PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA, DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, 5 JUNI 2008

 
bagikan berita ke :

Kamis, 05 Juni 2008
Di baca 1163 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
PADA TANGGAL 5 JUNI 2008

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,


Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati, Saudara Menteri Negara Lingkungan Hidup, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para mantan Menteri, dan para anggota Dewan Pertimbangan Presiden,

Yang Mulia para Duta Besar Negara-Negara Sahabat dan para Pimpinan Organisasi-Organisasi Internasional,

Saudara Gubernur DKI Jakarta, para Bupati dan Walikota, para Peraih Penghargaan Kalpataru, Adipura, Adiwiyata, dan Penyusun Status Lingkungan Hidup Terbaik Tahun 2007, para Pejuang dan Sukarelawan Lingkungan,

Hadirin sekalian yang saya muliakan.

Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Kita juga bersyukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta'aala karena hari ini dapat hadir untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2008. Oleh karena itu, mengawali sambutan saya pada hari yang sangat penting ini, saya ingin mengucapkan selamat dan penghargaan kepada para Peraih Penghargaan. Yang pertama, kepada Ibu Negara, Menteri Kehutanan, dan rakyat Indonesia atas penerimaan Certificate of Global Leadership. Sertifikat itu berbunyi, di samping kepada Ibu Negara dan kepada Menteri Kehutanan, juga kepada the people of Indonesia. Jadi, rakyat Indonesia patut mendapatkan pujian karena kerja kerasnya untuk menanam dan memelihara pohon yang termasuk 10 terbaik di dunia.

Yang kedua, saya juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup dan kepada Delegasi Indonesia pimpinan Bapak Emil Salim atas capaian dan prestasi pada Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Denpasar, Bali tahun lalu. Saudara tahu, bahwa Konferensi Bali dan Bali Road Map salah satu tonggak penting untuk makin efektifnya kerjasama dunia mengelola climate change dan mencegah atau mengurangi global warming. Oleh karena itu, kita senang karena kita telah menjadi tuan rumah dalam Konferensi yang penting itu dengan hasil yang baik. Dan tentunya, yang sangat utama adalah ucapan selamat, terima kasih, dan penghargaan saya kepada semua tadi yang menerima penghargaan, baik Kalpataru, Adipura, Adiwiyata maupun Penyusun Status Lingkungan Hidup DaerahTerbaik Tahun 2007.

Hadirin yang saya hormati,

Tema Perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini adalah, ini dalam Bahasa Inggris yang dirumuskan oleh Badan Lingkungan Hidup Dunia, United Nations Environment Program, yaitu Carbondioxide, Kick The Habit Toward A Low Carbon Economy, yang kita terjemahkan dan kita rumuskan kembali untuk Indonesia, Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran Lingkungan. CO2 yang mengotori udara kita, emisi yang berlebihan, itulah yang menyebabkan global warming. Oleh karena itu, tepat kalau kita rumuskan menjadi Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran Lingkungan. Tahun lalu di ruangan ini, kita juga memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2007 yang temanya Perserikatan Bangsa-Bangsa merumuskan waktu itu adalah Melting Ice, A Hot Topic, yang kemudian kita rumuskan untuk Indonesia, Iklim Berubah, Waspadalah Terhadap Bencana Lingkungan.

Saudara-saudara,

Setelah saya sampaikan kembali tema perayaan atau peringatan tahun lalu dan tema peringatan tahun ini, kita mesti bertanya, maknanya apa perubahan tema dari tahun lalu ke tahun ini? Saya dapat menyimpulkan dalam satu kalimat yang pendek makna dari tema peringatan tahun ini adalah: saatnya kita bertindak sekarang, jangan menunggu, karena kita perlu menyelamatkan bumi kita bersama-sama. Itu maknanya. Lantas apa bedanya dengan tema tahun lalu? Masih bicara waspadalah. Ada pertanyaan: apa sebelumnya kita, dunia, bangsa Indonesia, itu masih ragu, masih menunggu atau tidak serius di dalam mengelola lingkungan kita, di dalam upaya menyelamatkan bumi kita. Jawabannya: mungkin sebagian iya. Terus terang di tingkat dunia, tingkat global, banyak yang berpendapat climate change itu hanya fiksi, tidak riil, hal ini hanya dibesar-besarkan. Itu terjadi bertahun-tahun sampai Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan lampu kuning dan lampu merah bahwa perubahan iklim dan pemanasan global itu nyata, riil, bukan fiksi. Dan bencana demi bencana telah kita rasakan di seluruh dunia ini. Oleh karena itu, mari kita berhenti untuk memperdebatkan apakah riil atau tidak riil, fiksi atau nyata, saatnya kita bertindak secara nyata. Kita mulai dari diri kita, rumah tangga kita, desa kita, masyarakat sekitar kita, negeri kita, dan kemudian dunia kita. Hanya dengan cara itu, dengan komitmen itu, dengan tekad itu bumi kita betul-betul akan selamat demi anak cucu kita, demi generasi mendatang.

Saudara-saudara,

Alhamdulillah, tahun lalu timbul kesadaran yang makin kuat pada masyarakat dunia. Pada bulan September, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyelenggarakan yang disebut High Level Meeting on Climate Change. Saya juga hadir dan cukup aktif bersama-sama Sekjen PBB, Ban Ki-moon, untuk menyukseskan konferensi itu. Kemudian, berikutnya lagi ada sejumlah pertemuan penting, antara lain yang Indonesia aktif di dalamnya yang dilaksanakan di Sydney, Australia, APEC Meeting. Berlanjut kepada ASEAN Summit, berlanjut pada East Asian Summit yang dilaksanakan di Singapura yang semuanya meletakkan climate change sebagai agenda yang utama. Mengapa saya katakan alhamdulillah meskipun agak terlambat kita sadar bahwa bumi kita harus kita selamatkan. Nah, di situlah mendorong berlangsungnya Konferensi PBB di Bali yang juga cukup berhasil dan yang akan terus kita lakukan di Warsawa, Polandia, tahun ini dan di Kopenhagen, Denmark, tahun depan. Harapan kita tahun 2009 berangkat dari Bali Road Map sudah dapat dihasilkan kerangka kerja sama yang baru yang nantinya akan mengganti Kyoto Protocol. Saya mengajak Saudara-saudara semuanya, saya mengajak negara-negara sahabat untuk bersama-sama menyukseskan rangkaian Konferensi ini menuju post Kyoto Protocol.

Hadirin yang saya hormati,

Karena saya bicara it is time to act, saatnya kita bertindak, saya tidak ingin berbicara panjang lebar tentang apa bahayanya climate change, dampaknya, dan lain-lain. Karena kita sudah merasakan semuanya. Apalagi yang kita tunggu. Yang harus kita lakukan adalah tindakan-tindakan nyata.

Saya mengajak bersama-sama para pemimpin di seluruh negeri ini untuk melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut, yang riil, yang konkret. Pertama, mari kita selamatkan hutan dan lahan kita. Teruskan gerakan menanam dan memelihara pohon. Kalau tahun lalu diawali 70 juta hasilnya lebih. Kaum perempuan diawali 10 juta hasilnya lebih, mari kita lanjutkan selamanya. Bukan hanya tiap bulan Desember selamanya. Mari kita tanam dan pelihara pohon. Saya pesan kepada Menteri Kehutanan dan Menteri terkait lainnya karena dunia sedang tidak sehat, dunia sedang tidak bersahabat, harga minyak meroket, harga pangan melonjak, dalam melakukan gerakan menanam dan memelihara pohon tanam lagi yang namanya kelapa dan sukun. Silakan pilih tempat yang baik. Kaum perempuan saya kira bisa ikut memelopori dan jangan lupa hutan bakau. Silakan bikin komposisinya, tanaman keras apa yang perlu kita tanam dan kemudian dimana bisa kita giatkan lagi menanam kelapa, harga CPO tinggi sekali. Menanam sukun. Sukun itu ada yang mengatakan, apa bahasa Inggrisnya itu, bread fruit. Jadi, dikatakan apa namanya roti buah. Sukun bisa bikin air bersih, rasanya joss. Kalau kita tanam di pekarangan-pekarangan bersama-sama dengan yang lain bisa menambah kekuatan dapur kita. Dengan menanam pohon, menghutankan kembali, insya Allah, banjir tidak akan terus datang. Insya Allah, tanah longsor tidak akan terus menghantui kita dan air dapat diserap dan dipertahankan.

Pertama, mari kita laksanakan secara sangat serius gerakan menanam dan memelihara pohon. Yang kedua, mari kita lakukan gerakan penghematan energi. Tidak perlu saya ulangi, dari sekarang. Untuk apa kalau kita tidak boros menggunakan solar, premium dan sejenisnya, maka karbondioksida tidak akan terus mencemari ruang udara kita. Climate change bisa kita cegah untuk tidak lebih memburuk, global warming juga demikian, selamat kehidupan kita. Dan yang kedua, kalau kita hemat energi, listrik, bahan bakar minyak, maka ekonomi kita dapat kita selamatkan. Subsidi tidak habis untuk pemborosan kita menggunakan energi itu. Dua-duanya kena, lingkungan kena, ekonomi kena, kesejahteraan rakyat kena.

Yang ketiga, ini terutama para peraih Adipura, saya akan lihat nanti di kota-kota Saudara. Mari kita bikin bersih saluran-saluran air. Kita bikin lancar saluran-saluran air di kabupaten, di kota. Untuk apa? Kalau airnya bersih, selokan bersih, saluran air bersih, mesti sehat lingkungan itu, kota itu. Dan yang kedua, tidak dikit-dikit curah hujan tinggi banjir, meluap. Belum tentu banjir itu karena aliran sungai dari hulu, di hilir yang tidak beres karena selokan-selokan tidak berjalan dengan baik, sistem drainase tidak berfungsi dengan baik. Mari kita laksanakan dan sekali lagi, jangan sampai nanti dicabut piala Adipuranya karena kotanya mampet semua. Yang keempat atau yang terakhir, gerakan lingkungan bersih. Saya kira Bapak, Ibu tahu dari dulu kita ingin membikin desa itu berseri, bersih, sehat, rapi, indah. Kota juga demikian, berseri, bersih, sehat, rapi, indah. Kalau ada orang mengatakan, atau ada Declaration of United Nations dan Human Environment, ya kembali lagi kualitas hidup orang-seorang, rumah tangga harus baik, baik karena lingkungannya baik, pendek kata begitulah. Jadi kalau kita pelihara betul, lingkungan kita, rumah tangga kita, pekarangan kita, kita akan menuju ke kondisi human environment yang baik.

Saudara harus percaya, kalau kita melihat segalanya bersih, rapi, teratur, dalam rumah kita, pekarangan kita, desa kita, RT kita, RW kita, kota kita, bertahun-tahun, berbelas-belas tahun, berpuluh-puluh tahun, hati kita akan bersih, jiwa kita akan bersih, nggak mau melakukan penyimpangan-penyimpangan, tidak mau melakukan kejahatan-kejahatan, percayalah. Dari situ berpengaruh pada jiwa kita, pada hati kita, pada pikiran kita. Dan kebersihan tentu daerah-daerah bagian dari kepemimpinan. Adipura, itu contoh kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan abad 21 juga diukur, apakah itu pemimpin itu peduli, sayang pada lingkungan dan kemudian memeliharanya baik-baik.

Hadirin yang saya hormati,

Setelah saya menyampaikan 4 hal besar yang praktis, yang harus kita lakukan ke depan ini, saya akan menutup sambutan saya ini dengan mengingatkan ada 4 faktor penting yang harus kita, bukan hanya pedoman, bukan hanya bangun, tapi kita jalankan secara bersama.

Pertama, bagaimanapun kebijakan kita harus tepat, government policy. Bukan hanya pemerintah pusat, tapi juga local government policy. Oleh karena itulah, kalau sudah ada status lingkungan hidup tahunan, ya jalankan. Saudara tidak boleh lunak terhadap aspek lingkungan, sasarannya harus tajam, jangan muluk-muluk, jangan terlalu teoritis, jangan terlalu ilmiah, tapi tidak dilaksanakan dan tidak dijalankan. Tapi mulailah dari kebijakan, dari action plan yang tepat dan kemudian dijalankan. Faktor pertama yang sangat penting.

Faktor yang kedua, pendidikan. Sekali lagi, pendidikan. Lakukan pendidikan tentang lingkungan sedini mungkin. Pak Rahmat Witoelar mengatakan kurikulum berbasis lingkungan. Yang saya garis bawahi karena saya sering masuk ke sekolah-sekolah, terutama SD dan SMP, sekali-sekali TK, sekali-sekali SMA, dan sekali-sekali universitas, saya selalu bertanya kepada kepala sekolah, kepada guru, dan kepada murid, “Eh, dimana buang sampah?” Sekolahnya bagus, mentereng, tapi tempat pembuangan sampah minim, itu nilainya masih rendah. Saya tanya lagi, “Dimana kamar mandi dan kamar kecil?” Saya masuk. Kalau berantakan, bau, airnya tidak ada, masih rendah. “Ini kok kering, mana pohonnya ini.”

Anak kita SD 6 tahun, SMP 3 tahun, 9 tahun dia di situ dan itu dinamakan formative years. Membangun nilai, membangun perilaku, membangun budaya, disuguhi sesuatu yang tidak sayang pada lingkungan mesti jadi orang nanti yang tidak ramah lingkungan. Tetapi 9 tahun dia, setiap hari membuang sampah pada tempatnya, ke kamar kecil bersih airnya mengalir, ke kamar mandi juga demikian, di pekarangannya, di halaman sekolah, ada pohon-pohon, selama hidup nilainya, jalan pikirannya, akan sayang pada lingkungan, pada kebersihan, pada ketertiban. Itu yang kita harapkan.

Saya juga ingin ada edukasi keliling. Menteri Kehutanan kelilinglah ke daerah-daerah, ke provinsi-provinsi, terutama yang rawan kebakaran hutan, misalnya, yang rawan banjir dan tanah longsor, misalnya. Mungkin datang dua hari dua malam di situ bersama beliau-beliau para peraih Kapaltaru, bicara kepada masyarakat luas. Tidak harus sering dipanggil ke Jakarta. Yang dari Jakarta, dari Surabaya, dari mana-mana, turun ke daerah, bicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh rakyat kita. Itu juga satu metodologi yang baik untuk sosialisasi, untuk edukasi.

Yang ketiga, perilaku dan gaya hidup masyarakat yang betul-betul harus kita bangun agar sayang pada lingkungan. Saya katakan sekali lagi, mari kita bangun budaya menanam, bukan budaya merusak, bukan budaya menebang tanpa tanggung jawab. Ini lifestyle, ini gaya hidup, ini perilaku. Mari kita bangun perilaku hemat energi mulai sekarang. Saudara-saudara, kalau tidak ada acara ini gelap, Istana Merdeka gelap, kantor saya hanya satu, dua ruangan yang ada lampunya. AC kita stel 24 sampai 26 derajat. Ternyata, insya Allah dengan penghematan itu, untuk lingkungan Kepresidenan saja, Setneg, Setkab, Rumga Kepresidenan, bisa kita hemat 30 sampai 40%.

Kalau semua menjalankan, semua instansi negara, pemerintahan, menjalankan, seluruh Indonesia, berapa banyak kita hemat? Tidak usah lihat-lihat orang lain, tidak usah tuding sana, tuding sini. Mulai dari tuding diri kita, cukup hemat atau tidak terhadap energi, ya listrik, ya bahan bakar minyak, ya air, ya telepon, dan sebagainya. Ringankan beban negara untuk membiayai rakyat. Jangan berikan beban yang tidak semestinya karena setiap rupiah itu berharga. Setiap rupiah bermakna. Mari kita hemat secara serius. Apalagi menghadapi dunia seperti ini, tidak jelas arahnya ke mana harga minyak, harga pangan, keuangan, resesi. Sudahlah kita mulai dari diri kita, dari Indonesia kita, kita lakukan apa yang harus kita lakukan sebaik-baiknya.

Terakhir, teknologi. Teknologi itu anugerah dari Yang Maha Kuasa melalui akal pikiran manusia, diciptakan untuk kebaikan alam semesta, kebaikan kehidupan kita. Jangan disia-siakan, jangan gunakan teknologi untuk merusak kehidupan. Mari kita gunakan teknologi untuk menyelamatkan kehidupan. Oleh karena itu, teknologi ini, mari kita daya gunakan, pertama-tama, terus mencegah mitigasi pemanasan global dengan berbagai cara. Transportasi kita bikin efisien, kita bikin green transportation. Pabrik-pabrik, mesin-mesin, kita desain yang efisien, green machinery, green factory. Energi, mari mulai kita tinggalkan penggunaan fosil yang berlebih-lebihan, misalnya BBM, juga batu bara sesungguhnya, juga sedikit gas. Mari kita mulai sekarang mengembangkan besar-besaran sumber energi ramah lingkungan, solar, angin, air, bio massa, dan lain-lain, bahkan bahan bakar minyak sintetis yang sudah mulai dikembangkan di berbagai negara di dunia ini. Air diambil hidrogennya, CO2 diambil karbonnya. Dengan proses tertentu, kita dorong teknologi untuk mengembangkan apa saja yang akhirnya menjadi bahan bakar sintetis.

Beberapa hari yang lalu, saya mengundang lebih dari 50 ilmuwan, teknolog, pakar, untuk memikirkan bagaimana energi masa depan di Indonesia yang ramah lingkungan, yang bisa menyelamatkan ekonomi kita. Sekali lagi, teknologi, mari kita aplikasikan untuk mengatasi berbagai persoalan, termasuk persoalan lingkungan.

Saudara-saudara,

Itulah yang saya sampaikan. Saya simpulkan, saatnya kita bertindak untuk menyelamatkan lingkungan kita, Indonesia kita, bumi kita. Apa yang saya sampaikan tadi mari kita jalankan bersama-sama. Selamat berjuang Saudara-saudara, Tuhan beserta kita.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI