Pengarahan Presiden RI kepada Guru dan Kepala Sekolah Rakyat

 
bagikan berita ke :

Jumat, 22 Agustus 2025
Di baca 748 kali

Di JI-EXPO Kemayoran, Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
______________________________________________________________________________________________________

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Salve,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya, 
Salam kebajikan.

Yang saya hormati dan saya banggakan, Menteri Sosial sebagai penyelenggara, Saudara Saifullah Yusuf,
Wakil Menteri Sosial beserta seluruh jajaran Kementerian Sosial, Wakil Menteri Sosial, Saudara Agus Jabo Priyono,
Para Menteri Koordinator, para Menteri, Kepala Badan, Panglima TNI, Kapolri, Wakil Menteri serta seluruh anggota Kabinet Merah Putih yang hadir hari ini:
Menko Pemberdayaan Masyarakat, Saudara Abdul Muhaimin Iskandar,
Menko Politik dan Keamanan, Jenderal Polisi Purnawirawan Budi Gunawan,
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Pratikno yang saya hormati,
Menko Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Prof. Yusril Ihza Mahendra,
Hadir juga di sini Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, Mendikbud Tahun 2009-2014,
Dan Saudara Ari Ginanjar, motivator dan penceramah dari ESQ yang saya hormati.
Tadi sudah disebut para Menteri-menteri yang hadir, jadi saya tidak akan ulangi.

Saudara-saudara sekalian, 
Tentunya sebagai insan yang bertakwa marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Mahakuasa, Tuhan Maha Besar, Allah Swt. atas segala karunia yang diberikan kepada kita sekalian, juga kepada bangsa kita yang baru saja kita rayakan bersama ulang tahun Republik Indonesia yang ke-80. Ulang tahun proklamasi sebenarnya, karena proklamasi tahun 1945, kita masih harus perang lima tahun. 

Saudara-saudara sekalian,
Terima kasih atas undangan ini, saya sangat menghargai upaya penyelenggara mengumpulkan 2.000 lebih guru dan kepala sekolah dari seluruh Indonesia untuk pembekalan dan retret.

Saudara-saudara,
Saya kira ini sangat juga membesarkan hati saya hari ini dengan mengetahui bahwa hari ini kita sudah 100 sekolah rakyat yang beroperasi, berdiri dan beroperasi. Dan, saya juga diberi laporan bulan September ini sudah akan tambah beroperasi 65 sekolah lagi. Saya kira ini sesuatu prestasi yang menurut saya luar biasa.  

Jadi, Saudara-saudara sekalian, memang cita-cita pendiri-pendiri bangsa kita mendirikan sebuah negara merdeka adalah untuk, sebagai bangsa kita ingin menjadi bangsa, menjadi rakyat yang merdeka. Apa pengertian merdeka? Tentunya merdeka itu adalah bebas dari penjajahan, bebas dari dikuasai oleh orang lain. Penjajahan artinya nasib kita, nasib rakyat kita adalah dikuasai oleh bangsa lain. Kenapa mereka menjajah kita? Mereka menjajah kita... tolong slide-nya nanti saja, slide-nya nanti saja. Kenapa mereka menjajah kita? Mereka menjajah kita, karena mereka ingin mereka yang hidup sejahtera, mereka mengambil kekayaan kita, mereka mengambil harta kekayaan kita, dan mereka memakai kita. Nenek-nenek kita mereka pakai sebagai budak yang bekerja atas perintah mereka, bisa dikatakan kita menjadi kuli, kita menjadi katakanlah hewan tunggangan. Kita disuruh bekerja, kita menjadi sapi perahan. Ini untuk generasi penerus, jangan, jangan sekali-sekali dilupakan bahwa kita merdeka karena ratusan tahun perjuangan,  perjuangan fisik, perjuangan perang, perang, perang. Perang Diponegoro, perang Padri, perang di Sulawesi, perang di mana-mana melawan penjajah, perang di Maluku, perang di Papua, jangan sekali-sekali lupa itu bahwa kita ratusan tahun diganggu, diinvasi, diadu domba suku sama suku, agama sama agama, dan akhirnya terjadilah kemiskinan.

Jadi, Saudara harus mengerti bahwa kemiskinan itu terjadi karena pemimpin-pemimpin yang tidak pandai, pemimpin-pemimpin tidak andal, pemimpin-pemimpin tidak kuat, pemimpin-pemimpin tidak mampu menghadapi penjajahan dari luar. Karena pemimpin tidak pandai, karena pemimpin tidak andal, karena pemimpin tidak paham bagaimana menjalankan negara dengan sebaik-baiknya maka bangsa-bangsa asing bisa menguasai Nusantara yang begini luas.

Saudara-saudara sekalian,
Kita tidak pernah boleh melupakan sejarah. Bangsa yang melupakan sejarah adalah bangsa yang akan ditakdirkan untuk mengalami kembali kesalahan-kesalahan di masa lampau. Karena itu, salah satu upaya kita sekarang adalah untuk segera memperbaiki semua kekurangan-kekurangan kita sebagai bangsa. Saya selalu katakan, kita sekarang sebagai pemimpin-pemimpin, karena mereka yang terdidik, mereka yang mendapat karunia mengalami pendidikan ini pemimpin, guru pemimpin, kepala sekolah pemimpin, kita apalagi. Para menteri, para wakil rakyat, para profesor adalah pemimpin. Dan, kalau pemimpin, saya katakan, kalau pemimpin tidak cakap, pemimpin tidak kuat, kuat apa? Kuat otak tapi kuat hati, kuat iman, kuat semangat.  Karena itu, sekarang kita dalam keadaan, dalam upaya besar bersama-sama semua elemen, semua kekuatan, semua kekuatan.

Bangsa ini harus bersatu. Semua pemimpin harus kerja sama, tidak boleh diadu domba lagi, tidak boleh menjadi pemimpin yang berhati kecil, yang berhati kerdil. Kita bersatu untuk kita bersama-sama menjaga dan mengelola kekayaan kita, sehingga kita perbaiki kelemahan-kelemahan kita, kita perbaiki kekurangan-kekurangan kita, kita mengatasi penyakit-penyakit masyarakat, penyakit-penyakit yang ada di tubuh kita supaya kita kembali dan kita menjadi negara yang berhasil. 

Negara itu banyak, 200 lebih negara di dunia ini dan negara itu tergolong dalam berapa golongan: Ada negara yang sukses/berhasil, ada negara yang biasa-biasa, dan ada negara yang gagal. Kita tidak boleh jadi negara gagal, kita harus menjadi negara yang berhasil. Negara yang sungguh-sungguh merdeka, artinya merdeka dari kemiskinan, merdeka dari kelaparan, merdeka dari penderitaan dan itu bisa kita capai. Dan, itu insyaallah akan kita capai bersama-sama, Saudara-saudara. Upaya kita sekarang adalah upaya yang bercita-cita tinggi, bersasaran besar. 

Saudara-saudara sekalian,
Kita tidak boleh berpikir kecil, karena bangsa kita besar. Jadi,  Saudara-saudara, sekolah rakyat ini adalah bagian dari usaha besar kita. Kita harus mengurus dan menguasai semua kekayaan kita. Kekayaan kita sangat besar. Kekayaan kita, saya ulangi, sejak sebelum saya jadi presiden sebagai menteri, sebelum saya jadi menteri sebagai pemimpin politik, sebelum saya jadi pemimpin politik saya sebagai pengusaha, sebelum saya jadi pengusaha saya sebagai prajurit, saya sudah mempelajari, saya sudah lihat data-data, angka-angka itu. 

Saudara-saudara, 
Kekayaan kita sangat-sangat luar biasa. Tapi, Saudara-saudara, harus saya katakan bahwa masih terlalu banyak kekayaan kita yang tidak bisa kita kuasai, bahkan dikuasai oleh mereka-mereka yang mengambil kekayaan kita dibawa terus ke luar negeri. Ini akan kita hentikan, Saudara-saudara sekalian. 

Dalam beberapa langkah strategis yang kita akan ambil, di antaranya adalah pendidikan. Tidak bisa kita tunggu, tidak bisa kita katakan ya kita mulai saja dulu dengan 10 sekolah. Nanti kalau 10 sekolah berhasil, kita tambah lagi 30 sekolah. Maaf, dunia tidak seperti itu. Dunia sekarang berlomba-lomba. Dunia, tetangga-tetangga kita berlomba-lomba. Kita tidak punya banyak waktu. Karena itu, salah satu upaya kita memperbaiki pendidikan kita. Tidak hanya di 1, 2, 3 bidang, semua sekolah dasar harus kita perbaiki, semua sekolah menengah harus kita perbaiki, semua sekolah vokasi harus kita perbaiki, semua perguruan tinggi harus kita perbaiki. Kita, salah satu negara di semua yang anggaran pendidikannya terbesar, terbesar. Jangan terlalu cepat tepuk tangan. Anggaran kita besar tapi masih besar pula kebocoran, kebocoran, kebocoran. Saudara-saudara di daerah-daerah lebih tahu masalah ini daripada kami-kami di Jakarta. Kalian yang merasakan. Selalu anda dengar kan, anggarannya sekian tapi kok sampai di saya sekian? Hangusnya di mana? Menghilangnya di mana? 

Saudara-saudara,
Ini harus kita perbaiki, harus kita perbaiki. Dan, ini tidak terjadi di kita saja, di banyak negara seperti ini. Saya baru saja, sebelum saya ke sini saya ketemu tokoh dari luar negeri. Dia mengatakan karena dia berasal dari India, dia sekarang warga negara Amerika, dia mengatakan bahwa di India beberapa saat yang lalu tiap 100 rupee, kalau mereka rupee, kita rupiah. Dari 100 rupee yang sampai ke rakyat hanya 15 rupee, ini kata pemimpin-pemimpin India sendiri. Sekarang sudah membaik dari 100 sudah sampai 60. Di Indonesia, ini banyak wartawan ya di sini, sebentar pakai kacamata dulu. Enggak apa-apalah banyak wartawan karena saya, saya sekarang bekerja, berpikir, saya berpikir, bekerja, mengambil keputusan hanya untuk kepentingan rakyat saya. Saya kira saya bersama rekan-rekan saya, menteri-menteri saya, panglima-panglima saya, saya kira kita sudah, kita sudah wakafkan jiwa dan raga kita untuk rakyat Indonesia. 

Jadi, Saudara-saudara, selain bekerjanya di banyak bidang dan bidang-bidang kita sudah mulai kelihatan hasilnya. Kita baru bekerja 300 hari sekian, tapi kita sudah mulai kelihatan hasilnya. Ada segelintir orang, ada saya kira mereka entah sadar atau tidak sadar, mereka ya itu, sudah jadi antek-antek asing, enggak apa-apa saya bicara di depan wartawan. Saya katakan, mereka sadar atau tidak, mereka antek asing, mereka tidak suka Indonesia bangkit, mereka tidak suka Indonesia bangkit. Saya katakan, mereka tidak suka Indonesia bangkit. Tapi, kita yang akan bangkit bersama Indonesia. Biar anjing menggonggong kafilah tetap akan terus. Kita berada di atas jalan yang benar, percaya sama saya. Kita berada di atas jalan yang benar, kita akan menuju kebangkitan bangsa Indonesia, karena kita akan kuasai kembali kekayaan bangsa Indonesia untuk rakyat Indonesia. 

Tapi, Saudara-saudara, kalau kita sudah kuasai kekayaan kita, kita perlu, kita perlu tenaga-tenaga, awak-awak, anak-anak muda yang bisa mengelola kekayaan itu. Kita sudah kuasai, kita enggak mengerti bagaimana menjalankan itu. Karena itu, pendidikan sangat-sangat penting. Karena itu, walaupun kita sudah anggarkan pendidikan terbesar, kita harus sekarang menjaga anggaran itu tidak boleh bocor. Kalau bisa Rp100, Rp100 sampai ke rakyat. Ini sangat penting. 

Karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada tim lintas kementerian yang berhasil merencanakan, mendirikan, dan mengoperasikan sekolah rakyat sampai hari ini 100 sekolah. Terus terang saja, ini di luar harapan saya. Saya memberi petunjuk, gagasan ini, bulan Februari kalau tidak salah. Menteri, benar ya, Menteri? Bulan Februari, bulan Februari. Maret, April, Mei, Juni, Juli. Waktu itu para menteri mengatakan, “Pak, bulan Juli  kami siap membuka sekolah rakyat.” Mereka laporan.

Saya bilang, tanya mereka, “Sudahlah jangan dipaksakan. saya mengerti bagaimana sulitnya merencanakan sesuatu yang baru, Anda harus merencanakan, Anda harus cari tanah, Anda harus cari sekolahnya gedungnya, Anda apalagi harus cari guru-gurunya, kepala sekolahnya. Ini bukan pekerjaan yang gampang.” Saya paham itu, karena itu saya katakan jangan dipaksa. 

“Tidak, Pak. Bulan Juli adalah buka tahun pendidikan yang baru.” Tapi, kalau tidak salah, saya sudah. Kalau perlu semua siap tahun pendidikan 2026, benar? Hitungan saya, mencari tanah ini, ini, ini baru siap kurang lebih Oktober-November. Buka saja dulu, nanti resminya Juli tahun 2026. Tapi, inilah, Kabinet Merah Putih ini rupanya begitu dapat tugas, ya itu tadi, tidak ada hari Minggu, tidak ada hari libur, tidak ada jam kerja, semua bekerja. 

Sampai saya dikagetkan, “Pak, bulan akhir Juli kami siap 100 sekolah.” 
“Hah, 100 sekolah! Ngarang kalian!” 
“Tidak, Pak, 100 sekolah. Tapi, Pak, nanti kalau sampai September akan jadi 163.” Luar biasa ini 163. 

Saudara-saudara sekalian, 
Karena itu, saya harus ucapkan terima kasih sekali lagi kepada para Menteri, Menko semuanya yang bekerja keras saling membantu, supaya bisa berdiri 165 sekolah rakyat. Saya masuk, keluar dari mobil, saya kaget ada marching band pakai seragam gagah-gagah begini. Kaget lagi saya lihat Menteri-menteri, pakaian ini komponen cadangan semua ini. 

Saudara-saudara,
Jadi, Saudara-saudara sekalian, terima kasih para pimpinan, para Menteri kalian telah bekerja di luar perkiraan saya. Kalian bekerja dengan baik. Bekerja keras, semangat, tapi juga bekerja cerdas. Bekerja keras, tapi tidak cerdas, waduh capai. Tapi, ini hasilnya 100 sekolah, nanti sebentar lagi 165. Kita harapkan tahun depan 200 sekolah. Kita bertekad mengubah nasib saudara-saudara kita yang masih belum kuat ekonominya dan kita bekerja keras untuk menghilangkan kemiskinan absolut dari bumi Republik Indonesia. 

Ada yang mengatakan, "ah Prabowo hanya bisa pidato saja," ya kan? Tapi, kita buktikan dengan hasil yang sebenarnya yang nyata. Tanya ke rakyat Indonesia, apakah kita sudah berhasil memberi awal dari kebangkitan bangsa Indonesia. Ini bukan tujuan kita, ini baru awal dari perjuangan kita yang merupakan diteruskan upaya presiden-presiden dan pemerintah-pemerintah sebelum kita. Tidak bisa kita bangun begitu saja, kita bangun atas perjuangan mereka yang sebelum kita. 

Tapi, kita buktikan, yang tidak pernah diduga hari ini 100 sekolah sudah berdiri, sudah beroperasi, sudah kelihatan gagah-gagah semuanya ini. Banyak senyumnya, saya lihat mata mereka penuh dengan percaya diri. Saya terima kasih. 

Dan, tadi saya besar hati, testimoni dari beberapa siswa yang masuk program ini. Mereka dijemput dari keluarganya, mereka cinta orang tuanya. Orang tuanya kerja keras, orang tuanya belum menikmati kemerdekaan yang sebenarnya. Ini yang mendorong kita, ini yang mendorong pemimpin-pemimpin, ini yang mendorong saya. Kita harus mewujudkan kemerdekaan untuk seluruh rakyat kita, Saudara-saudara sekalian. Tapi, yang jelas kita sudah mulai melihat titik-titik harapan. Kita sudah melihat cerahnya anak-anak yang mungkin tadinya risau apa yang akan terjadi.

Saudara-saudara sekalian, 
Saya titip benar-benar, para guru, Anda sudah diseleksi melalui program yang ketat. Terima kasih, kementerian-kementerian yang melaksanakan itu, luar biasa seleksi kalian. Guru-guru ini terus dibimbing, dibina. Para kepala sekolah, Anda memiliki tugas yang sangat mulia. Anda sedang menyiapkan tunas-tunas bangsa, Anda sedang dalam rangka kita memutus rantai kemiskinan, Saudara-saudara sekalian. Mereka ini, anak-anak yang Kau didik, nanti mereka akan kembali ke orang tua mereka dan mereka lah yang akan mengangkat orang tua mereka keluar dari kemiskinan, Saudara-saudara sekalian.

Kita selalu harus optimistis. Indonesia akan punya pabrik mobil sendiri. Indonesia akan punya pabrik motor sendiri. Indonesia sudah terus akan bikin pesawat terbang sendiri, kapal-kapal sendiri, kereta api kita sendiri, jam tangan sendiri, pakaian sendiri, sepatu sendiri. Kita akan berdiri di atas kaki kita sendiri. 

Batuk karena semangat ini. Saya semangat, karena saya lihat kalian semangat. Kalian tebak usia saya berapa. Siapa yang tepat? Saya ini sudah 74 tahun tapi saya tidak mau kalah dengan yang 34 tahun. Kalau kalian semangat, saya lebih semangat. Bersama-sama kita bangun Indonesia yang kita cintai ini, Saudara-saudara.

Seluruh rakyat harus menikmati kemerdekaan, tidak segelintir orang saja, Saudara-saudara sekalian. Seluruh rakyat Indonesia harus menikmati kekayaan dan kesejahteraan bangsa Indonesia, dan itu tugas para guru. Bina anak didikmu, didik mereka dengan baik, beri harapan kepada mereka, bantu mereka. Buat mereka gembira, jangan buat mereka pesimis. Buat mereka gembira! Bangsa Indonesia berani dan harus gembira, sorak-sorak bergembira. Itu Indonesia!

Cukup ya, mau maghrib, mau magrib. Nanti saya dimarahi Menteri Agama, Saudara-saudara sekalian. Menteri Agama, lima menit masih bisa? Aku Presiden, tapi kalau urusan agama, waduh aku tunduk juga sama Menteri Agama ini. Kita harus tahu mana wewenang kita, mana yang kita kurang berkuasa.

Saudara-saudara sekalian, 
Jadi, saya terima kasih kepada semua Menteri yang tidak saya sebut satu-satu, tapi semuanya saya tahu berperanan: Mendagri, Menko-menko, PANRB. Kalau PANRB menentukan atau tidak? Menentukan atau tidak? Jangan macam-macam sama Menteri PANRB ini, dia enggak tanda tangan, kalian enggak dapat apa-apa kalian itu. Aku Presiden, kalau beliau enggak mau tanda tangan, enggak jadi kalian semua itu.

Seluruhnya bekerja. Terima kasih, Panglima TNI, Kapolri, kalian juga banyak bantu ya. Ini di luar dugaan, enggak ada yang percaya bisa bikin 100 sekolah dalam lima bulan. Tahun depan insyaallah 200 sekolah dan seterusnya. Dan, nanti tidak hanya itu, cita-cita, cita-cita saya, cita-cita kabinet, cita-cita pemerintahmu, cita-cita, semua sekolah Indonesia akan kita perbaiki. 

Selain sekolah rakyat, kita punya sekolah unggulan, sasaran kita, cita-cita kita tiap kabupaten satu sekolah unggulan. Cita-cita, nanti akan ada yang bertanya, ada, apa bisa? Ya, kan? Pasti. Apa bisa? Saya katakan, bisa. Dan, akan. Kalau Presiden Prabowo tidak mampu, akan ada presiden menggantikan yang mampu. Kita akan mencapai cita-cita kebangkitan bangsa Indonesia. Jangan pernah ragu, jangan pernah ragu. Jangan pernah menyerah, jangan pernah kecil hati, jangan pernah melecehkan pemimpin-pemimpin kita sendiri, jangan pernah menghina orang tua-orang tua kita sendiri.

Hai Anak-anak, hormati orang tuamu! Cintai orang tuamu, cium kaki ibumu. Jangan pernah kau rendah hati karena bapakmu kerja keras. Jangan sekali kau sedih karena orang tuamu masih belum makmur sekarang. Mereka, mereka bekerja keras untuk kalian. Hormati orang tuamu, cintai orang tuamu, hormati guru-gurumu.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saudara-saudara, 
Saya ini mantan prajurit, di tentara kita ada kebiasaan. Kalau kita sangat bangga dengan anak buah kita, bukan anak buah yang hormat pemimpin, tapi pemimpin yang harus hormat anak buah. Saya Presiden Republik Indonesia, saya bangga dengan kalian semua.

Merdeka!