Pengarahan Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas, Jakarta, 2 Februari 2012

 
bagikan berita ke :

Kamis, 02 Februari 2012
Di baca 797 kali

PENGARAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA RAPAT SIDANG KABINET TERBATAS

DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA,

KAMIS, 02 FEBRUARI 2012

 


Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Saudara Wakil Presiden dan para Peserta Sidang Kabinet Terbatas sekalian,

Sidang kita hari ini memiliki satu agenda, yaitu mendengarkan laporan dan presentasi dari Menteri Pertahanan dan para Menteri terkait, berkaitan dengan kelanjutan pembangunan Peace and Security Center yang ada di kawasan Sentul, sebagaimana yang sudah dilakukan dua tahun terakhir ini dan yang kita harapkan akan selesai paling lambat pada tahun 2014 mendatang.

 
Kawasan yang tengah kita bangun itu sangat penting, karena semuanya berkaitan dengan tugas pokok kita. Semua menyangkut sesuatu yang belum kita miliki, padahal manfaat dan kegunaannya sangat besar, yaitu peacekeeping center itu sendiri. Indonesia merupakan negara yang sangat aktif untuk berkontribusi pada misi pemeliharaan perdamaian dunia.

 

Lantas, pusat pelatihan atau pendidikan bahasa. Kita menyadari bahwa bukan hanya untuk diplomasi, tapi untuk yang lain, kita harus menguasai bahasa internasional, termasuk bahasa Indonesia dan termasuk bahasa daerah yang harus kita lestarikan. Kita juga ingin memiliki daerah latihan untuk tanggap darurat menghadapi bencana alam yang terus-menerus kita lakukan. Alangkah tidak baiknya, kita sudah tahu, ancaman itu di depan mata kita, tapi kita tidak punya institusi atau tempat untuk meningkatkan kemampuan kita melalui pelatihan-pelatihan. Kemudian melawan terorisme adalah juga misi dari kita semua, bukan hanya jajaran Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia, tapi juga semua pihak. Oleh karena itu, patut kalau kita bangun di sana.

 

Kita juga ingin memiliki kampus yang lebih representatif untuk Universitas Pertahanan. Meskipun lembaga pendidikan ini berjalan dan tumbuh dengan baik, tetapi tentu kita perlukan fasilitas yang lebih representatif.


Ya, satu lagi, karena kontribusi kita untuk misi pemeliharaan perdamaian dunia, kita juga perlu memiliki stand by force, termasuk pangkalannya. Kita rancang pula untuk kita bikin di kawasan itu. Semua itu kita bangun secara bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran, sesuai dengan prioritas yang kita tetapkan dalam pembangunan, termasuk pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan. Kita ingin mendengar update atau laporan kemajuan dari itu semua dan kita harus memastikan semuanya berjalan secara sinergis.

 

Saudara-Saudara,


Sebelum saya mempersilahkan para Menteri terkait untuk melaporkan kesiapan dan rencana lanjutan masing-masing, saya ingin menyampaikan satu hal. Saya mengikuti percaturan, boleh dikatakan politik, berkaitan dengan modernisasi dan pembangunan kekuatan pertahanan kita, utamanya jajaran TNI.


Tidak keliru kalau masyarakat kita atau publik kita ingin tahu, apa yang tengah dilakukan oleh negaranya, oleh pemerintahnya. Saya juga menganggap wajar dan perlu, kalau kalangan parlemen atau DPR juga memandang perlu untuk melakukan pembahasan secara mendalam ataupun pihak-pihak yang lain. Yang penting, Saudara-Saudara, para Menteri terkait, jajaran Pimpinan TNI perlu menjelaskan segamblang-gamblangnya, seterang-terangnya. Dengan demikian, kebijakan ataupun program yang kita lakukan ini dapat dimengerti oleh rakyat kita, dan kemudian dapat dilaksanakan dengan baik.

 

Saya kira Saudara tidak boleh berhenti menjelaskan. Misalnya, menghadapi ancaman yang real di negeri ini, memang kekuatan pertahanan dan keamanan kita tidak boleh lemah, tidak boleh kurang atau jauh tertinggal. Kalau jauh tertinggal, hampir pasti tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik. Sampaikan pula, sudah lama kita tidak melakukan modernisasi dan pembangunan kekuatan yang memadai. Dengan demikian, kekuatan bersenjata kita, dalam hal modernisasi alutsista, perlengkapan dan peralatan yang lain memang tertinggal, dengan yang dimiliki oleh negara-negara lain.


Saudara bisa menjelaskan dengan gamblang, ketika ada yang mengkritik, apakah ini tidak memicu perlombaan senjata ataupun pertanyaan dari tetangga-tetangga kita. Jawabannya sangat sederhana, yang dimiliki Indonesia itu jauh tertinggal dengan yang saudara miliki. Kami hanya ingin menutup yang kami perlukan untuk kepentingan menjaga kedaulatan dan keamanan kami sendiri dari apa yang belum kami miliki, karena beberapa, katakanlah 15 sampai 20 tahun, pembangunan kekuatan dan modernisasi sistem persenjataan kita memang tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena persoalan ekonomi, persoalan prioritas yang harus kita utamakan di luar pertahanan dan keamanan.

 

Semua itu bisa dijelaskan dengan baik. Yang penting rencanakan dengan masak, laksanakan dengan semestinya, dan jangan ada sesuatu yang keluar dari itu. Saya sudah lama menengarai, misalnya dulu, Alhamdulillah, sekarang sepakat untuk tidak kita jalankan lagi. Kultur untuk mark-up misalnya, kultur untuk kongkalikong dengan perusahaan-perusahaan tertentu sehingga merugikan negara dan kita bertekad, jangan ada lagi seperti itu.

 
Kita memberi ruang dan kesempatan kepada siapa pun yang berbisnis di bidang pengadaan alutsista, sebagaimana yang dulu terjadi. Tetapi jalankan bisnis itu dengan baik, jangan ada mark-up, jangan lobi sana, lobi sini, menggalang sana, menggalang sini. Akhirnya harganya menjadi berlebihan, negara dirugikan, jumlahnya berkurang sehingga kemampuan negara, kemampuan prajurit kita untuk bertempur, berperang menjadi berkurang. Itu prinsip yang harus kita pegang teguh. Saya tahu barangkali tidak nyaman policy seperti ini, ada yang merasa dirugikan atau berkuranglah penghasilannya, tapi harus kita lakukan.


Ini era di mana kita harus mempertanggungjawabkan semua yang kita belanjakan, kalau itu menyangkut anggaran negara. Oleh karena itu, di satu sisi lakukan penjelasan, bikin perencanaan yang bagus. Saudara sudah saya berikan policy dasar kita, menggunakan industri dalam negeri sendiri, manakala itu tersedia dan itu wajib. Manakala tidak tersedia, boleh mengadakan dari luar, tapi dengan format yang baik, dengan kerangka kerja sama yang baik. Untuk di kemudian hari, kita bisa lebih mandiri terhadap alutsista itu. Dalam konteks itu, jalankan semuanya. Tetapi saya minta dihentikan betul praktek-praktek yang tidak benar. Saya masih mencium godaan-godaan ke arah itu. Dan kalau terjadi, akan kita berikan tindakan yang tegas, termasuk siapa yang mengajak untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam pengadaan alutsista dan hakekatnya ya pengadaan semua di negeri ini, di kementerian mana pun.

 

Jadi saya sudah mengingatkan. Mari kita pertanggungjawabkan anggaran yang tidak sedikit, yang tujuannya baik untuk negara kita, kedaulatan negara kita, pertahanan kita, keamanan kita, melindungi rakyat dan tanah air kita. Saya harus sampaikan itu dan harus aktif. Menteri Pertahanan harus aktif. Semua harus aktif untuk menjelaskan. Jangan isunya digeser ke sana, ke mari ya, dan bisa membingungkan semua. Jelaskan dengan baik, komunikasikan dengan baik. Kalau komunikasi kita kurang, kita yang salah. Berikan penjelasan sejelas-jelasnya. Saya pikir saya yakin semua akan menjadi satu perahu untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan kita.

 

Demikian yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan setelah break ini, nanti saya persilakan jajaran polhukam, utamanya Menteri Pertahanan untuk menyampaikan penjelasan-penjelasannya.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI