PERESMIAN PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI KEPALA PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI DI ISTANA NEGARA, 2-4-08

 
bagikan berita ke :

Rabu, 02 April 2008
Di baca 1405 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA

ACARA PERESMIAN PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI
KEPALA PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

TANGGAL 2 APRIL 2008


Bismillahirrahmanirrahim,


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Selamat pagi,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Menko Polhukam, Saudara Menteri Luar Negeri dan Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, Utusan Presiden untuk Timur Tengah, Saudara Kepala BKPM, Saudara Kepala Staf TNI Angkatan Udara,


Yang saya hormati para pejabat teras jajaran Departemen Luar Negeri, para Duta Besar, para Konsul Jenderal, para Konsul, para Diplomat,
Hadirin sekalian yang saya muliakan,


Marilah pada kesempatan yang baik dan Insya Allah penuh berkah ini sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan dan semoga senantiasa kesehatan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta.

Kita juga bersyukur hari ini Departemen Luar Negeri dapat kembali melaksanakan rapat kerja tingkat Deplu dengan tujuan dan sasaran sebagaimana yang telah disampaikan oleh Menteri Luar Negeri tadi. Saya ikut mengucapkan selamat datang kembali di Jakarta kepada saudara-saudara yang datang dari berbagai penjuru dunia sambil mengikuti rapat kerja bisa relax sedikit, bertemu dengan handai taulan untuk meningkatkan semangat dan tekad baru berbuat yang lebih baik untuk bangsa dan negara kita dalam dunia diplomasi.


Saudara-saudara,

Saya menganggap rapat kerja sekarang ini tepat waktu, disamping Menlu menjelaskan tadi berapa kali dalam rentang waktu lima tahun forum seperti ini dilakukan, tetapi kalau kita melihat perkembangan dunia sekarang ini ada sejumlah isu global yang sangat fundamental yang memerlukan pemikiran, kebijakan luar negeri, dan langkah-langkah diplomasi yang berbeda, tentu yang lebih tepat terhadap dinamika dan perkembangan global itu. Paling tidak ada tiga isu yang mengemuka, pertama yang menjadi kepedulian dunia tahun-tahun terakhir ini menyangkut perubahan iklim dan pemanasan global, climate change, yang kedua, yang sekarang menjadi kecemasan dunia juga adalah yang berkaitan dengan energy security dan food security. Sebagaimana saudara ketahui, saya baru saja berkunjung ke Iran, ke Senegal untuk menghadiri pertemuan puncak OKI, berkunjung ke Afrika Selatan sebagai sesama Co-Chairman dari Konferensi Asia Afrika dan kemudian sebelum ke tanah air melakukan pertemuan dengan private sectors di Dubai.

Saya bertukar pikiran dengan banyak pemimpin dunia baik dalam rangka kunjungan saya kemarin, maupun ketika saya menerima kunjungan para pemimpin dunia ke Indonesia. Semua memiliki kerisauan, concern yang mendalam terhadap permasalahan energi dan pangan sekarang ini, yang memukul ekonomi hampir semua bangsa, hampir semua negara. Ditambah dengan volatilitas (Eng. volatility) dari global finance yang juga belum rampung. Kita juga belum tahu kapan berakhir, berapa besar, berapa dalam dampak negatifnya, siapa yang paling banyak menanggung kerugian dan sebagainya. Oleh karena itu kita perlu berkonsolidasi. Jadikan Saudara Menlu raker kali ini juga mengkonsolidasikan diplomasi kita, langkah-langkah kita, kebijakan kita untuk mencapai tujuan dan kepentingan nasional, Indonesia.

Saudara-saudara,

Saya ikut mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas semua yang dilakukan oleh Saudara, para diplomat pada umumnya, terhadap serangkaian kegiatan yang tentunya menunjang kepada kepentingan kita. Tadi disebutkan, alhamdulillah dengan kerja keras Saudara serangkaian pertemuan puncak dan konferensi internasional telah dapat dilaksanakan dengan baik, mulai dari Tsunami Summit, kemudian Second Asia Africa Conference, kemudian Conference on Climate Change, UN Conference on Anti Corruption, dan lain-lain.

Saudara juga berjuang dengan gigih, sehingga tahun-tahun terakhir ini standing kita pada tingkat internasional forum pada tingkat UN Organization semakin baik. Tidak pernah ada dalam masa sejarah Indonesia menempati posisi-posisi yang prestigious sebagai contoh tadi UN Security Council, UN Human Rights Council dan itu elected dengan dukungan yang besar.

Beberapa dukungan bilateral telah dapat kita tingkatkan menjadi strategic partnership, paling tidak menjadi comprehensive partnership, yang memberikan peluang dan peluang yang lebih besar bagi kita untuk mendapatkan sesuatu dari hubungan bilateral itu, dengan China, dengan Rusia, dengan Afrika Selatan, dengan Jepang, dengan Korea Selatan dan lain-lain. Saya mengucapkan terima kasih atas prakarsa dan jerih payah saudara semua.

Peran kita di ASEAN tahun-tahun terakhir makin mengemuka. Saya tentu senang, bangsa kita tentu ikut bangga dengan standing dan peran kita ini. Mari kita teruskan didalam permbuatan New ASEAN Charter, dalam membangun ASEAN Community, baik itu yang bersifat ekonomi, sosial, budaya maupun politik dan keamanan. Kita juga memiliki kontribusi dan andil yang tidak kecil. Dan satu lagi dengan perjuangan kita yang tadinya Perserikatan Bangsa-Bangsa atau katakanlah dunia dalam tanda kutip ingin menyelesaikan residu masalah Timor Leste dengan membentuk Commission of Experts kita telah lakukan langkah-langkah diplomasi yang jitu, sehingga akhirnya kita bisa menyelesaikan masa lalu itu bersama Timor Leste dengan format Commission of Truth and Friendship (CTF) instead of COE.

Banyak lagi yang mesti kita angkat sebagai ucapan syukur, sebagai ucapan terima kasih saya kepada Saudara Menlu dan Saudara-saudara semua. Saya juga dukung upaya-upaya untuk melakukan reformasi internal. Deplu adalah satu centre yang menyandang peran yang sangat penting, oleh karena itu harus dikelola dengan baik. Para diplomat kita memiliki kualitas yang baik, pelayanan yang baik secara internal, recruitment dan pembinaan personal yang sangat baik pula. Semua itu menjadi cikal bakal bagi kinerja yang baik dalam diplomasi kita.

Saudara-saudara,

Sebelum saya ingin langsung nanti, meminta kontribusi saudara, para diplomat, untuk diperjuangkan pada tingkat global, saya ingin mengingatkan kepada saudara-saudara, pada kita semua tentang hakekat, peran dan tugas saudara dalam dunia diplomasi, dalam mengimplementasikan politik, dan kebijakan luar negeri kita. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah what is foreign policy?, what is diplomacy ?, kita sedang mempraktekkan, saudara sudah masuk dalam wilayah itu, tapi sekali-kali kita perlu melakukan refleksi supaya apa yang saudara lakukan kadang-kadang dengan intensitas yang sangat tinggi tidak kehilangan arah, tidak disoriented, dan betul-betul efektif mencapai tujuan dan sasaran yang kita kehendaki.

Sesungguhnya diplomacy itu adalah bisa disebut means, bisa disebut ways to achieve end. Diplomasi, kebijakan luar negeri kita pastikan berorientasi untuk mendukung, menunjang, mencapai kepentingan nasional kita, our national interest. Foreign policy akhirnya bisa berkaitan dengan goals by use, bagaimana kita berinteraksi dengan masyarakat dunia, dengan negara-negara sahabat. Foreign policy juga choices, decisions and choices, apa yang kita pilih untuk memperjuangkan kepentingan itu dengan pihak-pihak tertentu, baik bilateral, regional maupun multilateral. Foreign policy juga berkaitan dengan cost, seberapa besar kita mampu, mau untuk mengeluarkan cost itu to achieve objectives, to achieve goals. Karena ini tidak unilateral, kita berinteraksi dengan pihak lain, sekali lagi baik bilateral, regional maupun multilateral maka foreign policy is also about relational dalam arti kita berkepentingan untuk memiliki proses dan output yang sama-sama baik. Tidak cukup berhenti diproses, manakala output-nya tidak nyata. Output biasanya berkaitan dengan proses yang kita lakukan, upaya, ikhtiar, taktik, approach dan lain-lain.

Oleh karena itu betapa pentingnya diplomasi yang kita lakukan, maka saya mengingatkan kepada saudara semua, kita semua, saya juga menjalankan misi diplomasi, Menteri Luar Negeri tentu, saudara-saudara, kita semua harus tetap memiliki spirit, toughness, arts and skills. Tidak boleh tanggung-tanggung, tidak boleh setengah bisa setengah mampu, harus bisa harus mampu dengan tapi itu, kita harus sadar the circumstances itu very-very challenging sekarang ini, dan juga dunia tempat kita hidup ini juga terus berubah, continously changing. Oleh karena itu diperlukan satu kreativitas, inovasi, pikiran-pikiran baru, thinking outside the box, sehingga apapun yang terjadi, sedinamis apapun perkembangan dunia, kita tidak kehilangan arah, tahu tujuan, dan kita bisa memperjuangkan dan mencapai tujuan itu.

Saudara-saudara,

Saya ingin juga menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengingatkan kembali, pilihan kita, haluan kita, basic principles kita dalam menjalankan politik luar negeri dewasa ini. Pertama-tama kita tetap menjalankan politik bebas dan aktif, active and independent foreign policy. Yang kedua karena dunia tidak lagi ditandai dengan blok barat, blok timur, non-blok, sebagaimana yang ada dalam tatanan, order, perang dingin dulu, sehingga mendiang Bung Hatta menyatakan kita menjalankan kebijakan luar negeri seperti mendayung di antara dua karang. Maka sekarang ini tetap dalam semangat dan prinsip politik bebas dan aktif, kita mengembangkan all directions foreign policy kita.

Yang ketiga masih dalam bingkai prinsip, kebijakan luar negeri yang kita kembangkan, kita mengembangkan sekaligus, direct and indirect approach. Dan kemudian berkali-kali saya sampaikan mari kita gunakan soft power. Soft power, sering, sangat atau lebih efektif dibandingkan dengan hard power. Kalau kita lihat perkembangan global pun juga demikian, ada negara yang memiliki direct approach, hard power, mau jadi kawan atau mau jadi lawan, ada seperti itu. Langkah yang pertama-tama soft power approach lama-lama digunakan hard power-nya juga, ada juga saya kira banyak pengalaman kita mengelola hubungan antar bangsa seperti itu. Ada yang memilih be nice to everybody, ok-ok saja, baik-baik saja. Rakyat dari choices negara-negara lain dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya masing-masing dalam forum hubungan antar bangsa.

Sekali lagi kita sudah punya pilihan, yang saya sampaikan tadi itu, active an independent forum policy, all directions forum policy, kombinasi antara direct and indirect approach kemudian soft power first. Seelok-eloknya kita menyelesaikan masalah dengan mengedepankan soft power dan kita buktikan dalam menyelesaikan permasalahan di dalam negeri pun dengan soft power approach ternyata banyak yang lebih berhasil dibandingkan menggunakan pendekatan tradisional seperti dulu, security approach yang berlebihan.

Saudara-saudara,

Dengan refleksi dan review dari semuanya itu maka bagian kedua, bagian terakhir dari pembekalan saya ini berkaitan dengan apa saja yang mesti kita perjuangkan pada tingkat global. Saya menggunakan istilah nation’s style order. Saudara tahu goals, mengerti nations, selebihnya silahkan dikembangkan sesuai dengan circumstances, sesuai dengan pilihan-pilihan mana yang mau dilakukan dalam mencapai kepentingan kita dalam hubungan bilateral, regional maupun multilateral.
Pertama-tama yang saya ingin dikontribusikan oleh saudara, oleh para diplomat berkaitan dengan kepentingan ekonomi, economic interest, investors, Saudara tahu bahwa kita memerlukan investasi, recources kita, sumber daya alam, dan sumber daya yang lain sesungguhnya cukup tersedia, cukup banyak bahkan dibandingkan negara-negara yang lain, we need investment, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Saudara tahu, tahun 2005 pernah kita hitung untuk infrastructure building diperlukan dana yang besar. Setelah kita hitung kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara in this five years dari kemampuan kita fiskal kita, ditambah dengan kemampuan usaha dalam negeri, private sectors di dalam negeri, itupun belum cukup untuk membangun bandara, pelabuhan, jembatan, listrik dan lain-lain. Oleh karena itu mari kita lakukan langkah-langkah yang sinergis untuk betul-betul mendapatkan investasi yang lebih nyata lagi. Saudara Lutfi dengan jajarannya juga bekerja terus untuk meningkatkan investasi ini. Tanpa bantuan, tanpa kerjasama dari saudara tentu tidak akan mendapatkan hasil yang lebih besar lagi. Saudara harus tahu apa yang diperlukan di tanah air sehingga investor patut datang dan bekerja sama di negeri kita. Jangan berpikirnya umum, jangan tidak tahu apa yang diperlukan di negeri ini. Mulailah komunikasi dengan para menteri-menteri ekonomi, apa yang diperlukan. Dengan demikian ketika saudara bertemu dengan private sectors di negara akreditasi, Saudara bisa fokus. Jangan tiap kali please invest in Indonesia, apa yang diperlukan, don’t know, sayang, harus tahu apa yang diperlukan.

Kemarin saya singgah di Dubai bertemu dengan 45 investor. Pak Alwi Shihab kemarin menjadi, apa namanya, apa istilahnya, shohibul bait. Dan juga pertemuan one on one, why saya harus singgah meskipun capek sekali perjalanan sekali terbang sembilan setengah jam, sepuluh jam, sepuluh jam, karena sekarang ini, karena oil booming. Ada 1,5 trilyun Dolar Amerika Serikat dalam bentuk likuiditas yang ada di hanya enam negara Timur Tengah, JCC, Saudi Arabia, Bahrain, Yaman, Kuwait, Qatar dan United Arab Emirat itu menurut The Institute of International Finance. 1 trilyun berarti kan 9.000 trilyun rupiah katanya mau dipergunakan secara internal, ini yang kita kenal sebagai sovereignty wealth fund. Masih ada 500, 300 katanya diinvestasikan di Amerika. Rejeki nomplok. 100 billion US Dollar diinvestasikan di Eropa, 100 memang mau dialirkan di Asia baru mengalir 60 billion, jadi masih ada 40 billion. Kalau kita cerdas, kita pro-aktif, kita pandai untuk tidak menyia-nyiakan akan lebih banyak lagi mengalir ke negeri kita.

Kemarin satu hari satu malam kita bicara memastikan pembicaraan mengentaskan sesuatu yang belum bulat, kita mendapatkan bayangan sekitar 3 billion US Dollar dan akan diinvestasikan di Indonesia dan sedang berlangsung prosesnya. Alhamdulillah, meskipun lebih banyak lagi. Itu baru dari Timur Tengah. Saya kira negara-negara yang punya sovereignty wealth fund sekarang ini cukup banyak. Rusia menjadi negara kaya baru. Dubes Rusia mesti juga terus berkomunikasi dengan private sectors untuk mau invest di Indonesia. China tahu sendiri, dulunya China itu net capital importer, sekarang sudah menjadi net capital exporter. Buka channel, para Dubes, para Konjen, para Konsul dengan para Menteri terkait dan para Gubernur di seluruh Indonesia. Saya ingin ada proses yang lebih cepat, yang lebih efisien, lebih murah tidak harus berbelit-belit di negeri kita karena birokrasi yang kadang-kadang tidak tahu diri. Makin cepat, makin efisien, makin nyata, makin bagus. Buka channel of communication dengan para Menteri terkait, para Gubernur, KADIN, private sectors dan lain-lain. Jadi pertama masalah investasi.

Yang kedua masalah perdagangan. Saudara-saudara tahu, bahwa pertumbuhan, economic growth itu disumbang dari segi komponen, bukan dari sektor riil, bukan dari segi daerah, itu oleh consumptions. Comsumptions masa Orde Baru, masa Pak Harto tinggi, growth-nya tinggi. Awal krisis anjlok karena daya beli rakyat hancur. Pelan-pelan kita pulihkan sekarang consumptions sudah meningkat dan kontribusi untuk growth kita makin besar. Syukur Alhamdulillah, tahun lalu kita kembali ke 6,3 persen, karena consumptions, tapi pertumbuhan yang lebih kualitatif, yang lebih sustainable mesti ditambah dengan unsur lain, investasi, investment. Makin besar investasi growth terdongkrak naik.

Yang ketiga government expenditure, ada batasnya meskipun kami keluarkan banyak sekali tahun-tahun terakhir untuk infrastructure building, untuk growth stimulation, tapi there is a limit dari kemampuan negara menganggarkan anggarannya untuk growth. Komponen keempat adalah netto dari ekspor dan impor. Oleh karena itu ekspor yang terus berkembang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita. Pahami itu. Makin nyata, kontribusi saudara. Makin bagus, nett ekspor-impor kita maka kontribusi nyata pada growth juga makin tinggi.

Yang keempat, Saudara harus tahu trade balance. Ketika kita dengan negara sahabat, dengan negara A, Indonesia sudah pada posisi defisit, hati-hati. Cari mengapa? Apa yang kita lebih banyak impor dibandingkan ekspor? Peluang ekspor apa lagi yang bisa kita masukkan, sehingga balance-nya bisa menjadi bagus. Cari dan cari. Kemudian ada trade relations kita yang belum mencerminkan the real potentials. Masih bisa ditingkatkan lagi, cari, temukan. Karena we have to catch our true potentials. Kalau tidak sayang, sayang betul. Kita mengalami yang disebut opportunity lost. Ada. peluang tapi karena kita kurang gigih, kurang tahu, kurang rajin mencari informasi lewat saja, diisi oleh negara lain, oleh pedagang lain. Jadi dalam trade ini betul-betul lihat trade balance-nya kemudian berapa volume yang mestinya bisa kita bangun. Oleh karena itu hubungan dengan private sectors, dengan swasta, dengan KADIN ditingkatkan. Jangan pada saat KADIN datang, ketemu Dubes, ngobrol satu jam-dua jam pulang, lupa lagi. Harus ada agenda. Saya kira Atase Perdagangan ada ya? Tolong digiatkan juga. Ayo, ayo supaya banyak lagi yang bisa kita dapatkan.

Masih dengan perdagangan, Saudara tahu salah satu yang dicemaskan oleh masyarakat global adalah ketahanan pangan. Banyak sekali mengapa pangan tiba-tiba harganya meroket, seperti ini. Pertama ada pengalihan komoditas pangan ke komoditas energi biofiuel seperti di Amerika, di Brazilia. Ada kebangkitan middle class dibanyak negara sehingga mereka consume more. Ada population di China dan India yang konon juga mengkonsumsi lebih banyak lagi. Ada kegagalan panen karena climate change, ada karena minyak naik, transportasi pangan naik, otomatis harganya naik. Jadi namanya itu, dua-duanya, jadi ada cost pushed inflation, ada demand full inflation. Dua-duanya ada.

Pemerintah terus melakukan upaya. Kemarin sampai sore hari kita juga terus, minggu depan akan saya undang para Gubernur seluruh Indonesia bersama Menteri terkait. Mari kita berkerja keras untuk mengatasi masalah pangan ini di seluruh tanah air. Kita ingin meningkatkan produksi, kita mengembangkan kebijakan stabilisasi harga pangan tetapi yang ingin saya sampaikan kepada Saudara ada kerjasama kita dalam perdagangan komoditas pangan, tolong diamankan. Meskipun Menteri Pertanian melaporkan kepada saya sesungguhnya Alhamdulillah dari segi beras dan gula aman. Beras kita ini bahkan meskipun harus kita pastikan stok kita cukup, sangat besar ke depan kita malah bisa ekspor setelah memenuhi kebutuhan sendiri dalam tingkat swasembada. Tetapi selalu ada dinamika. Oleh karena itu komitmen kerjasama perdagangan beras kita dengan Vietnam, dengan Thailand, kerjasama kita perdagangan dengan komoditas yang lain dengan negara-negara lain, tolong diamankan. Berikan perhatian khusus untuk kerjasama di bidang pangan. Sekali lagi yang berkaitan dengan food security. Yang pertama tadi investasi, yang kedua perdagangan. Yang ketiga berkaitan dengan tenaga kerja kita di luar negeri, overseas workers.

Saudara-saudara,

Saya, setiap berkunjung ke luar negeri selalu saya sempatkan untuk menanyakan perihal tenaga kerja kita di negara-negara itu peluang-peluangnya, perlindungan hak-hak mereka termasuk bantuan pelayanan. Menlu tadi melaporkan, saya beberapa kali datang langsung ke Kedutaan Besar kita di Malaysia untuk memastikan semua itu dilakukan. Siapa yang melindungi, yang membantu, yang melayani kalau bukan kita, kalau bukan Dubes, kalau bukan Konjen, kalau bukan Konsul, mari kita lakukan. Satu orang pun Warga Negara Indonesia mesti kita bantu dan kita layani, kita lindungi, one single Indonesian citizen. Tolong, sehingga mereka merasa Alhamdulillah negara melindungi saya, membantu saya. Yang ingin saya sampaikan cari informasi tentang peluang tenaga kerja. Cari dan cari. Pahami pasar tenaga kerja lokal. Yang diperlukan itu kriteria seperti apa, skill seperti apa, yang isi dari negara mana. Mengapa Filipina banyak? Mengapa India, Bangladesh, Pakistan banyak? Mengapa dari negara itu banyak, mengapa kita kurang, misalnya. Cari dan cari. Komunikasikan dengan Menaker, dengan Menteri-menteri terkait ada opportunity di negara yang kami bertugas tentang ini.

Kemarin di Senegal, saya berkunjung ke sebuah kapal, namanya itu? Kapal itu, Kapal Musica, empat belas tingkat kapal itu seperti hotel, ya memang mewah sekali tapi yang saya ingin ceritakan bukan kemewahannya, saya datang karena dari delapan ratus awak kapal, empat ratus putera-puteri Indonesia dengan gaji antara 1.000-2.000 US Dollar per bulan. Yang lebih membanggakan saya, saya tanya pimpinannya, kapten kapal, manajemen, mereka menyenangi, memuji pekerja-pekerja Indonesia, disiplin, sregep, tidak macam-macam tuntutannya. Senang, saya salami mereka dari Bali, dari Sulawesi Selatan, dari Jawa, dari Madura, dari macam-macam. Ini saya pesan. “Masih ada.” “Banyak Pak kapal seperti ini Pak, orang Indonesia juga banyak dan masih ada peluang.” Kalau seperti ini tolong, waktu itu berbendera Italia kapal itu. Coba, mungkin ada pekerjaan-pekerjaan seperti itu yang bisa memberikan pekerjaan kepada saudara-saudara kita. Sampai di Cape Town saya ketemu lagi ada empat puluh warga Indonesia yang ada di kapal itu tapi bukan kapal yang tadi, lebih kecil lagi. Mereka juga mengatakan, “Pak masih ada peluang.” “Senang kamu di situ?” “Senang Pak.” “Ok, betul, ”Betul, Pak?” Baik-baik ya, saya doakan bagus, bisa kirim ke rumah, ke keluarga, untuk tabungan, sehat, jaga nama baik Indonesia.”Sampai di Dubai, saya di hotel juga ada puluhan, banyak warga negara kita pada posisi yang lumayan, lulusan akademi apa di sini, begitu. There is a market. Saya dilapori Waskita Karya juga bekerja sama membangun tower, tiga tower di situ mempekerjakan 160 pekerja kita mau ditambah lagi 360. saya kira banyak sekali peluang seperti itu. Oleh karena itu tolong melalui saudara, intelejen saudara harus jalan mengetahui labour market yang ada di tempat-tempat itu untuk segera kita persiapkan kemungkinan kita mendapatkan slot di negara itu.

Saya memberikan atensi khusus kepada Dubes Malaysia, Pak Dai Bachtiar nantinya ada satu juta lebih pekerja kita. Dalam kunjungan saya kemarin adalah bilateral meeting saya, saya tajam sekali karena ada masalah-masalah meskipun ya minoritas jangan dibayangkan pekerja kita di Malaysia semuanya bermasalah, tidak. Sebagian besar, mayoritas ya baik-baik saja. Dari 2000 atau 1000 itu hanya 2 yang bermasalah, saya kira fair seperti itu. Yang saya inginkan fairness. Kalau warga negara kita salah ya memang harus mengikuti proses hukum tapi kita bantu, ada bantuan hukumnya. Tapi kalau warga negara Malaysia yang salah gak boleh kebal dari hukum. Kalau saja. Mengapa Malaysia karena sangat besar 1 juta lebih saudara-saudara kita di sana.

Kemudian Timteng dengan tadi growing economies seperti itu, itu juga opportunity. Tolong pahami dan ketahui informasi tentang pasar tenaga kerja. Saya ingin betul tenaga kerja kita ini mendapatkan peluang yang lebih besar. Saya mempersilahkan kepada rakyat Indonesia, warga negara mau bekerja di tanah air atau bekerja di luar negeri. Ini ciri-ciri globalisasi. Itu juga pilihan mereka, as a matter of choice, as a matter of profession, apa yang dia inginkan. It’s ok, yang penting baik mereka, layak dan bisa memberikan bantuan kepada saudara-saudaranya di tanah air. Masih bidang ekonomi. Yang keempat saya titip masalah upaya kita meningkatkan tourism. Lagi-lagi cari peluang. Saya diberi tahu oleh Gubernur Bali, Pak Made Bratha, tahun lalu itu dalam 10 tahun terakhir kedatangan tourism, bisnis tentang kewisataan, hunian hotel, souvenir itu terbaik. Dan yang menarik banyak sekali wisatawan dari Rusia yang datang dan belanjanya banyak. Saya pikir benar dengan harga minyak seperti ini Rusia itu biggest producer dalam oil and gas tentu akan ada rejeki nomplok. Jadi cari peluang itu dengan aktivitas Saudara, dengan promosi yang terus menerus, itu bisa ditambah mereka yang berminat datang ke Indonesia.
Kita juga harus mengaitkan dengan airlines cooperations. Kita pernah bicara dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mana Dubes Singapura. Baik, bisa kita lanjutkan lagi. Saya kemarin bicara dengan Presiden Tabo Mbeki untuk kerjasama airlines. Saya bicara dengan Perdana Menteri Samak Sundaravej kemarin datang ke sini, kita juga bicara. Bagus kalau intra ASEAN karena banyak sekali jutaan turis dari Eropa, dari Amerika datang Singapura kemudian second destination ke Thailand, ke Malaysia katanya hanya sedikit yang ke Indonesia karena belum ada kerjasama yang bagus termasuk airlines connection di antara negara-negara itu. Tolong ini jangan disia-siakan. Bantu Menbudpar, bantu Menteri-menteri terkait untuk mendapatkan peluang ini.

Satu lagi, salah satu peluang kita adalah nice business, meeting, incentive, convention and exhibition. Sejak tahun 2005 melalui Menteri, saya kira Menlu harus menyampaikan ke Saudara kalau ada yang bertanya forum apapun pada tingkat global, siapa yang sanggup menjadi tuan rumah angkat tangan dulu dan banyak sekali tahun-tahun terakhir ini international, conference, exhibition yang dilaksanakan di Indonesia memang paling banyak di Bali, but that’s ok. Kalau mereka cocok di Bali meskipun saya juga ingin di kota-kota lain, di Jakarta, di Yogyakarta, di Surabaya, di Bandung, Medan, Makasar dan lain-lain. Karena itu, begitu kita dipilih mengalir itu ya apa namanya airlines, hotel, souvenir, food, semua itu dapat. Angkat tangan. Saya baru saja angkat tangan ada namanya World Islamic Economic Forum, gagasan Malaysia, yang menjadi Chairman Tun Musa Hitam. Pertama di laksanakan di Kuala Lumpur. Yang kedua dilaksanakan di Kuwait, aturannya setelah Kuwait kembali ke Kuala Lumpur. Saya pernah minta di Indonesia nanti 2010 atau berapa. Saya bilang bisa nggak lebih cepat, akhirnya Tun Musa Hitam.” Boleh-boleh Bapak untuk Indonesia.” Jadi tahun depan Insya Allah akan di sini termasuk yang menteri-menteri kita ditanya di Jenewa, di New York, angkat tangan saja.

Kita ini bisa, sangat bisa membikin convention atau exhibition yang bagus, mohon maaf meskipun saya tidak ingin menjelekkan negara lain kadang-kadang kalau saya hadir dalam pertemuan puncak di banyak negara tidak sebagus kita. Kita ini tertib, rapih, keamanan, avenue, logistic, publication, semua itu senang, happy. Inikan modal. Daya saing, mengapa kita sia-siakan. Please, angkat tangan saja.
Ini saya baru mengirim surat ke Sekjen PBB, Ban Ki Moon untuk Saudara ketahui saya memang menggunakan hubungan pribadi saya untuk telepon-teleponan, untuk surat-suratan dengan Pemimpin Dunia. Kalau dengan PBB sejak Sekjen Kofi Annan sampai Ban Ki Moon sangat-sangat sering, ya ketemu, ya surat-suratan, ya telepon karena saya ingin makin dekat di hati mereka-mereka. Indonesia itu masuk dalam radar terus sehingga kalau kerjasama, kalau itu senang. Dan saya terus terang agak cemas dengan kenaikan harga pangan dan harga energi. Saya ingin PBB itu mengambil prakarsa bukan hanya climate change tetapi juga food and energy security.

Saya sampaikan bagus dan kalau nggak salah September di New York akan ada high level meeting on MDG’s ya Pak Marty ya? Bagus kalau back to back itu ada high level meeting on food and energy security. Tapi dalam surat saya kalau tidak bisa, tidak memungkinkan dilaksanakan di New York, Indonesia siap, garis bawah siap gitu. Karena itu juga ekonomi, itu bisnis, itu image, itu relations, segalanya. Jadi pesan saya undang saja, tidak ada yang kecewa kok, mesti happy kok. Happy. Apalagi kalau dengar di Bali, itu sekeluarganya diajak, selesai konferensi tambah dua-tiga hari. Jadi negara kita dapat. Untuk ekonomi cukup banyak tapi saya garis bawahi hanya empat tadi, Pertama adalah investment, kedua trade, ketiga Indonesian workers yang bekerja di luar negeri, yang keempat tourism.

Berikutnya lagi titipan saya untuk saudara perjuangkan dalam diplomasi adalah yang berkaitan dengan politik dan keamanan. Saudara tahu bahwa Selat Malaka langsung menembus Laut Cina Selatan ke arah Timur Utara dan menembus Samudera Hindia ke arah Timur Tengah adalah salah satu jalur pelayaran yang sangat-sangat penting. Ekonomi maupun non ekonomi. Terganggu karena kejahatan-kejahatan di lautan. Oleh karena itu kita sepakat untuk melakukan kegiatan bersama yang disebut dengan coordinated sebetulnya, security operations antara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Negara-negara lain mau ikut tadinya tapi saya bayangkan kalau kapal induk disitu, kapal-kapal yang canggih, pesawat terbang ber-seliweran di situ, it will create unnecessary problem. Oleh karena itulah meskipun kita pernah ditekan supaya menerima kehadiran negara-negara besar itu, lebih bagus kita you could contribute dengan cara meningkatkan kapasitas, lateral state capacity building. Itulah yang sekarang dilakukan. Saya ingin para Dubes yang bertugas di negara-negara untuk kerjasama ini baik yang direct security cooperations maupun yang indirect tadi, pelihara hubungan dengan baik dengan demikian tugas ini dapat kita laksanakan dengan baik.

Yang kedua, yang mengemuka juga trans national crimes, banyak. Ada illegal loging, ada illegal fishing, ada illegal minning, ada drug trafficking, ada trafficking in persons, ada terrorism dan lain-lain. Saya titip dua saja. Alhamdulillah, negara kita mudah-mudahan bisa kita pertahankan dengan pendekatan yang baik, pendekatan yang tepat maksud saya, ancaman terorisme pelan-pelan telah dapat kita kurangi. Kita ingin pertahankan. Tapi saudara tahu kadang-kadang ada interkoneksi, ada link antar negara. Oleh karena itu mari kita bekerjasama secara serius untuk mencegah kejahatan terorisme ini. Illegal loging saya berikan tekanan pada saudara, tolong. Kita ini merugi berkali-kali. Kayu kita dicuri, lingkungan rusak, banjir datang, tanah longsor merenggut jiwa dan harta masyarakat kita, lingkungan. Kayu dicuri jelas tidak ada penerimaan negara kalau dicuri, pajaknya, ininya, itunya tidak ada. Kayu curian itu dibikin furniture, dibikin yang lain, dijual dengan harga yang berlipat-lipat, added value di tempat negara lain. Orang Indonesia mungkin tidak sadar yang punya uang pergi ke Eropa, beli, bagus sekali padahal itu kayu Indonesia dengan harga beli yang berlipat-lipat.

Saya ingin betul-betul kita berantas illegal logging. Terus terang ada tukang tadahnya. Ada sindikat-sindikat internasional. Indonesia, penjahat di dalam negeri kita bekerjasama, kongkalikong dalam kejahatan dengan sindikat negara-negara tetangga. Maka teruslah membuka mata luas-luas untuk mengenali itu untuk kita tindak. Ada juga pengimpor legal kayu kita misalnya China, ada empat negara itu. Coba cek lagi nanti dari pada saya salah, ada empat negara. Tapi yang jelas China kalau nggak salah, satu Korea Selatan. Itupun sudah kita sampaikan, pastikan yang beli itu betul-betul yang legal. Ada pendapat begini, “Itu salah Indonesia, kami kan beli saja, kita tidak perduli itu legal atau tidak legal yang penting masuk ke wilayah internasional itu kita anggap sah.” Padahal kalau kita tahu itu kayu curian atau kita beritahu, eh, jangan itu kayu curian kan tidak bisa. Tukang tadah kan kena kan sebetulnya kalau itu barang curian. Tapi point saya adalah teruslah melaksanakan kerjasama sedekat-dekatnya untuk mencegah pencurian-pencurian kayu dan perdagangan kayu illegal itu.

Yang ketiga masih berkaitan dengan politik dan keamanan, saudara tahu ada ASEAN Community dengan charter yang baru ini dan salah satu dari community ini adalah ASEAN Political and Security Community. Mari kita melakukan kerjasama seerat-eratnya. Jadi ya kita harus memberikan pengertian kepada rakyat Indonesia bahwa kerjasama pertahanan itu diniscayakan, bahkan dalam ASEAN Charter juga menjadi bagian. Jangan dianggap wah ini kok kerjasama dengan asing, dan seterusnya, dan seterusnya. Mari kita didik diri kita sendiri untuk paham mengenai kerjasama internasional ini tapi pastikan pula bahwa kerjasama ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi tentara kita, bagi upaya pertahanan kita. Menhan juga terus melakukan langkah-langkah diplomatik baik dengan Australia, dengan tetangga-tetangga ASEAN, dan lain-lain kerjasama yang betul-betul membawa manfaat bagi bangsa kita. Bukan bagi bangsa lain, bukan bagi pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

Yang keempat adalah berkaitan dengan diplomasi Saudara di bidang kerjasama teknologi, pendidikan dan kebudayaan. Pastikan bahwa kerjasama itu bisa juga memberikan manfaat secara ekonomis. Pastikan pula kita bisa meningkatkan research and development kita. Kita masih lemah, kita masih tertinggal dengan negara-negara sahabat baik untuk teknologi yang maju maupun teknologi terapan termasuk pertanian, agrobisnis, agroindustri, dan lain-lain. Oleh karena itu pandai-pandailah mencari peluang untuk kerjasama research and development ini. Pastikan pula dengan kerjasama pendidikan, teknologi ini, human capital kita makin ditingkatkan. Terus terang kemarin saya bangga waktu di Dubai tenaga kerja kita ini banyak yang skill, insinyur dengan karya yang bagus. Saya pernah berkunjung ke Microsoft Headquarter di Seattle ketemu dengan putra-putri kita yang bekerja di Microsoft cerdas-cerdas, muda-muda, human capital. Kalau kita punya banyak seperti itu dan suatu saat mereka berkarya lebih nyata di dalam negeri maka kita akan seperti India, punya human capital yang luar biasa, yang bisa menggunakan, mendayagunakan membangun, kita punya national resources yang harus lebih kita tangani sendiri oleh anak bangsa sendiri, putra-putri terbaik kita. Dan yang terakhir menyangkut teknologi, pendidikan dan budaya. Lakukanlah untuk membangun citra yang baik, image building. Banyak sekali kesalahan persepsi tentang Indonesia. Kemarin saya menerima Duke of York, Prince Andrew dalam kapasitasnya sebagai special envoy on investment of The United Kingdom. Setelah keliling-keliling, beliau mengatakan kepada saya, “Mr. President kalau saya boleh bicara mestinya yang dinamakan BRIC emerging economies, B-nya itu Brazil, R-nya itu Rusia, I-nya itu India, C-nya itu China, kata beliau menjadi BRICI betul ya, jadi dua I, Brazil, Rusia, India, China and Indonesia. Jadi selama ini banyak persepsi, wah Indonesia ini kacau, kerusuhan-kerusuhan, kekerasan, banyak terorisme, korupsinya tidak pernah bisa dikurangi, rusak sana, rusak sini, don’t go to Indonesia. Kalau itu terus kita biarkan, berdosa kita, salah kita. Maka itu di ujung depan, di front paling depan, please do something, do more in building the true image of Indonesia. Seperti itu.

Ini kalau jadi, Insya Allah kita akan diundang untuk pertama kali ada pertemuan G8. Saya kira Saudara tahu G8 itu sebutkan mana saja, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Amerika, Brazil masuk dulu G7, dua lagi mana, Canada, Jepang. G8. Sekarang mengundang other countries yang diundang yang BRIC tadi itu, Brazil sudah masuk India, China, Indonesia diundang, Australia, Mexico, South Korea, South Africa. Ini pertanda yang baik sebetulnya kalau kita sudah mulai ada G8 plus 8 meskipun saya belum tahu agendanya apa, it will be in July, could be have in Tokyo this year. Mudah-mudahan membawa kebaikan, membawa opportunity baru bagi Indonesia.

Saudara-saudara,

Isu yang setelah ekonomi, politik, keamanan, teknologi, pendidikan dan budaya, saya masuk ada special issues supaya saudara dengar langsung dari saya di samping dari Menlu apa garis kebijakan Pemerintah atau Presiden dalam mengelola isu-isu itu. Pertama Palestina, jelas komitemen dan tekad bangsa kita mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat. Kita tahu negara itu berdiri, hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara tetangganya. Oleh karena itu ketika ini deadlock, terganggu, maju, berhenti lagi, deadlock lagi, Indonesia tidak boleh berhenti, kita harus keras, terus ikut berikhtiar untuk menuju ke kemerdekaan Palestina itu. Kita dengar ada pertemuan di Annapolis dari segi politik, keamanannya, ada pertemuan di Paris dari segi pengaliran dana dan Insya Allah Indonesia dan Afrika Selatan akan menjadi Co Chairman dalam menyelenggarakan Asia-Afrika Conference on Capacity Building for Palestine. Mari kita sukseskan.

Yang kedua Irak, posisi kita sebagaimana pernah saya sampaikan kepada Presiden Bush dan kepala-kepala pemerintahan yang lain yang terbaik tentunya dan seharusnya pada akhirnya nanti persoalan Irak diselesaikan oleh bangsa Irak sendiri. Oleh karena itulah step yang terbaik, track yang terbaik pertama adalah rekonsiliasi nasional dengan dukungan dunia, setelah itu penarikan pasukan koalisi dari Irak. Dan yang ketiga adalah tentu sesuai dengan perkembangan situasi dan keinginan Irak sendiri bisa digantikan oleh kehadiran pasukan-pasukan keamanan bukan untuk berperang tapi untuk menjamin keamanan, jadi peace keeping agar proses nations building, proses rekonsiliasi dan proses pembangunan kembali ekonomi Irak after conflict itu bisa dilaksanakan.

Myanmar, Saudara tahu suka dibawa ke human right council, security council, ASEAN bekerja, Sekjen PBB mengirimkan special envoy, Professor Ghambari, posisi kita sangat jelas. Pertama kita dukung misi Sekjen PBB. Kita bagian dari ASEAN, kita engage Myanmar untuk betul-betul menjalankan apa yang direncanakan Myanmar sendiri dan diinginkan dunia. Let’s talk the business, untuk saudara ketahui Indonesia melaksanakan engagement, relations dan saya sendiri memelihara komunikasi pribadinya, surat-menyurat dengan Jenderal Than Shwe agar Myanmar tidak merasa ditekan terus, tapi juga kita berikan dorongan. Tujuannya sama, road to democracy dijalankan yang dijanjikan Myanmar tahun ini referendum konstitusi, tahun depan election betul-betul terwujud sama dengan yang diinginkan dunia, kita dorong. Tapi juga ingin democratization yang dilaksanakan di Myanmar itu, tetap mempertahankan stabilitas dan persatuan nasional mereka. Jadi dalam hal ini kita gunakan soft power. Ketika saya ditanya oleh banyak pihak, Indonesia tetap kita berperan, tapi kita gunakan soft power, bukan hard power. Sekjen PBB secara khusus meminta Indonesia, meminta saya, Menlu untuk melakukan peran yang lebih dibandingkan, katakanlah Pemimpin ASEAN yang lainnya.

Nuklir Iran, Saudara tahu bahwa posisi Indonesia adalah mendukung pengembangan nuklir untuk kepentingan damai. Yang kedua, apabila ada indikasi atau informasi pengembangan nuklir itu menyimpang, bukan untuk kepentingan damai yang bisa dilihat dari segi technicalities-nya, teknologinya, permesinannya, maka Indonesia berpandangan IAEA yang berperan untuk melakukan entah investigasi, entah konsultasi, entah apapun untuk memastikan bahwa tidak ada penyimpangan dalam pengembangan nuklir untuk kepentingan damai itu. Dan Indonesia menyangkut nuklir Iran berpendapat bahwa lebih bagus diteruskan dialog dan negosiasi daripada menggunakan cara-cara lain semacam cara militer ataupun sanksi yang berlebihan.

Indonesia pernah mengambil posisi mendukung resolusi dengan argumentasi dan reasoning pada saat itu. Kemudian kemarin dari 15 negara anggota, baik tetap maupun tidak tetap PBB, 14 setuju resolusi, Indonesia abstain. Kali ini kita tidak bersama-sama yang lain, karena justru IAEA mengatakan ada langkah maju atau progress dan bisa dilanjutkan dengan Iran. Oleh karena itu, ya lanjutkan, jangan buru-buru kita keluarkan resolusi baru. Itu pendapat Indonesia. Saudara Marty Natalegawa juga memberikan explanation before the vote, betul ya waktu itu. Waktu saya berkunjung ke Teheran atau Iran bertemu dengan Presiden Ahmadinejad, saya jelaskan posisi Indonesia, meskipun saya juga minta beliau lanjutkan kerjasama dengan IAEA. Ada tawaran dari EU Trade + 3, saya kira bagus untuk dilaksanakan komunikasi. Yang penting supaya tidak misunderstanding, tapi betul-betul juga dipastikan pengembangan nuklir ini untuk kepentingan damai. Kita clear, kita rasional dan kita jernih. Itu yang kita lakukan.

Kosovo, saya di-approach oleh PBB, oleh Mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari, oleh Pemerintah Serbia, apalagi Menlu. Posisi Indonesia sudah saya jelaskan bahwa kita belum memberikan perhatian kepada Kosovo, kita masih mengikuti perkembangan. Ada 2 hal, Indonesia menghormati kedaulatan dan keutuhan teritorial sebuah negara, itu pertama. Dan ini bagi Kosovo berlaku seperti itu. Yang kedua, namun demikian Kosovo adalah persoalan Balkan, persoalan formal Yugoslavia yang nampaknya belum settle betul, masih ada proses lanjutan. Saya pernah bertugas di Bosnia dulu, jadi proses bagaimana Slovenia, Kroasia, Bosnia Herzegovina, Serbia, Montenegro, Pasedonia, Kosovo sendiri melaksanakan proses disintergrasi. Kita lihat itu bagian dari proses yang belum settled. Oleh karena itu, pandangan Indonesia lebih bagus, negotiation, dialogue, talks sampai betul-betul ada kerangka yang lebih bagus, yang paling bagus. Apabila nanti pada saatnya kemerdekaan Kosovo, Kosovo adalah yang terbaik, kita akan memberikan pengakuan kepada kemerdekaan Kosovo. Tapi sekarang masih terus berlangsung pengamatan itu dan harapan kita betul-betul ada settlement yang bagus.

Banyak yang salah mengerti letak Kosovo ini apa, apa berkaitan Islam dengan non Islam. Kosovo adalah persoalan, lebih banyak persoalan Eropa. Oleh karena itulah, kita berharap bangsa-bangsa Eropa lebih take charge, kemudian bisa mencari solusi yang terbaik untuk Kosovo. Ini posisi kita. Tidak boleh dikatakan, kita tidak akan pernah mengakui Kosovo, tidak. Tapi juga tidak boleh dikatakan, bahwa kita harus segera mengakui Kosovo, biarkan proses berlangsung, kita terus mengikuti dari dekat sampai nanti kita tahu yang terbaik seperti apa. Saya sudah mengeluarkan statement beberapa minggu yang lalu, kalau memang kemerdekaan Kosovo is the best, Indonesia tentu akan memberikan pengakuan. CTF, Saudara tahu bahwa PBB dulu untuk menyelesaikan sisa atau ekor masalah Timor Timur, Timor Leste dengan membentuk The Commission of Experts, yang intinya justice, yang intinya membuka kembali pengadilan, yang intinya Indonesia mestinya, siapa yang bertanggung jawab, disebut seorang Jenderal harus bertanggung jawab untuk itu semua. Pilihan kita bukan itu, karena kami sepakat bahwa di masa depan Indonesia dan Timor Leste ingin betul-betul menjalin persahabatan yang bagus. Kita mengambil hikmah dari masa lalu, kedua bangsa menjalin hubungan yang baik. Itu pilihan kita. Oleh karena itulah, waktu itu Presiden Xanana, Perdana Menteri Mari Alkatiri, Menteri Luar Negeri Ramos Horta waktu itu bersama-sama kita bersepakat dan kita fight dalam tanda kutip ke dunia, kita meyakinkan berkali-kali ke PBB, negara-negara sahabat. Kami berharap bukan COE, tapi CTF, The Commission of Truth and Friendship. Truth and friendship adalah our choice untuk menyelesaikan itu. Ini masih berjalan dan mudah-mudahan bisa mengakhiri masa lalu dengan baik. Dengan demikian, sebagai negara bertetangga ke depan, kita bisa menjalin hubungan yang baik.

Isu lain mengenai forum OIC, the Organization of Islamic Conference. Kemarin kita bertemu di Senegal, tonggak baru, karena kita mengukuhkan hasil dari pertemuan Makkah pada tahun 2005, Makkah Summit in 2005. Kita juga meresmikan piagam baru dari OIC dan ada ten years atau action plan dari OIC. Semangatnya bagus, karena kami ingin masyarakat Islam ini berkontribusi secara baik pada persoalan dunia. Solusi, bukan masalah, mengembangkan sikap-sikap yang tolerance, yang peaceful, yang mengedepankan harmoni, dialog dan lain-lain. Kemudian juga saya senang adalah ada kesadaran Pemimpin OIC untuk memobilisasi dana sesuai dengan kemampuan negara masing-masing membantu umat, membantu negara-negara Islam yang memerlukan bantuan. Jadi menurut saya arahnya bagus, trend-nya makin bagus, Saudara-saudara yang bertugas di negara-negara anggota OIC, mari kita terus jalankan kebersamaan baru seperti ini. Berikutnya lagi adalah masalah peace keeping operation. Kemarin saya bertemu dengan Presiden Mahmoud Abbas dari Palestina, saya bertemu dengan Perdana Menteri Libanon, saya bertemu dengan Presiden Sudan Bashir, saya bertemu dengan Acting Perdana Menteri Bangladesh. Presiden Sudan ingin agar rencana kita untuk men-deploy 140 Kepolisian itu bisa ditambah, di-double-kan, diduakalikan. Perdana Menteri Libanon juga ingin ada tambahan pasukan, walaupun sudah banyak kita di sana, perbatasan Israel-Libanon kita berjaga, minta tambah 90 Polisi Militer, Insya Allah bisa kita penuhi.

Saudara harus tahu bahwa kita harus selalu siap dan seelok-eloknya bisa ikut berkontribusi bagi penyelesaian konflik bersenjata dengan menugaskan pasukan pemelihara perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Syarat-syaratnya untuk initial talk bagi Saudara-saudara adalah di bawah bendera PBB atau format yang lain seperti misi perdamaian di Filipina Selatan. Yang kedua, disetujui atau atas permintaan negara yang bersangkutan. Ini the principle of consent. Yang ketiga, kita mengemban tugas tidak mengunakan chapter 7, tapi chapter 6, jadi tidak menggunakan force bukan untuk perang, tapi peace keeping. Yang keempat, kita punya kemampuan, dan tentunya sebagai Presiden, tidak mungkin saya lepaskan prajurit kita kalau resikonya sangat-sangat tinggi. Itulah pertimbangan kita, tapi the point is kita harus siap sedia dan kita bisa berkontribusi. Alhamdulillah, keadaan dalam negeri makin baik, jumlah batalyon TNI atau Kepolisian untuk tugas di Aceh, dulu di Maluku, Maluku Utara, di Poso, di Papua, sekarang sudah sangat-sangat berkurang, tinggal sedikit sekali. Kita bisa melakukan pembinaan yang baik, latihan yang baik, termasuk penugasan pada peace keeping operation di banyak tempat di dunia ini.

Berikutnya lagi masih special issues adalah East Asia Forum. Saudara tahu ada Forum ASEAN, ada Forum APEC, ini ada Forum East Asia. Dulunya memang yang lebih banyak menyuarakan Malaysia, jaman Perdana Menteri Mahatir Muhamad, Pak Mahatir dulu. Dalam perkembangannya dilanjutkan, 2, 3 tahun yang lalu kita matangkan dan memang dulu dikehendaki ASEAN + 3 sebetulnya, yaitu China, India and South Korea, Indonesia, Jepang. Sudah berapa? Jepang, China, South Korea. Saya bilang apa tadi? Oh India belum-belum. Jadi ten plus three. Nah terus dalam perkembangannya, Indonesia, saya sendiri menginginkan Australia sama Selandia Baru masuk. Pikiran saya bukan East Asia, tapi the greater East Asia yang membentang dari Korea, Jepang, all way down to Australia, New Zealand, akhirnya India juga masuk. Why? Saya ingin mungkin belum era kita, mungkin 10 tahun lagi, 15 tahun lagi dengan kebangkitan Asia Timur, the greater East Asia ini, bagian Timur Indonesia, mulai dari Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua, itu ikut terangkat karena di sebelah Selatannya ada Australia dan ada Selandia Baru. Kalau itu tidak masuk, kita dianggap pinggir, halaman belakang. Saya khawatir yang menjadi prioritas, menjadi agenda yang dekat-dekat Malaysia dan sekitarnya di situ. Saya ingin Indonesia tidak di pinggir, Indonesia relatif in the center, dengan demikian bagus, karena kita juga mendapatkan manfaat yang nyata. Mungkin tidak bisa terwujud dalam 1, 2 tahun, tapi in the long run, saya percaya itu bisa kita dapatkan.

Dua lagi adalah masalah climate change. Sekjen PBB ingin ada forum segilima, Sekjen PBB, Presiden Indonesia, Presiden Polandia, Perdana Menteri Denmark, dan namanya Chief Executive dari UNFCCC Yvo de Boer yang di New York itu untuk mematangkan persiapan membikin protokol baru after Kyoto Protocol. Saudara tahu, tahun depan, bukan tahun depan, tahun ini UN Conference on Climate Change akan dilaksanakan di Warsawa, tahun depan di Kopenhagen. Ini akan menjadi tonggak. Di situlah kita punya draft, punya framework, punya design untuk menggantikan Kyoto Protocol dan Indonesia dianggap salah satu player. Dan Alhamdulillah, Bali kemarin berhasil. Tidak terbayangkan, bersyukur betul hampir gagal, hampir deadlock, tapi karena kegigihan kita, akhirnya berhasil, Australian joined the club, Amerika joined the concensus yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Tetapi masih panjang, oleh karena itulah, saya minta Saudara-saudara yang bertugas di, yang di Warsawa siapa, yang di Poland? Lalu yang di Denmark siapa? Mari kita pastikan bahwa, mohon maaf ya ini oleh-oleh dari kunjungan kemarin ke Timur Tengah sama Afrika jadi batuk. Minta maaf. Kita sukseskan. Dan climate change begini Saudara-saudara, ada yang kacamata kuda. “Hai Indonesia, jangan disentuh hutannya.” Jangan disentuh hutannya, saya bilang darimana cara berpikir seperti ini. Bagi Indonesia hutan itu ada 2 dimensi, satu untuk mensejahterakan rakyat dengan membangun hutan yang baik, best practice, berguna untuk negara, berguna untuk saudara kita yang ada di sekitar hutan, berguna untuk daerah, development objectives. Yang kedua, we know kalau hutan kami rusak, juga banjir, juga macam-macam, kebakaran, ada tanah longsor, air susah. Oleh karena itu, kita akan menjaga hutan-hutan kita baik-baik, sangat serius. Saudara tahu gerakan penghijauan, puluhan juta kita tanam untuk itu, environmental objectives.

Ada twin objectives, ada tujuan kembar kita, pembangunan dan lingkungan. Itulah yang kita perjuangkan. Saya minta bantuan Saudara-saudara karena ada hitung-hitungannya, orang kalau melihat hutan tropis seperti Indonesia, namanya hutan hujan tropis, itu wah ini, hutan ini kalau kebakaran keluar asap, menambah CO2 makin dikurangi hutannya, deforestation makin tidak selamat, tidak ada carbon capture. Indonesia sesungguhnya berjuang habis-habisan untuk lebih banyak menangkap karbondioksida itu, sehingga selamat atmosfir kita dengan cara reforestation. Untuk itu, kita butuh technology, kita butuh finance, kita butuh cooperation. Kami, saya, Menlu, semua, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Kehutanan sudah bicara dengan beberapa Pemimpin Dunia, Norway, Jepang, Korea Selatan, Australia untuk itu. Saya minta Saudara-saudara mengikuti dan menindaklanjuti. Dari kita dapat, ada carbon credit, kita dapat uang untuk mengelola, sehingga dunia, bumi berterima kasih, terima kasih Indonesia, yang punya hutan nomor 2 di dunia, setelah Brazilia yang menjadi paru-paru dunia, membikin segarnya udara kita. But there is no free lunch, itu justice. Indonesia masih punya kewajiban mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran, membangun infrastruktur dan enggak mungkin kita mengeluarkan biaya yang besar untuk itu, karena yang menikmati dunia, ya harus ada partnership, ada cooperation. Saya minta Saudara juga aktif, nanti Menlu berkoordinasi dengan Menhut, Lingkungan Hidup memberikan misi, berikan keterangan negara-negara mana yang sekarang kita sedang menggalang kerjasama itu.

Yang terakhir masalah film “Fitna”. Ini ada Pak Duta Besar Belanda kita, Pak Fani Habibie di sini. Belum lama ini saya menonton film “Ayat-ayat Cinta” bersama para Duta Besar Negara Sahabat yang ada di Indonesia dengan para wartawan. Baru saya melihat film “Ayat-ayat Cinta” kebetulan mengangkat nilai-nilai Islam, perilaku Islam, yang ingin menggalang persahabatan dengan peradaban lain yang peaceful yang ini, yang itu, tiba-tiba muncul berita dengan cepat masalah film “Fitna”. Saudara tahu tanggapan Sekjen PBB, tanggapan Pemimpin Dunia, tanggapan Pemimpin Indonesia, meskipun saya juga berterima kasih pada Perdana Menteri Belanda yang sesungguhnya sudah ingin mencegah sejak awal, tapi tidak mampu karena bandel si Wilders, si politisi Belanda ini, tetap seperti itu. Sekarang pun masih berusaha untuk menghentikan penayangan itu. Saya juga berterima kasih kepada Duta Besar Belanda untuk Indonesia dan warga Belanda yang juga menolak film itu. Saya berterima kasih kepada tokoh-tokoh agama di Indonesia, semua agama ada, menolak film itu.

Akhirnya karena saya merasa kalau ini ada tidak ada policy yang firm, tindakan tegas Pemerintah dari saya. Bisa menjadi ajang perpecahan kerukunan umat beragama di Indonesia, bisa kalau reaksinya berlebihan menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban umum yang akan hanya merugikan kita, membikin iklim tidak bagus, terganggu lagi, ekonomi, investasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dengan tegas kita melarang masuknya film itu dan melarang penayangan film di dalam negeri. Kita mencekal politisi Geert Wilders. Kita meminta Pemerintah dan Parlemen Belanda untuk tetap berusaha untuk menghentikan penayangan itu. Kita menghimbau pada media internasional, jangan menayangkan film itu, karena bertentangan dengan semangat kita untuk building harmony among civilization, untuk membangun dialog antar agama, antar peradaban. Jadi dengan demikian, harapan kita bisa menjadi pelajaran besar di dunia, there is not absolute freedom. Dari charter manapun tidak kena, termasuk dari Undang-Undang Dasar kita, dari the universal declaration of human right juga tidak kena, dari covenant political atau social right juga tidak kena. Jadi itu dan saya menghimbau saudara-saudara kita tenang. Ya kalau terpaksa unjuk rasa, lakukan secara tertib, tapi jangan merusak, jangan destruktif, karena itu akan merugikan kita sendiri, bukan siapa-siapa, si Wilders, saja tenang-tenang saja barangkali di Belanda. Tetapi kita yang menjadi susah. Jadi harus jelas, harus clear seperti itu.

Itulah saudara-saudara, sebelum saya akhiri, kepada para Diplomat, Saudara semua, ada 4 hal yang saya tekankan, ini merupakan directions dari saya, tolong dijalankan. Pertama, pahami garis kebijakan nasional. Dengan saya jelaskan posisi Presiden tadi, posisi saya, dengan mendengarkan directions dari Menlu, saudara akan bisa melakukan diplomasi all out sesuai dengan sekali lagi kebijakan dasar politik luar negeri kita.

Yang kedua, cari dan cari peluang, opportunities, alirkan sumber-sumber pembangunan, sumber-sumber kemakmuran dalam era globalisasi ini untuk kepentingan Indonesia. Saya sudah jelaskan satu per satu. Saudara harus menjadi opportunity seekers, pencari peluang. Opportunity seekers berbeda dengan oportunis.

Yang ketiga, bukalah channel dengan Menteri terkait, dengan Gubernur di Indonesia ini. Setelah channel dibuka, diaktifkan, jangan dibuka terus 2 tahun lagi baru telpon lagi, bukan, aktifkan.

Yang keempat, Saudara harus hands on. Saya saja sebagai Presiden hands on, bukan di belakang meja, bukan tahunya beres, bukan yang penting saya tetapkan kebijakan, strategi, silakan jalan, tidak. Saya ikut bertanggung jawab, saya masuk dalam prospek sampai sasaran dicapai, hands on. Menlu juga, Dubes harus hands on, jangan enggak kemana-mana, nulis buku, baca, menghitung hari, jangan, dan lakukan approach yang correct, jangan malah saudara dibenci oleh Kepala Negara, Kepala Pemerintahan di negara itu.

Saya punya pengalaman Saudara ya, waktu masih Menteri Pertambangan dan Energi dan banyak sekali Dubes datang itu, dengan gaya masing-masing, dengan bahasa masing-masing. Ada seorang Dubes datang ke saya dengan bahasa, language matters, bahasa approach, datang sekali, langsung bekerja, saya, hubungi sana, sini, masalahnya solved. Tapi ada juga, justru yang membikin masalah lebih lebar lagi, karena bahasanya, karena pendekatannya, karena macam-macamnya.

Waktu saya menjadi Menko Polkam sama Dubes, begitu juga, ada yang part of the solutions, ada yang part of the problem. Presiden agak jarang sekarang, meskipun sekali-kali masih. Saudara juga harus tahu culture-nya, language-nya, siapa pribadi pemimpin itu, siapa pribadi Menteri itu, gunakan bahasa, gunakan pendekatan yang bagus. Hands on and correct approach, correct. Ada Dubes di Indonesia beberapa tahun yang lalu keras, kasar misalkan, mengancam, ya mana ada negara mau diancam, dikerasi, dibegitukan, demikian juga saudara. Soft power, language, approach. Saya tidak tahu yang dilaksanakan oleh Pak Duta Besar untuk Afganistan, Pak Herman Hidayat waktu kita ikut andil membebaskan sandera Korea Selatan dulu. Saya pikir juga yang penting bahasanya pas, pendekatannya tepat, sehingga Alhamdulillah akhirnya kita bisa membantu Korea Selatan melepaskan sandera-sandera itu. Dan banyak lagi yang bisa kita lakukan.

Saudara-saudara,

Itulah saya sampaikan. Kalau itu merupakan directions, laksanakan. Kalau itu merupakan refleksi, jadikan perhatian, pemikiran dan pedoman di dalam menjalankan tugas Saudara yang sangat penting.

Akhirnya dengan harapan, pesan, dan arahan seperti itu, dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Rapat Kerja Departemen Luar Negeri Tahun 2008 dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Sekian.

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.


Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI