Pengantar Presiden RI pd Sidang Kabinet Paripurna, di Jakarta, tgl.17 Juli 2014

 
bagikan berita ke :

Kamis, 17 Juli 2014
Di baca 750 kali

PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

SIDANG KABINET PARIPURNA

DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

TANGGAL 17 JULI 2014

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua.

 

Saudara Wakil Presiden dan Peserta Sidang Kabinet Paripurna yang saya cintai. Hari ini hadir lengkap Pimpinan dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Sebenarnya Sidang Kabinet Paripurna yang lalu, saya berharap Wantimpres lengkap juga hadir, tetapi ada kesalahan teknis waktu itu. Saya meminta maaf dan alhamdulillah hari ini bisa hadir.

 

Agenda utama sidang kita hari ini adalah untuk mendengarkan laporan kesiapan dari para menteri terkait, berkaitan dengan mudik lebaran dan perayaan Idul Fitri tahun ini. Nanti setelah Menko Perekonomian memberikan pengantar, saya berharap para menteri terkait menyampaikan laporan kesiapannya, di antaranya adalah Menteri Perhubungan untuk transportasi darat, laut, dan udara; Menteri Pekerjaan Umum berkaitan dengan kesiapan infrastruktur transportasi, jalan utamanya; lantas Menteri Perdagangan berkaitan dengan stabilitas harga, utamanya bahan pokok; Menteri ESDM berkaitan dengan kesiapan BBM untuk mendukung transportasi dan aktivitas mudik lebaran; dan yang tidak kalah pentingnya Kapolri melaporkan kesiapan pengamanan mudik lebaran. Jika diperlukan, nanti sejumlah menteri terkait bisa saya mintakan laporan atas kesiapannya masing-masing.

 

Namun, sebelum kita memasuki agenda utama Sidang Kabinet kita hari ini, ada sejumlah hal yang ingin saya sampaikan. Situasi politik, sosial, dan keamanan di seluruh Tanah Air dapat saya katakan terjaga dengan baik. Pasca-pemungutan suara tanggal 9 Juli yang lalu, meskipun 1-2 hari tentu ada euforia, ada dinamika, ada ekspresi kemenangan, dan ini juga ada di dalam kedua pasangan capres-cawapres. Tetapi, alhamdulillah berkat kesadaran dari masyarakat kita, berkat kepemimpinan dari para capres-cawapres dengan timnya, dan berkat kesigapan jajaran pengamanan Kepolisian dan TNI, saya mendapatkan laporan bahwa di seluruh Indonesia, sekali lagi, situasi politik, sosial, dan keamanan terjaga dengan baik. Ini perlu kita syukuri dan barangkali juga ini berkah dari bulan suci Ramadhan di mana kita sedang menjalankan ibadah puasa.

 

Ada dua titik kritis, sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya.  Pertama, tanggal 22 Juli berarti hari Selasa yang akan dating. Ktika KPU mengumumkan hasil pemungutan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 ini. Titik kritis yang kedua adalah, dengan asumsi, sekali lagi, dengan asumsi ada perselisihan dan perselisihan ini dibawa ke Mahkamah Konstitusi, maka putusan Mahkamah Konstitusi atas perselisihan pemilihan umum itu sebagaimana yang diamanahkan oleh konstitusi kita, yang bisa jadi ini juga menimbulkan permasalahan politik. Misalnya sebagaimana juga mungkin tanggal 22 Juli nanti tidak serta merta pasangan capres dan cawapres menerima hasil itu. Pertama hasil penghitungan KPU, yang kedua jika memang dibawa ke MK, putusan Mahkamah Konstitusi.

 

Oleh karena itulah, saya masih terus menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama menjaga, mengawal, berkontribusi, agar proses politik ini, demokrasi yang tengah berjalan ini, dari awal hingga akhir itu berjalan dengan damai. Damai, demokratis, aman, tertib, dan lancar. Dan, insya Allah yang menjadi harapan kita semua, tepat tanggal 20 Oktober 2014 nanti saya akan resmi mengakhiri mandat dan amanah saya memimpin bangsa ini, menjalankan pemerintahan ini. Dan, kemudian, kita sambut presiden baru yang akan segera membentuk pemerintahan yang dipimpinnya dan kita mendukungnya, sehingga pemimpin dan pemerintahan baru nanti bisa mengemban tugas dengan baik atau dengan lebih baik lagi. Itulah goal atau tujuan dari proses politik dan demokrasi yang tengah kita jalankan sekarang ini.

 

Dalam kapasitas saya sebagai Kepala Negara, saya juga sudah menyampaikan baik kepada KPU maupun kepada MK untuk bertindak secara profesional dan kredibel, dan memproses segala sesuatunya dengan tranparan dan bertanggung jawab. Sementara itu, masyarakat luas, kita semua, wajib untuk mengawal sekaligus mengawasi dan sekaligus memastikan bahwa kedua lembaga utama itu, Komisi Pemilihan Umum dan Mahkamah Konstitusi benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik. Dan, manakala ada yang tidak terima nanti pada tanggal 22 Juli. Ya, terbuka proses berikutnya lagi untuk membawa apa yang tidak bisa diterimanya itu ke Mahkamah Konstitusi. Itu yang benar, itu yang tepat, dan itu yang baik.

 

Diperlukan memang jiwa besar, diperlukan tanggung jawab, diperlukan etika agar segala sesuatunya itu ditempuh melalui jalur konstitusi ataupun berdasarkan undang-undang dan aturan yang berlaku.

 

Saya tentu mendengar setiap hari suara dari masyarakat luas, pers dan media massa, pengamat, pihak luar negeri, dan saya jawab dengan tujuan meletakkan masalah pada konteksnya. Tadi malam misalnya, saya sempat berbicara dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon. Sebenarnya urusan Palestina, tapi beliau juga mengangkat tentang pemilihan presiden yang dilaksanakan di Indonesia. Dan bahkan Ban Ki-moon juga tahu ada dispute dan semuanya akan ditentukan nanti pada tanggal 22 Juli. Saya respons kepedulian Sekjen PBB itu secara proporsional. Saya katakan, "Insya Allah Indonesia akan  bisa mengelola semuanya dengan baik".

 

Saya juga pernah menyampaikan pikiran saya ketika diundang oleh Ketua DPD untuk berbuka puasa bersama. Ada dispute di Afghanistan misalnya, antara kedua capres, Ashraf Ghani dengan Abdullah Abdullah, dan runcing dan deadlock dan terjadi krisis politik di sana. Harus seorang Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry yang datang dan menengahi dan kemudian meminta dilakukan audit oleh KPU Afghanistan.

 

Tentu kita bertekad dan menjadi sumpah kita, segala sesuatu yang ada di dalam negeri, ya  kita pecahkan, kita selesaikan oleh kita sendiri. Itu mulia, itu terhormat. Oleh karena itu, dalam dunia yang terbuka seperti ini, kita tidak bisa menutup bagaimana dunia melihat Indonesia dengan segala komentar dan pandangannya. Itu sah, tidak apa-apa. Tetapi ketika ada persoalan di dalam negeri, ya kita sendiri bangsa ini, dengan penuh rasa tanggung jawab yang harus mengatasi dengan sebaik-baiknya.

 

Itu dinamika dan perkembangan politik terkini. Dan, Saudara-saudara para Menteri utamanya, meskipun berasal dari partai-partai politik yang berbeda, dengan pilihan yang berbeda, tetapi saya ingin Saudara semua menjadi bagian dari solusi. Dengan jiwa besar Saudara, dengan ketokohan Saudara, ikutlah mengawal semuanya ini sehingga proses politik berjalan dengan baik. Saya dalam hal ini, sudah saya katakan berkali-kali, berada di tengah dengan demikian saya lebih, lebih tepat untuk menyampaikan pandangan dan ajakan saya manakala ada perselisihan menuju 22 Juli dan menuju keputusan MK, kalau harus sampai di Mahkamah Konstitusi.

 

Saudara-saudara, itu hal pertama yang ingin saya sampaikan. Hal yang kedua perkembangan situasi di Palestina, sebab Palestina merupakan major interest, kepentingan utama politik luar negeri kita.

Situasinya belum aman benar, dalam arti ketika Mesir menawarkan proposal gencatan senjata dan sempat diterima oleh Israel tapi belum diterima oleh Hamas. Terjadi lagi serangan-serangan baru dari pihak Israel dan juga penembakan roket dari pihak Hamas. Kemudian Perserikatan Bangsa-Bangsa menawarkan lagi gencatan senjata, ceasefire concept, yang disebut dengan temporary ceasefire untuk humanitarian post untuk jeda kemanusian, ini juga belum bulat seperti apa penerimaan kedua belah pihak, baik dari Israel maupun dari Hamas.

 

Tetapi yang jelas diplomasi kita kuat, dan menlu, para diplomat kita bekerja terus-menerus, saya sendiri juga mengambil bagian secara aktif untuk berbicara dengan para pemimpin dunia yang lain. Yang menjadi sasaran kita harusnya adalah serangan Israel dihentikan; gencatan senjata dilakukan; balas-membalas dalam hal ini Israel menyerang dengan serangan udara, Hamas menyerang dengan serangan roket, itu juga bisa diakhiri; lantas bantuan kemanusiaan jangan ditunda karena anak-anak, perempuan, masyarakat Palestina memiliki penderitaan yang luar biasa, harus dibantu. Indonesia memberi contoh dan contoh bantuan Indonesia pun diteruskan kepada negara-negara lain oleh Pimpinan OKI, "OKI atau GNB Pak?", OKI dan GNB.  Kita dijadikan contoh bukan hanya retorik, bukan hanya statement, tapi memberikan bantuan kemanusian yang riil. Paling tidak dari pemerintah satu juta dolar Amerika Serikat, belum dari komunitas yang lain.

 

Kalau empat sasaran, 1,2,3,4 itu bisa dicapai maka peace process untuk berdirinya Palestina sebagai negara yang merdeka dan berdaulat segera bisa diwujudkan dengan konsep two state solution. Itulah kira-kira yang menjadi kerangka penyelesaian masalah Palestina yang mendapatkan dukungan penuh dari Indonesia. Oleh karena itu, karena ini situasinya belum aman benar, saya, para menteri terkait, para diplomat akan terus aktif, apa pun yang bisa kita lakukan untuk menghentikan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina. Apalagi ini di tengah bulan suci Ramadhan yang harusnya mereka bisa beribadah dengan tenang dan baik.

 

Saudara-saudara, itulah pengantar saya, satu masalah dalam negeri, satu masalah luar negeri yang memerlukan perhatian serta kontribusi kita semua sesuai dengan peran dan tugas pokoknya masing-masing. Sekarang atau setelah break ini, nanti saya beri kesempatan kepada Menko Perekonomian untuk menyampaikan pengantarnya dan dilanjutkan dengan Menteri-menteri terkait, khusus kesiapan kita untuk memberikan pelayanan terbaik, pengamanan terbaik bagi saudara-saudara kita yang mudik lebaran dan akan memperingati Idul Fitri tahun ini.

 

Terima kasih.

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI