Peran Mediasi Indonesia Dalam Konflik Arab Saudi dan Iran

 
bagikan berita ke :

Selasa, 09 Februari 2016
Di baca 2760 kali

Dalam diskusi ini, Azra menjelaskan akar konflik terjadinya konflik Arab Saudi dan Iran karena Kontestasi politik dan pengaruh untuk hegemoni di Timur Tengah atau dunia muslim. Tidak hanya itu, sektarianisme keagaaman juga menjadi akar konflik kedua negara. “Arab Saudi menggunakan Wahabisme sedangkan Iran Syi’ah”, jelas Azra.

Selain kedua hal tersebut, akar konflik dari kedua negara tersebut ialah perbedaan sikap tentang status Makkah dan Madinah. “Raja Saudi selalu mengklaim Khadim Al-Haramayn, Khadim artinya pelayan, Haramayn itu dua tanah suci, jadi sepenuhnya dibawah kekuasaan Raja Saudi, sebaliknya Iran minta dari dulu di Internasionalisasikan dibawah suatu otoritas yang diangkat bersama sama oleh negara-negara muslim, sebagai suatu entitas Internasional,” jelas Azra.

Dalam diskusi ini, Azra juga menjelaskan bahwa Arab dan Iran mempunyai persaingan ekonomi, khususnya minyak dan gas. Dan perbedaan kebijakan politik luar negeri juga menyebabkan akar konflik kedua negara ini. “Jika Arab Saudi itu pro Amerika Serikat dan Barat, sedangkan Iran anti”, ungkap Azra.

Indonesia dan Mediasi Efektif

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki posisi unik vis-à-vis negara-negara muslim lain. “Islam Indonesia adalah Islam wasathiyyah, jalan tengah, moderat dan toleran ditengah keragaman agama dan budaya Nusantara,” jelas Azra.

Tidak hanya itu, Azra menerangkan Indonesia adalah showcase dengan keragaman menjadi negara stabil sehingga mampu meningkatkan kemajuan ekonomi, sosial, budaya dan agama. “Indonesia juga showcase kompatibilitas Islam dengan demokrasi, modernitas dan kemajuan perempuan," terangnya.

Oleh karena itu, mediasi Indonesia dapat efektif dengan diplomasi total (total diplomacy). “Mediasi dilakukan sejak dari Presiden, Kementerian Luar Negeri dan kalangan public lain atau public diplomacy”, terang Azra.

Diplomasi public Indonesia dengan Kementerian Luar Negri sebagai leading sector mesti melibatkan Kementerian Agama dan tokoh serta pimpinan ormas Islam. “Para tokoh dan pimpinan serta pimpinan ormas Islam dapat berbicara dengan bahasa agama sehingga meningkatkan kredibilitas dan akseptibilitas upaya mediasi,” tutup Azra. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
4           1           3           1           1