung, hal lain, macem-macem berat ya berat, tidak ada pemimpin di Indonesia, di negara lain pun yang tidak ada kendala, tidak ada hambatan. Tapi kalau strategi terus, cari solusi pasti ada, kita dapatkan, kita dapatkan. Kita optimis, kita harus oprimis, kita dengar seperti itu. Teruslah cari cara lain sampai berhasil, sampai berhasil, bisa.

Saudara-saudara,
 
Itu adalah yang saya garis bawahi, saya tekankan, kalau saya ngomong seperti berlaku bagi saya, berlaku bagi para menteri saya, nggak boleh para pemimpin itu menyuruh yang lain tapi tidak berlaku bagi dirinya, mari sama-sama, saya tahu berat, insya Allah, kalau kita tekun bekerja, kita tabah, bekerja keras, nyampe kita. Kalau belum nyampe, ada pemimpin-pemimpin pengganti kita yang melanjutkan usaha pembangunan. tidak ada kekurangan pemimpin yang mengawaki pemerintahan di negeri ini.
 
Bagian yang kedua atau yang terakhir, saya ingin sedikit masuk kepada demokrasi, yang tengah mekar di negeri ini, supaya kita semua siap mental. Negara yang menganut sistem otoritarian, top down, sentralistik, konsentrik itu biasanya dari satu sisi, semua program, semua intruksi, semua petunjuk, semua arahan itu jalan saja. Tidak rewel, tidak banyak intrik-intriknya di lapangan. Dulu, itulah negara yang otoritarian, semi otoritarian berhasil di Asia, di Amerika Latin, ekonominya tumbuh dengan baik, sampai suatu saat ternyata bermasalah sistem. Maka muncul ideologi yang baik, demokrasi. Demokrasi meskipun gaduh, noisy, banyak pendapat, banyak keinginan, banyak kepentingan, tapi kalau itu dengan mekanisme pikiran lain dan etika yang tinggi, jalankan bisa, lebih menyepakati hal-hal yang besar secara bersama maka sekali itu dijalankan dukungannya akan lebih besar. Lebih kuat dari mereka yang ingin dengar suaranya. Capai, gaduh tapi once, ini pilihan kita, ini undang-undang kita biasanya akan lebih kuat. Tentu apabila keadaan demokrasi itu sudah mapan, kalau belum mapan yah, walaupun sudah dibicarakan bersama, dijalankan ada juga yang menganggu di sana-sini, atau tidak selalu setia dengan apa yang telah dikomitmenkan, tapi demokrasi sudah ada ditengah-tengah kita, kebebasan, hak azasi manusia, keinginan berpartisipasi politik dari rakyat kita, sudah menjadi bagian dari kita, perilaku kita, sistem kita, jangan berfikir, wah doktrin seperti dulu, sentral, itu selesai, masalah, macem-macem tangkap Kopkamtib, macem-macem dipanggil, ini tidak boleh keluar dari kenyataan.

inilah pilihan kita, inilah nafas dari reformasi, dari demokratisasi yang penting bagaimana dari kita melakukan adjustment, melakukan adaptasi, menyesuaikan dengan lingkungan, contoh Pak Gubernur, Ibu Gubernur, sudah bekerja habis-habisan, ada kebijakan x, kita jalankan, mencapai hasil meskipun ada kekurangan-kekurangan, di hantam habis-habisan, gagal, salah, menyimpang dari.
 
Kalau zaman otoritarian dulu solusinya di telpon, di macem-macem, teror mental, atau ini, atau itu, sekarang dalam ranah demokrasi, apa-apa jelas, itu loh politik kita dengan DPRD sudah klop, ini implementasinya, ini hasilnya, ini hukum, ini belum, belum, belum, harus begitu, nah ketika Pak Gubernur menjelaskan tidak boleh, ini kok tidak mau, loh, demokrasi itu saling berkomuniksi dengan fakta, dengan data, tapi jelaskan sampai rakyat bisa menalar, oh ini masuk akal, oh ini dia, tidak sepenuhnya salah Pak Gubernur, tapi rakyat yang mengkritik tadi atau pengamat atau lawan politik ada juga, sebagian benar-benar, sampai ketemu begitu, itulah demokrasi kita, yang salah itu orang memcerca langsung sering-sering pada rakyat jangan malas, entah lewat media cetak, elektronik, jelaskan, itulah demokrasi, ketika saling menjelaskan, gitu aja kok ga mau terima, rakyat harus jelas dengan fakta, dengan ini itu, nah demokrasi yang salah itu, orang mencerca langsung dilakukan cara-cara yang tidak demokratis, yang kerap dilaksanaka pada sistem yang otoritarian.
 
Kita siap masuk dalam aturan main demokrasi, makanya what we say, say what we do, bicaralah dengan angka, dengan fakta, dengan kebenaran don’t tell a lie, tidak boleh kita katakan kepada rakyat apa yang tidak ada faktanya, sebaliknya mereka yang mencerca, mencaci maki Pak Gubernur, ya bicaralah dengan fakta dan data, supaya komunikasi bisa berjalan, rakyat bisa juga ikut mengikuti mana yang lebih akurat, mana yang lebih benar. Ini demokrasi ya.
 
Ada yang mengatakan, kan Pak, silent is golden, ya kalau harus dalam keadaan tertentu harus silen, itu golden. Tapi kalau harus bicara, ya bicaralah, speak is silver. Di luar negeri, silver itu dianggap lebih tinggi dibandingkan gold. Jadi pemimpin harusnya bicara, menjelaskan supaya rakyat tidak bingung. Bapak tidak menjelaskan, itu bukan silent is gold, harusny Bapak speak is silver, jelaskan secukupnya. Saya juga tidak tiap hari ngomong. Saya hemat, tapi ketika rakyat ingin mendapatkan penjelasan, saya bisa.    
 
Seperti kemarin, ya saya terpaksa bicara, harus bicara, karena muncul di koran-koran, Presiden SBY bertemu dengan Pak Laksamana Sukardi atau akan bertemu dengan Pak Laksamana Sukardi. Ada lagi, SBY ketemu dengan mereka-mereka yang bermasalah secara hukum. Ada pejabat yang ditanyain wartawan statementnya mungkin seolah-olah saya bertemu dengan tokoh-tokoh itu, mereka-merreka itu. SMS masuk, puluhan surat, telpon, ada juga yang enggak tahu-menahu, “Pak SBY, Anda kan Presiden, janganlah terima-terima begitu.� Ini belum-belum peduli dituduh liar. Saya bicara, ini bahasa saya di depan pers.

Saudara-saudara,
 
Meskipun saya ini memegang asas praduga tak bersalah, saya menghormati asas praduga tak bersalah dalam arti siapapun di negeri ini sekalipun telah ditetapkan sebagai tersangka terdakwa sekalipun, sebelum yang bersangkutan dinyatakan bersalah oleh pengadilan, belum boleh dikatakan bersalah, itu praduga tidak bersalah, ...itu, tepati. Tidak tepat kalau saya tiba-tiba misalnya bertemu dengan Pak Laksamana Sukardi, ataupun yang lain-lain, untuk mencegah salah tafsir dari rakyat, spekulasi-spekulasi, wah jangan-jangan ini, ada ini, ada itu, jangan-jangan presiden intervensi, dan ini saya pertahankan.

Dulu pada saat Pak Rokhimin Damhuri sedang diperiksa oleh KPK, banyak pihak supaya ketemu dengan beliau, jangan nggak usah ketemu dengan beliau, jelaskan saja kepada KPK karena saya tidak ingin juga penegakan hukum, apakah dari KPK, Jaksa Agung, Kepolisian itu tidak benar, ya mesti adil, jujur, tidak boleh mengada-ada, nah di situ, tapi begitu bertemu dengan saya, nah ini sudah ada intervensi, pertahankan, jadi Pak Gubernur kita ketika ada yang berkomentar, jadi tidak ada agenda, tidak ada acara, tidak ada pikiran saya untuk seolah-olah seperti itu, saya berbicara speak is silver kalau tidak dikira benar, dikira benar, tapi benar itu belum dinyatakan bersalah, tapi lebih bagus tidak bertemu.

Ini contoh yang riskan sekali, harus ngomong saya, nah ini pada level yang berbeda, pada konteks yang berbeda, karena saya juga harus melindungi saudara-saudara, membantu saudara-saudara sebagai jajaran keluarga besar ini, saya juga tidak ingin saudara-saudara dirugikan namanya, dibegitukan saja secara tidak adil, jadi bicaralah, jelaskan kepada publik, masalah yang mengemuka informasikan saya, saya tidak mendapatkan informasi yang aneh-aneh, tetapi saya bukan tipe orang yang begitu saja ada informasi, dibisiki langsung percaya, berbahaya, fitnah itu bergentayangan, bisikan-bisikan maut itu kadang-kadang menyesatkan, adu domba setiap saat datang, mari kita jadi pemimpin tidak mudah untuk percaya begitu saja.
Punya pikiran jelek pada orang lain, punya pikiran jelek pada bawahan, pada menteri, gubernur, bupati, walikota, sama-sama lah kita untuk mengatasi masalah ini secara bersama. Dalam era demokrasi, kita ikuti aturan main demokrasi, norma demokrasi, nilai demokrasi, harus siap mental. Ya dulu mana ada yang semudah itu mencaci maki pemimpinnya, sekarang ya itulah demokrasi, sampai suatu saat tata krama lebih mantap, kebebasan digunakan dengan akhlak, semuanya sudah punya kontrol, lebih sedikit nyaman. Tapi ya sekarang ya inilah musim kita, kita lalui, harus kita hadapi secara bersama-sama.

Saudara-saudara, .   . 
 
Itu saya percaya penuh kepada para gubernur, para pimpinan DPRD, saya ingin memperdalam pelajaran, bersama-sama ingin menyatukan persepsi dan hati kita, kewajiban saya melindungi saudara kalau ada yang aneh-aneh beritahu saya, sampaikan kepada saya, untuk memecahkan permasalahan yang saudara hadapi, saya kira semangat kita.

 terima kasih Pak Gubernur Lemhanas atas kerja kerasnya beserta dengan para widyaiswara dan staf, terima kasih pada gubernur, pada pimpinan DPRD, tiga minggu dibilang cukup-cukup, dibilang kurang-kurang, tapi bagus kok misalkan enam bulan sekali ketemu tiga gitu, me refresh semuanya tahu perkembangan, tiga hari ndak apa-apa nambah ilmu, nambah pengetahuan, sedang ngajar kemana-mana begitu, baiklah selamat bertugas, selamat berjuang, Tuhan beserta kita.        

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarrakaatuh
                                                                                                      

 

Biro Naskah dan Penerjemahan
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan
Sekretariat Negara RI