Pengarahan Presiden Republik Indonesia Kepada Kepala Daerah Se-Indonesia Tahun 2021

 
bagikan berita ke :

Rabu, 28 April 2021
Di baca 820 kali

Istana Negara, Jakarta
 
 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati, Bapak Wakil Presiden, para Menteri yang hadir;
Yang saya hormati, para Gubernur, Wakil Gubernur, para Bupati, Wakil Bupati, para Wali Kota, Wakil Wali Kota, beserta seluruh jajaran Forkopimda;
Bapak/Ibu hadirin yang berbahagia.

Saya ingin menyampaikan beberapa hal, utamanya mendekati Hari Raya Idulfitri yang sebentar lagi akan datang yaitu di pertengahan bulan Mei. Kenapa pertemuan sore hari ini kita adakan? Ada dua hal penting yang ingin saya sampaikan yang berkaitan dengan Covid-19, yang kedua yang berkaitan dengan ekonomi. Saya ulang-ulang terus ini.

Kenapa Covid-19? Karena kita tahu, perkembangan Covid-19 di India. Yang ini perlu saya ingatkan karena kita juga menjelang masuk ke Hari Raya Idulfitri. India, di bulan November (2020) menuju ke Oktober, November, Desember, menuju ke Januari (2021), berhasil melandaikan kurvanya dan bahkan saya ingat di bulan Januari, kita telepon kepada Menteri Kesehatan India, kuncinya apa? Dan beliau menyampaikan, kuncinya adalah micro lockdown. Sehingga kita adopsi di sini menjadi PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) skala mikro. Saat itu India berhasil menurunkan sampai ke 10.000 kasus per hari. Tetapi kita tahu, hari-hari ini, terjadi sebuah lonjakan yang sangat eksponensial di India menjadi 350.000 kasus aktif per hari. Ini yang menjadi kehati-hatian kita semuanya. Hati-hati dengan perkembangan yang ada di India. Dan juga tidak hanya di India. Ada di Turki, kemudian ada di Brasil, dan beberapa di Uni Eropa.

Hati-hati. Sekecil apapun kasus aktif yang ada di provinsi, di kabupaten, di kota yang Bapak/Ibu pimpin, jangan kehilangan kewaspadaan. Ikuti angka-angkanya. Ikuti kurvanya. Ikuti harian. Begitu naik sedikit, segerakan untuk ditekan kembali. Agar terus menurun. Hati-hati dengan yang namanya libur panjang. Kita ini mau libur panjang di Idulfitri. Ingat tahun lalu, ada empat libur panjang yang kenaikannya sangat melompat. Idulfitri tahun lalu, naik sampai 93 persen. Libur (bulan) Agustus tahun lalu, naik sampai 119 persen. Libur (bulan) Oktober, naik 95 persen. Libur tahun baru, kemarin, naik sampai 78 persen. Oleh sebab itu, hati-hati, hati-hati. Libur Paskah dua minggu yang lalu, naik kurang-lebih hampir 2 persen. Hati-hati.

Saya melihat, beberapa daerah ini sudah mulai terjadi kenaikan. Perlu saya sampaikan, hati-hati. Di daerah-daerah, Sumatera Selatan, Aceh, Lampung, Jambi, Kalbar (Kalimantan Barat), NTT (Nusa Tenggara Timur), Riau, Sumbar (Sumatera Barat), Bengkulu, Kepri (Kepulauan Riau), hati-hati, ada kenaikan. Karena grafis dan kurva harian itu selalu kita ikuti. Saya ingat betul pada bulan Januari (2021), kita pernah mencapai 14.000 sampai 15.000 kasus aktif harian. Dan sekarang, kita sudah berada di angka 4.000, 5.000, 6.000 (kasus per hari), ini berhasil kita tekan di bulan Januari, bed occupancy ratio (BOR) kita berada di atas 80 persen. Dan saya juga selalu memantau, ini yang selalu saya pantau harian itu di Wisma Atlet, pernah mencapai 92 persen. Tapi sekarang, dua minggu yang lalu, turun menjadi 21 persen, sekarang naik kembali sedikit menjadi 25-26 persen. Tapi terus akan kita tekan.

Jadi sekali lagi, hati-hati dengan mudik Lebaran, hati-hati. Cek, kendalikan, dan pengaturan yang mudik itu sangat penting sekali. Survei yang terkait dengan mudik, sebelum ada larangan mudik, yang mau mudik itu 89 juta orang, 89 juta orang, kurang lebih 33 persen dari penduduk kita. Begitu ada larangan mudik, turun menjadi 11 persen tetapi juga angkanya masih 29 juta (orang). Begitu kita sosialisasi, kita sampaikan, gubernur, bupati, wali kota, juga menyampaikan mengenai larangan mudik, turun menjadi 7 persen tapi angkanya juga masih besar, hati-hati, 18,9 juta orang yang masih akan mudik. Oleh sebab itu, harus disampaikan terus mengenai larangan mudik ini agar bisa berkurang lagi.

Yang paling penting bagaimana kita menekankan, sekali lagi, mengenai disiplin. Disiplin yang ketat terhadap protokol kesehatan. Kuncinya ada di situ. Kuncinya ada di situ. Disiplinkan masyarakat secara ketat mengenai protokol kesehatan. Saya betul-betul masih khawatir mengenai mudik di Hari Raya Idulfitri yang akan datang. Tapi saya meyakini apabila pemerintah daerah dibantu oleh Forkopimda semuanya, bergerak mengatur, mengendalikan, mengenai disiplin protokol kesehatan, saya yakin kenaikannya tidak seperti tahun lalu, 93 persen.

Kemudian yang kedua, mengenai vaksinasi. Saya titip terus vaksinasi massal, vaksinasi di daerah, jangan sampai ada yang berhenti. Tugas pemerintah pusat, tugas saya adalah bagaimana menyiapkan vaksinnya. Tapi kalau ada vaksin, jangan sampai ada yang distok. Stok itu cukup 5 persen, nah segera disuntikkan ke masyarakat, segera disuntikkan kepada target-target prioritas yang sudah beberapa kali saya sampaikan. Karena sampai (tanggal) 27 April, yang kita suntikkan baru kurang-lebih 19 juta dosis. Dan harus kita kejar terus agar target kita di bulan Juli nanti bisa mencapai kurang-lebih 70 juta orang. Siapa yang harus disuntik dahulu? Saya kira saya sudah berkali-kali saya sampaikan dan tidak perlu saya ulang.

Kemudian yang berkaitan dengan ekonomi. Dengan kondisi yang sekarang kita kerjakan, bisa menekan laju penyebaran Covid-19 harian, kasus harian Covid-19 bisa kita tekan, bulan Maret-April ini sudah kelihatan. Ekonomi sudah hampir menuju pada posisi normal. Sehingga target kita secara nasional, di tahun 2021 ini, target pertumbuhan kita, 4,5 sampai 5,5 persen, itu bisa kita capai. Dan itu dimulai sangat tergantung sekali pada pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua (tahun) 2021. Artinya apa? April, Mei, Juni, ini sangat-sangat menentukan. Kalau kita bisa menekan Covid-19-nya tanpa membuat guncangan di ekonomi, inilah keberhasilan dan target kita kurang-lebih 7 persen harus tercapai. Kalau itu bisa tercapai, insyaallah kita pada kuartal berikutnya akan lebih memudahkan.

Kenapa kita optimis? Karena sudah kelihatan, sekarang pabrik, industri, manufaktur, sudah bergerak. Itu tercermin di dalam yang namanya Purchasing Managers Index (PMI) yang pada sebelum pandemi itu berada di angka 51, sekarang justru sudah di atas kenormalan sebelum pandemi yaitu sudah di angka 53,2. Sebelum pandemi itu di angka 51. Kemudian konsumsi listrik, sudah terjadi pertumbuhan. Konsumsi listrik sudah berada di angka…naik ya, yang biasa negatif, negatif, negatif, ini sudah naik kurang-lebih 3,3 persen. Baik itu di industri, di rumah tangga, di pemerintahan, semuanya konsumsinya naik. Ini juga patut kita syukuri. Kemudian impor barang modal, ini supaya kita semuanya juga tahu, pentingnya…impor itu penting tetapi harus barang modal, bukan barang konsumsi. Itu sudah meningkat 33,7 persen, yang sebelumnya negatif. Sudah tumbuh 33,7 persen. Kemudian Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga naik, yang sebelumnya 84,9, 85,8, ini sudah 93. Ini juga patut kita syukuri, artinya kita harus optimis. Kemudian indeks penjualan retail, meningkat mencapai 182,3 di bulan Maret. Artinya, ada demand di situ, ada permintaan di situ, ada belanja di situ, ada konsumsi. Kelihatan di indeks penjualan retail.  

Angka-angka seperti ini, perlu kita ketahui semuanya. Oleh sebab itu, saya mengajak kepada seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, segerakan yang namanya belanja Pemda. Belanja APBD, segerakan. Karena angka-angka yang saya lihat, yang tinggi itu baru belanja pegawai. Tapi juga baru di angka 63 persen. Belanja modal, per (bulan) Maret, akhir Maret kemarin, belanja modalnya baru 5,3 persen…5,3 persen. Baru 5 persen. Padahal yang namanya perputaran uang di sebuah daerah itu sangat menentukan pertumbuhan ekonomi. Jadi, transfer dari pusat ke daerah, itu tidak dibelanjakan tapi ditaruh di bank. Ini yang menyebabkan nanti mengerem laju pertumbuhan ekonomi, ya di sini. Hati-hati, akhir Maret saya lihat di perbankan daerah, ada Rp182 triliun, tidak semakin turun, semakin naik. Naik 11,2 persen. Artinya tidak segera dibelanjakan. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di daerah mau naik kalau uangnya disimpan di bank?

Hati-hati. Saya sudah sampaikan bolak-balik ke Menteri Dalam Negeri untuk mengingatkan semua daerah agar segera, menyegerakan belanja…belanja APBD, baik belanja aparatur maupun belanja modal. Tapi yang paling penting belanja modal, ini disegerakan. Sehingga terjadi peredaran uang yang ada di daerah. Hati-hati, Rp182 triliun, ini uang yang sangat gede sekali. Ini kalau segera dibelanjakan, ini akan…uang berputar di masyarakat akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi yang tidak kecil. Bansos, bantuan UMKM, BLT Desa, segera dorong agar ini bisa diterima oleh masyarakat, tersampaikan kepada masyarakat. Sehingga mereka bisa belanja. Kalau ada belanja, artinya ada permintaan. Kalau ada permintaan, berarti akan ada pertumbuhan ekonomi di daerah itu. Jadi segera cairkan BLT Desa. Karena yang saya lihat, per (bulan) April kemarin, yang sudah tersalurkan baru 32 persen. Masih kecil sekali, 32 persen. Baru Rp1,5 triliun. Angka-angka seperti ini selalu saya ikuti. Sehingga sore hari ini, saya ingatkan kembali karena itu penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Kalau daerah ada pertumbuhan ekonomi, kemudian secara agregat akan menjadi pertumbuhan ekonomi nasional.

Yang juga perlu saya ingatkan, yang terakhir, mengenai investasi. Ini juga berulang-ulang kali saya sampaikan agar kemudahan pelayanan, kecepatan pelayanan, itu diberikan oleh daerah. Terutama yang berkaitan dengan perizinan. Ini saya ulang-ulang terus karena masih banyak saya dengar, urusan perizinan terhambat dan lama sehingga investasi, baik dari yang kecil maupun yang menengah maupun yang besar, terhambat gara-gara perizinan yang tidak cepat. Undang-Undang (UU) Cipta Kerja mengamanahkan kita untuk cepat melayani perizinan.

Sekali lagi, kunci pertumbuhan ekonomi kita, ekonomi nasional kita, ekonomi daerah, itu sangat tergantung sekali kepada investasi. Karena APBN itu tidak bisa tumbuh signifikan. APBD coba dilihat, year-on-year-nya (YoY) juga tidak tumbuh secara signifikan. Artinya yang kita butuhkan adalah investasi dari swasta. Dan investasi dari swasta itu akan muncul kalau pelayanan perizinan, kecepatan kita melayani mereka bisa kita lakukan. Kuncinya ada di situ. Kunci pertumbuhan ekonomi nasional kita ada di investasi. Kalau ada investasi, artinya akan ada tambahan peredaran uang yang ada di daerah maupun secara nasional. Kalau ada investasi, artinya income pajak kita akan naik. Kalau ada investasi di sebuah daerah, artinya akan terbuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada sore hari ini. Saya tutup.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.