Pengantar Presiden RI pada Ratas Penanggulangan Asap, di Kanpres, tgl. 24 Juni 2014

 
bagikan berita ke :

Senin, 24 Juni 2013
Di baca 698 kali

PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

RAPAT TERBATAS PENANGGULANGAN ASAP

DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

TANGGAL 24 JUNI 2013

 



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Saudara Wakil Presiden dan para peserta Rapat Terbatas Kabinet yang saya cintai,

 

Saudara-saudara,

 

Saya dengan didampingi oleh Wakil Presiden baru saja memimpin rapat kabinet terbatas untuk mengevaluasi langkah-langkah yang dilaksanakan oleh pemerintah utamanya Pemerintah Provinsi Riau, dan dibantu oleh unsur pusat di dalam mengatasi bencana asap yang sempat membuat masalah di kedua negara tetangga kita, yaitu Singapura dan Malaysia.

 

Saya mendapatkan laporan utuh, laporan terkini dari para pejabat terkait antara lain Menko Kesra, Kepala BNPB, Menteri Kehutanan, Panglima TNI, dan Kapolri. Meskipun saya  juga terus memantau apa yang dilaksanakan oleh pemerintah dan Masyarakat Riau untuk mengatasi yang saya sebut bencana asap tadi. Kesimpulan dari evaluasi hari ini, meskipun telah dilakukan berbagai upaya selama satu minggu ini, tetapi memang belum benar-benar bisa mengatasi masalah asap ini.

 

Pertama, memang tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, faktor iklim, faktor cuaca turut berpengaruh. Pernah selama tiga tahun berturut-turut hampir tidak terjadi kejadian yang menonjol dari segi kebakaran lahan dan asap ini, kemudian ada tahun-tahun yang sedang tetapi tahun ini memang berat. Di samping barangkali ada kelalaian, satu dua pihak di dalam mengerjakan area perkebunannya memang dari faktor cuaca dan iklim juga memberikan tekanan. Antara lain, uap air yang dari wilayah Sumatera dibawa ke Filipina, kemudian suhu yang tinggi juga membuat lahan-lahan gambut kita mudah terbakar atau flammable yang kesemuanya itu sekali lagi memang kasus kebakaran lahan dan produksi asap yang ada di Provinsi Riau menjadi tinggi.

 

Saudara-saudara,

 

Kepala BNPB sebenarnya telah berada di depan dan memimpin serta mengkoordinasikan langkah-langkah untuk mengatasi bencana asap ini dan sumber daya lokal telah dikerahkan, bahkan Provinsi Riau telah ditetapkan sebagai daerah bencana dalam status darurat. Dengan demikian ada legalitas unsur pusat untuk melaksanakan bantuan kepada daerah dalam mengatasi bencana ini. Namun sekali lagi, karena hasilnya selama satu minggu ini belum seperti yang kita harapkan maka saya telah mengambil keputusan untuk meningkatkan upaya mengatasi bencana asap ini. Peningkatannya mulai dari komando dan pengendalian yang selama ini daerah di depan dibantu oleh pusat, maka sekarang Kepala BNPB akan memimpin secara keseluruhan meskipun elemen-elemen daerah berada di situ.

 

Ini terjadi saat kita mengatasi bencana letusan Gunung Merapi dulu, daerah tetap bekerja dan pusat lebih dari sekedar membantu, kalau tsunami Aceh dan Nias dulu memang diambil alih oleh pusat. Jadi metode penanganan bencana ini pernah kita lakukan di waktu yang lalu. Dengan kepemimpinan di tangan BNPB, maka sesuai dengan yang saya putuskan tadi, kekuatan satuan tugas darat akan ditingkatkan utamanya personil-personil TNI dan personil lain yang bisa ikut memadamkan, dengan peralatan yang dimiliki, kebakaran yang ada di lahan-lahan.

 

Sementara di areal hutan manakala ada asap maka solusinya hanya dua, yaitu dengan menjatuhkan air dalam volume yang cukup, water bombing. Kemudian manakala sudah ada kecukupan awan maka akan dibikin hujan buatan. Hanya dengan cara itu yang bisa kita lakukan. Oleh karena itu, sarana angkutan udara seperti helikopter dan sarana-sarana lain akan ditingkatkan pula. Dengan demikian akan paralel apa yang akan dilakukan di lahan-lahan dengan operasi darat, dengan tenaga manusia dan peraltan yang lebih besar. Kemudian sekali lagi kita gunakan cara untuk water bombing dan membuat hujan buatan.

 

Saya sudah memberikan instruksi untuk memobilisasi kekuatan yang kita miliki, sumber daya yang kita miliki termasuk anggaran yang tersedia. Anggaran cadangan yang memang digunakan untuk itu jadi tidak boleh ada hambatan tentang anggaran, yang penting digunakan dengan baik dan dengan akuntabilitas yang setinggi-tingginya. Dalam waktu 1x24 jam, BNPB akan segera meningkatkan apa yang harus dilakukan bersama-sama dengan jajaran TNI dan Polri.

 

Saudara-saudara,

 

Ada satu hal yang ingin saya sampaikan disini. Dari apa yang saya pantau setiap harinya, ada pernyataan dari sejumlah pejabat yang menurut saya tidak semestinya disampaikan seperti itu. Disamping belum tentu sama satu sama lain, bisa juga belum dicek kebenarannya dan ketika diungkapkan maka akan menjadi persoalan.  Ini juga yang menjadikanconcern dari Singapura dan juga Malaysia karena ada pernyataan-pernyataan yang berbeda dari satu dengan yang lain.

 

Sekali lagi, kepada jajaran Pemerintah Indonesia, saya instruksikan untuk tidak perlu memberikanstatement yang tidak semestinya, mengatakan bahwa kalau ada perusahaan yang lalai, itu Perusahaan Indonesia apalagi menyebut nama perusahaannya, jelas tidak diperlukan seperti itu. Sama halnya kita menyebutkan perusahaan asing atau perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh tetangga kita misalkan Malaysia atau Singapura, itu juga tidak diperlukan.

 

Yang penting ini sekarang, semua upaya dikonsentrasikan untuk segera mengatasi bencana asap dan kebakaran lahan ini. Penegakan hukum tentu akan dijalankan, kita berikan tugas ini kepada Kepolisian dan penegak hukum yang lain untuk melakukan investigasi. Setelah investigasi dilakukan maka akan ketahuan nanti perusahaan-perusahaan mana yang lalai dan manakala lalai tidak menjalankan aturan yang ditetapkan oleh UU di negara kita ini, apakah perusahaan Indonesia atau perusahaan asing, hukum harus ditegakkan setegas-tegasnya, seadil-adilnya.

 

Saudara-saudara,

 

Investigasi juga harus dilaksanakan secara menyeluruh karena sekali lagi menurut analisis saya ada yang faktor alam, tapi juga ada yang faktor manusia dan kebetulan sekali lagi, arah angin dari Sumatera melintasi Singapura dan Malaysia menuju Filipina. Inilah juga faktor yang membuat aliran asap itu menjadi tebal seperti sekarang ini di kedua negara tetangga kita.

 

Atas apa yang terjadi ini, saya selaku Presiden Republik Indonesia meminta maaf dan meminta pengertian Saudara-saudara kami di Singapura dan Malaysia. Tentu tidak ada niat Indonesia atas apa yang terjadi ini dan kami bertanggung jawab untuk terus menghadapi apa yang sedang kami laksanakan sekarang ini. Dengan pengertian ini, saya berharap  justru kita akan fokus pada mengatasi masalah ini, segera menghentikan kebakaran yang masih ada di ladang-ladang ataupun asapnya itu sendiri dan kemudian Insya Allah ke depan bisa kita hentikan asap ini.

 

Ini sekaligus dalam sidang kabinet yang saya pimpin tadi mengingatkan kepada provinsi-provinsi yang lain Sumater Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur untuk juga melakukan hal yang sama. Tidak perlu menunggu sampai titik api terjadi di banyak tempat, sekaranglah saatnya untuk mencegah dan mencegah. Terus terang di tingkat Provinsi Riau, saya nilai agak terlambat di dalam mengantisipasi dan melakukan penanganan secara awal. Tapi saya meminta, tidak perlu sekarang ini saling salah menyalahkan, bekerja bersama-sama, pusat dan daerah, kerahkan segala kemampuan yang kita miliki untuk bisa segra mengatasi bencana asap dan kebakaran lahan ini.

 

Demikian saudara-saudara, yang ingin saya sampaikan untuk diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia dan juga sahabat-sahabat kami negara tetangga khususnya Malaysia dan Singapura

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI