Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Salve,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati, dan yang saya banggakan, Wakil PresidenSaudara Gibran Rakabuming Raka;
Para Menteri Koordinator, para Menteri, para Kepala Badan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional, para Penasihat Khusus Presiden, Jaksa Agung, Kepala BIN, Kapolri, Panglima TNI, dan semua Kepala Staf (TNI) Angkatan yang saya hormati;
Para Wakil Menteri yang hadir, Wakil Kepala Badan, dan sepuluh anggota Kabinet Merah Putih yang saya hormati.
Tentunya sebagai insan yang bertakwa, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Mahabesar, bagi umat Islam, Allah Swt., yang memiliki sekalian alam atas segala karunia, atas segala kesehatan, kedamaian, yang masih diberikan kepada kita sehingga kita dapat berkumpul pada sore hari ini, melaksanakan Sidang Kabinet Paripurna menghadapi penghujung tahun 2025 ini.
Kita tentunya selalu sadar dan ingat saudara-saudara kita di beberapa daerah, di Aceh, Sumatera Utara terutama dan Sumatera Barat, baru saja mengalami bencana banjir dan tanah longsor, dan sebelumnya juga ada beberapa daerah. Kita berdoa saudara-saudara kita segera bisa pulih, dan kita bekerja keras untuk memulihkan keadaan sehingga rekonstruksi dan rehabilitasi bisa segera dimulai.
Saudara-saudara sekalian,
Keadaan bencana ini, saya kira sekarang merupakan suatu keadaan yang harus kita hadapi dengan penuh kewaspadaan, karena memang masalah perubahan cuaca, climate change, yang memengaruhi lingkungan hidup kita menjadi masalah global, masalah planet, sehingga membuat kita harus semakin kuat, semakin tegar, semakin waspada.
Menghadapi keadaan bencana yang baru saja terjadi dan yang sedang kita atasi bersama, pertama-tama, tentunya saya sudah menyampaikan ke rakyat yang terdampak. Saya sudah ke sana beberapa kali, ke Aceh saya sudah tiga kali, ke Sumatera Utara dua kali, ke Sumatera Barat baru satu kali, rencananya saya akan segera ke sana lagi. Saya merencanakan minimal seminggu sekali akan saya lihat daerah itu untuk memantau perkembangan.
Tadi video tadi memang saya minta ditayangkan, tapi saya, tadi saya tidak mengerti bahwa terlalu banyak yang mengucapkan terima kasih kepada saya. Saya kira tolong disampaikan bahwa itu sesungguhnya bukan hasil saya, itu adalah hasil kerja sama kita semua, terutama mereka-mereka yang di lapangan, mereka yang bekerja keras, berminggu-minggu, mereka yang juga mempertaruhkan nyawa, ada juga anggota kita yang kehilangan nyawa dalam rangka membantu rakyat yang terdampak.
Jadi, saya kira nanti mohon disampaikan ya, saya juga akan sampaikan langsung. Ya, rakyat kita sederhana, kalau pemerintah pusat sudah hadir, atau elemen dari pemerintah pusat hadir, pasti mereka tahunya ini Bapak Prabowo, Bapak Presiden, saya kira yang itu wajar rakyat berpikir seperti itu. Sebaliknya, kalau enggak ada yang beres, ya Bapak Presiden juga yang tanggung jawab. Jadi, ya itu risiko seorang pemimpin.
Terima kasih, jadi saya bersyukur saya punya Saudara-saudara yang telah bekerja keras, sehingga rakyat berterima kasih kepada saya, tapi saya anggap terima kasihnya ke saya itu adalah terima kasih kepada kita semua, tim kita, pemerintah pusat, pemerintah daerah, semua pemerintah. Kecuali, ya, di sana-sini ada bupati-bupati mungkin, satu orang yang menurut saya kurang loyal kepada rakyat lah, di saat kritis ninggalin tempat dengan segala alasannya. Tapi yang lain saya lihat, tegar, tabah.
Jadi, saya ingin ucapkan terima kasih kepada semua petugas di lapangan, semua lapisan saya lihat, dari yang tertinggi, para Menteri, para Wakil Menteri, para Kepala Badan, saya lihat di lapangan. Saya lihat dirut-dirut perusahaan-perusahaan yang penting, ada di lapangan, dirut Pertamina, dirut PLN, [Kementerian] PU ada kerja keras, [Kementerian] Kesehatan, semua saya lihat, hampir semua K/L [kementerian/lembaga] hadir di situ. Terima kasih.
Sebaliknya, juga saya mohon, jangan pejabat-pejabat, tokoh-tokoh, datang ke daerah bencana hanya untuk foto-foto dan untuk dianggap hadir, ya, mohon sebaliknya. Kita tidak mau ada budaya wisata bencana. Jangan. Kalau datang, benar-benar harus ada tujuan untuk membantu mengatasi masalah. Saya kira kalau unsur pimpinan datang yang punya tugas dan portofolio ke situ.
Mohon ini saya lihat ada kecenderungan wisata bencana, ini tidak bagus. Ya, rakyat di situ jangan dijadikan objek. Kita datang ke situ untuk benar-benar ingin mencari masalah, melihat kesulitan, dan bertindak. Kita lihat di sini kurang air bersih, apa tindakannya. Di situ kurang BBM, masih terisolasi, bagaimana tindakannya, dan sebagainya.
Saya lihat terutama TNI, Polri, BNPB, Basarnas, tim SAR gabungan. Tadi saya sudah sebut, saya lihat pegawai Pertamina, PLN di mana-mana, PU di mana-mana, di tempat yang sulit. Relawan warga masyarakat bahu-membahu membantu proses evakuasi, penyaluran bantuan dan pemulihan akses di sana. Kita semua satu tim, dan saya terima kasih.
Dalam keadaan yang sulit, ada kecenderungan manusia dan juga bangsa kita, ini yang saya lihat, ya, terutama sebagian elit-elit kita, ada kecenderungan mau cari kambing hitam, mau cari kesalahan. Ini bukan saat untuk kita cari kesalahan, ini untuk kita bekerja keras, bahu-membahu mengatasi masalah di lapangan.
Saya setelah beberapa kali ke situ saya melihat, saya sudah sangat terima kasih, saya melihat kita bekerja sebagai satu tim. Di awal-awal, saya merasa Saudara-saudara bertindak dengan benar, dengan cepat. Saya tidak perlu kasih pengarahan detail, Saudara sudah bergerak. Saya senang di eselon pelaksana, saya dengar juga di TNI sudah berjalan cukup lama, bahwa bencana itu perintah operasi. Jadi, tidak usah tunggu terlalu banyak petunjuk di saat-saat pertama.
Jadi, bencana kejadian, itu sudah perintah operasi, tidak perlu tunggu radiogram, tidak perlu tunggu terlalu banyak, [langsung] berinisiatif, dan ini saya lihat sudah dilaksanakan oleh semua lembaga. Saya terima kasih. Saya terima kasih sama Saudara-saudara dari semua pihak.
Sekali lagi, saya minta kita waspada ke depan. Karena justru di saat ini ada kecenderungan segelintir masyarakat, terutama mungkin yang punya motivasi politik, atau bahkan saya terus terang saja melihat, ada mungkin pihak-pihak kekuatan-kekuatan luar yang dari dulu selalu, saya tidak mengerti, tidak suka sama Indonesia, tidak suka Indonesia kuat, Indonesia mantap. Dalam rangka ini, di tengah bencana, di tengah musibah, mereka yang ditonjolkan adalah kebohongan, ketidakbenaran. Dikatakannya, pemerintah tidak hadir. Puluhan ribu [personel] dalam saat-saat yang pertama sudah dikerahkan ke situ. Kita lihat buktinya.
Saya lihat sekarang ini mungkin ada pihak yang khawatir karena rakyat baru sekarang lihat. Pemerintah Indonesia ini ternyata kuat. TNI kuat, Polri kuat, BNPB kuat, Basarnas kuat. Mampu kita kerahkan puluhan helikopter dalam waktu singkat. Belasan pesawat terbang.
Ada tempat-tempat yang tiap hari BBM diantar dengan pesawat terbang, dengan Hercules. Ini hanya bisa oleh negara yang kuat. Ada desa-desa yang tiap hari, yang sekarang masih belum tembus, saya kira nanti mungkin ada laporan dari BNPB, tiap hari didatangi oleh helikopter. Di tengah cuaca yang di gunung-gunung itu, masih penuh kabut. Hujan juga masih sering turun cepat. Saya baru dari situ, saya dari Takengon, saya dari Bener Meriah, saya lihat, kondisinya tidak tampak, ya, kan. Ketinggian 1.800 [meter], ketinggian 2.000 [meter], kabut, itu. Jadi, penerbang-penerbang kita terbang tiap hari, ini adalah suatu hal yang perlu kita banggakan.
Saya terus terang saja, saya sebagai Presiden Republik Indonesia, saya bangga lihat, aparat-aparat kita di setiap tingkatan, berada di tengah rakyat. Jadi semua mengerahkan tanpa terlalu banyak minta perintah dari saya, berinisiatif. Saya terima kasih, para pimpinan Panglima TNI, Kapolri, para Kepala Staf, semua yang hadir dan mengambil tindakan atas inisiatif sendiri.
Sehingga, saya ditelepon banyak pimpinan kepala negara yang ingin kirim bantuan, saya bilang terima kasih concern Anda, kami mampu. Indonesia mampu mengatasi ini.
Ada yang teriak-teriak ingin ini dinyatakan bencana nasional. Kita sudah kerahkan, ini tiga provinsi dari 38 provinsi. Jadi, situasi terkendali, saya monitor terus. Dan kita sudah merencanakan, segera akan kita bentuk, apakah kita akan namakan badan atau satgas rehabilitasi dan rekonstruksi. Segera kita akan bangun hunian-hunian sementara dan hunian-hunian tetap. Bahkan, mungkin, saya dapat laporan dari Menteri Perumahan, mungkin mulai hari Minggu ini, kita sudah mulai membangun 2.000 rumah. Kemungkinan rumah ini bisa langsung saja jadi rumah tetap. Jadi semua unsur juga nanti bekerja sama. Jangan ada alasan cari lahan dan sebagainya, pakai lahan milik negara yang ada. Kalau perlu PTPN, kalau perlu konsesi-konsesi hutan itu, kita pakai semua.
Jadi, sekarang ini saatnya terus kita bekerja sangat keras. Anggaran APBN sudah kita siapkan. Dan, saya katakan bahwa anggaran ini kita siapkan karena memang uangnya ada. Dan, uangnya ada karena justru pemerintah kita, yang saya pimpin, di awal pemerintah kita, kita menghemat ratusan triliun, yang saya diserang, saya dimaki-maki bahwa efisiensi ini salah.
Baru ada di dunia ini, ada demonstrasi menentang efisiensi. Padahal efisiensi itu ada di Pasal 33, Undang-Undang Dasar ‘45, Saudara-saudara, Ayat 4. Justru karena kita laksanakan efisiensi, kita kurangi semua kemungkinan korupsi, kebocoran, kita punya uang sekarang. Di akhir minggu-minggu terakhir bulan, tahun ini, kita punya uang. Itu coba. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan efisiensi berkeadilan. Tapi, ada yang menggerakkan, menentang efisiensi. Dengan efisiensi, kita punya kemampuan, kita punya kekuatan sekarang.
Jadi, Saudara-saudara,
Kita sudah siap, terima kasih, kita sudah siapkan. Kemudian semua gubernur yang terdampak, langsung saya perintahkan mengirim dana operasional taktis Rp20 miliar, semua bupati/wali kota di 52 kabupaten/kota yang terdampak, langsung saya kirim Rp4 miliar, dan ini sudah langsung dan sudah diterima di luar anggaran pemulihan. Tiga hari setelah instruksi saya, uang sudah sampai di semua kabupaten. Mendagri, apa benar, begitu? Betul? Ya, sudah sampai semua.
Ini sangat penting. Karena bupati-bupati bisa mengambil tindakan segera. Kita sudah mengerahkan lebih dari 50.000 [personel] TNI dan Polri, 50.000, itu setingkat 50 batalion sudah dikerahkan di daerah terdampak. Kalau dibilang negara tidak hadir, yah kita waspada saja. Unsur-unsur yang memang punya agenda-agenda lain.
Kita sudah kerahkan sekarang lebih dari 60 helikopter dan belasan pesawat yang terbang tiap hari, [dari] Medan ke lokasi-lokasi, [dari] Halim ke provinsi-provinsi tersebut. Saya sudah perintahkan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman bersama Menteri PU, pembangunan hunian segera dilakukan dan 2.000 rumah segera akan mulai dibangun.
Seribu alat berat sudah dikirim, antara lain truk, ekskavator, tangki air bersih dan minum. Kemarin kita juga tambahkan lagi alat berat, truk air minum, persediaan air bersih, serta toilet-toilet portabel. Lima puluh jembatan bailey sedang kita kerjakan, tujuh tadi sudah jadi.
Akses jalan darat sebagian besar telah pulih. Memang ada wilayah-wilayah tertentu yang masih terisolasi. Ini masalah alam dan fisika. Saya telah minta maaf, saya tidak punya tongkat Nabi Musa. Kita tidak bisa selesaikan dalam tiga hari, empat hari, lima hari, mungkin, mungkin dua-tiga bulan, aktivitas akan benar-benar normal.
Tapi, syukur alhamdulillah, sebagian sudah, masalah listrik, sebagian besar sudah menyala, masih ada beberapa yang harus kita percepat, masih ada beberapa yang berbahaya. Karena kabel-kabel kalau lewat air yang masih banjir itu berbahaya, ini bisa mengakibatkan korban nyawa kalau tidak hati-hati. Jadi PU itu, PLN, bekerja dengan sangat, sangat, menghadapi kondisi yang sangat menantang, dan mereka sudah di situ, sudah belasan hari. Tadi, Menteri Kesehatan nanti juga bisa laporan, tiap menteri [melaporkan].
Saudara-saudara,
Sementara itu, sekarang saya persilakan para Menteri untuk menyampaikan laporan masing-masing. Tentunya, nanti Kepala BMKG juga akan menyampaikan bahwa sudah banyak warning juga dari PBB, beberapa daerah di kawasan kita memang menghadapi beberapa kondisi perubahan cuaca yang harus kita waspadai.
Silakan, saya persilakan Sekretaris Kabinet untuk mempersilakan para menteri yang ingin menyampaikan laporan.
(Laporan dari peserta Sidang Kabinet Paripurna)
Baik, saya kira kita sudah cukup intensif. Kita dengar laporan dari beberapa pejabat, terima kasih semuanya.
Dan, saya kira kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kita terus perlu waspada, tapi kita juga merasa lebih percaya diri, kita mampu mengatasi. Terima kasih dengan semua instansi yang telah bekerja keras, saya juga terkesan langkah-langkah yang Saudara-saudara sudah ambil. Marilah kita hadapi akhir tahun dengan waspada tapi tetap optimis, dan kita percaya sekali lagi pada kekuatan kita sendiri.
Ada beberapa penekanan dari saya, pelajaran yang kita simak dari ini semua, bahwa kita perlu benar-benar mengelola sumber daya kita. Saya sudah hitung, saya sudah pelajari angka-angka, banyak sekali sumber daya kita yang bocor, sedikit demi sedikit kita tutup.
Sebagai contoh terlalu banyak kegiatan pembalakan hutan liar, illegal logging, juga illegal mining, tambang-tambang ilegal terlalu banyak, terlalu banyak penyelundupan. Kita sudah kerahkan TNI, Polri, kerahkan kekuatan, masih saja pihak-pihak yang terus tidak mau menghormati hukum di Indonesia. Jadi, ini mewaspadai kita.
Penyelundupan ini mengakibatkan kerugian besar bagi ekonomi kita. Penyelundupan, contoh dari Bangka, penyelundupan timah yang sudah berjalan cukup lama, saya juga dapat laporan dari penegak hukum, dari TNI sendiri melaporkan ada pejabat-pejabat, ada petugas-petugas TNI yang terlibat, dapat laporan juga petugas-petugas Polri terlibat, dan beberapa instansi.
Ini benar-benar saya berharap Panglima TNI dan Kapolri benar-benar menindak aparat-aparatnya yang melindungi kegiatan penyeludupan ini. Dan juga, kegiatan-kegiatan ilegal, pelanggaran hukum, ini harus kita hadapi dengan serius. Kita tidak boleh takut mengakui kelemahan-kelemahan kita, tapi kita harus terus bertekad untuk menyelesaikan masalah ini.
Contoh yang saya katakan, kalau di awal pemerintah kita, di awal bulan-bulan pertama kita tidak melakukan efisiensi penghematan besar-besaran, kita sekarang tidak punya, ya kita akan punya, tapi kita tidak sekuat sekarang.
Saya dapat laporan dari Menteri Keuangan, sisa anggaran yang bisa kita hematkan cukup besar dan di sana-sini masih juga ada pihak-pihak dari pemerintah kita sendiri yang kurang cepat bergerak, terlalu banyak menghamba kepada peraturan.
Peraturan dibuat oleh manusia. Kalau peraturan yang tidak menguntungkan bangsa dan rakyat, peraturan itu harus kita segera kita ubah. Saya ulangi, kalau peraturan apapun, peraturan menteri, apalagi yang di bawah itu, perpres sekalipun, undang-undang sekalipun yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, kita tidak boleh ragu-ragu. Undang-Undang Dasar 1945 jangan jadi mantra.
Saya ingatkan, khususnya di bidang kehidupan sehari-hari, berarti Pasal 33 itu yang menyangkut kehidupan ekonomi, saya minta ditayangkan ya, ini sekali lagi untuk kesekian ratus kali saya tekankan, ini sudah jelas sekali, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Tidak boleh ada korporasi yang mengalahkan negara. Kita butuh korporasi, kita butuh dunia usaha swasta, tapi dia tidak boleh mengatur negara dan mengalahkan negara.
Dua, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Empat, perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga kesimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Yang kelima, ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal diatur dalam undang-undang.
Jadi sekali lagi, semua peraturan, semua produk-produk hukum yang tidak sesuai dengan Pasal 33 ini kita harus berani kita tinggalkan dan kita ubah. Haluan kita harus mengacu kepada Undang-Undang 1945 Pasal 33.
Saya sudah pelajari beberapa konstitusi negara-negara lain, mereka semua punya semacam ini. Malah lebih, lebih, lebih keras lagi. Dan, mereka yang melaksanakan ini ekonominya benar-benar drastis meningkat.
Jadi, tadi memang saya tidak terlalu banyak mau, bombastis ya. Tapi mungkin perlu diketahui ya, rakyat juga mungkin, kita sudah ambil tindakan-tindakan tegas. Pemerintah sudah, empat juta hektare sudah kita kuasai kembali, kita cabut. Dan, tahun ini Menteri Kehutanan dan ATR/Badan Pertanahan, selama tahun ini tidak ada satu pun izin yang dikeluarkan atau diperpanjang. Tidak ada satu pun. Apakah itu HTI, HPH, apakah itu perpanjangan. Dan juga, Menteri ESDM, tidak ada satu pun IUP dan sebagainya yang dikeluarkan. Karena kita akan reviu, kita akan kaji kembali, yang tidak sesuai dengan Pasal 33, yang tidak menguntungkan rakyat, kita tidak boleh ragu-ragu. Kita tidak akan teruskan. Kita berpegang kepada itu, saya berpegang kepada ini. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dipergunakan oleh sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Kalau mereka yang memegang konsesi, menyalahgunakan, diambil keuntungan, tapi keuntungannya dibawa ke luar negeri dan tidak ditaruh di dalam negeri, itu merugikan kepentingan nasional dan kepentingan rakyat Indonesia. Saya anggap itu tidak menghormati Negara Kesatuan Republik Indonesia, menerima konsesi, menerima HGU, menerima HTI, menerima HPH, menerima IUP, menerima izin tambang, mendapat keuntungan. Keuntungannya tidak mau ditaruh di Indonesia, saya anggap itu tidak menguntungkan kepentingan nasional, kepentingan rakyat. Kalau kita membiarkan itu terus, kita lalai, kita tidak pantas untuk menjalankan pemerintahan.
Saudara-saudara sekalian,
Itu, saya ingin tekankan masalah itu.
Kita ingin Indonesia incorporated, kita ingin semua, tapi kita mohon dengan sangat bahwa semua warga negara Indonesia, semua bangsa Indonesia dari semua tingkatan bahu membahu, mari kita meraih kemakmuran bersama. Tidak boleh segelintir orang menikmati kekayaan Indonesia, rakyat masih banyak yang susah, itu tidak bisa. Kita sudah hitung, kita sudah lihat angka-angkanya. Pejabat-pejabat pemerintah, terutama BUMN, saya ingatkan benar-benar dirut-dirut Himbara. Kalau Saudara tidak sadar bahwa Saudara harus menjaga uang rakyat untuk kepentingan rakyat, Saudara lalai. Kami terus sekarang punya data-data.
Saya kira itu, saya tutup sidang Kabinet Paripurna tahun ini dengan mengucapkan sekali lagi terima kasih kepada semua Menteri, semua Kepala Badan, ya. Saya lihat cukup profesional Saudara-saudara sekalian.
Saudara-saudara,
Kalau pejabat sudah kerja keras, Saudara dimaki-maki, tenang saja, tenang saja. Pohon yang tinggi pasti kena terpaan angin, enggak apa-apa itu risiko. Saya perhatikan ada beberapa pejabat yang suka ditiup angin, santai saja, sudah biasa, saya sudah sekian puluh tahun juga. Yang penting, kita kerja untuk rakyat. Kita kerja untuk rakyat, kita setia kepada rakyat, kita tidak ragu-ragu.
Saya ingin semua pejabat nilai anak buah yang bekerja keras di lapangan ya di lapangan, Saudara-saudara semuanya, dan ajukan kepada saya, kita beri penghargaan. Para Kepala Staf, Panglima TNI, Kapolri, beri penghargaan, apakah dia naik pangkat. Bekerja bikin jembatan di alam yang susah, itu membahayakan nyawa, itu mempertaruhkan. Kita sudah lihat berapa anggota kita hanyut berusaha menyelamatkan rakyat. Dia pertaruhkan nyawa, saya minta dikasih penghargaan, dikasih penghargaan yang layak. Tenaga kesehatan, dokter-dokter, petugas-petugas yang di lapangan yang tidak meninggalkan posnya, itu juga harus dikasih penghargaan.
Saya kira itu dari saya, sampaikan terima kasih saya kepada semua petugas-petugas di lapangan, penghargaan saya, hormat saya kepada mereka. Saya bangga saya sekarang menjadi Presiden Republik Indonesia, saya punya pemerintah, saya punya pembantu-pembantu seperti Saudara dan saya punya petugas-petugas di lapangan yang semua bekerja untuk rakyat.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat menghadapi akhir tahun. Tapi, dari segi wajah Saudara-saudara, saya kira Saudara-saudara termasuk yang akan tinggal di rumah kira-kira. Kecuali yang bertugas, Menko harus berangkat nanti malam ya, silahkan berangkat berjuang untuk kita. Tapi ingat, kita punya harga diri.
Selesai. Terima kasih.